Você está na página 1de 11

REFLEKSI KASUS

ATELEKTASIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Radiologi RSUD Temanggung

Disusun oleh :

Natasya Ayu Ningrum

20120310190

Pembimbing :

dr. Nidaul Khasanah , Sp. Rad, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI RSUD TEMANGGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017
A. PENGALAMAN
Seorang wanita usia 53 tahun dibawa ke IGD RSUD Temanggung dengan keluhan sesak
nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasa tiba tiba dan memberat
saat beraktivitas. Keluhan disertai nyeri dada kanan. Tidak ada riwayat keluhan serupa
sebelumnya. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Dari pemeriksaanfisik didapatkan ronkhi
pada paru kanan. Dokter di IGD memberikan terapi oksigenasi sebagai terapi awal. Sementara
itu pasien disarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan foto rontgen dada. Hasil foto
dada (thorax) pasien menunjukan hasil gambaran Atelektasis pada paru kanannya.

B. MASALAH YANG DIKAJI


- Apa yang dimaksud dengan Atelektasis?
- Bagaimana cara mendiagnosis Atelektasis? Bagaimana gambaran radiologi Atelektasis?

C. PEMBAHASAN
Definisi
Atelektasis adalah pengembangan tak sempurna atau kempisnya (kolaps) bagian paru yang
seharusnya mengandung udara. Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang
kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi
ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan
pernafasan berkurang. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
Etiologi
Etiologi atelektasis dibagi menjadi 2 , yaitu:
a. Atelektasis Bawaan
Sering ditemukan pada bayi yang ditemukan mati atau bayi yang mati segera setelah lahir
jika sebelum sempat terjadi tangis yang pertama. Atelektasis bawaan yang primer sering
dijumpai pada otopsi bayi premature, diduga penyebabnya adalah karena jaringan paru atau
diafragma atau otot pernafasan yang belum matur.
b. Atelektasis Didapat

2
Atelektasis ini relative sering terjadi pada bayi dan anak. Kempis paru dapat terjadi karena
beberapa hal yang sifatnya eksternal (dari luar paru) dan internal (dari dalam paru). Penyebab
eksternal diantaranya ialah:
o Gangguan pada bentuk dan gerakan dinding toraks, misalnya deformitas pada tulang
rusuk dan tulang punggung, kelainan neuromuscular dan mungkin terjadi karena pembalut
yang terlalu kencang setelah suatu operasi.
o Gangguan pada diafragma, misal karena paralisi saraf frenikus atau karena tekanan dari
rongga abdomen.
o Gangguan yang langsung mempengaruhi pengembangan paru, misal effusi pleural
pneumotoraks, tumor intra toraks, hernia diafragmatika dan lain-lain
o Tekanan langsung terhadap bronkus atau alveolus, misalnya karena pembesaran getah
bening, tumor intratoraks dan lain-lain.
Penyebab internal yang utama adalah adanya sumbatan didalam bronkus
ataubronkiolus, antara lain dapat terjadi oleh mukus, jaringan neoplasma jaringan
granulomatous, abses paru, bronchitis menaun dan lain-lain. Atelektasis dapat dibedakan
dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps alveolar terdapat pada kedua keadaan tersebut,
penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan jelas.Atelektasis timbul karna alveoli menjadi
kurang berkembangatau tidak berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul karena udara
masuk kedalam rongga pleura. Pada kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah
dengan perawatan yang tepat.
c. Pathogenesis
Pada saat terjadi sumbatan pada bronkus, udara bagian paru yang bersangkuatan akan
terjebak. Lambat laun udara tersebut akan dihisap oleh aliran darah yang melalui daerah itu.
Cepat lambatnya atau luas tidaknya atelektasis yang terjadi akan tergantung oleh beberapa
hal, misalnya: susunan gas yang ada didalam udara yang terjebak, yaitu oksigen akan lebih
cepat diserap dari pada nitrogen atau helium, ada tidaknya saluran yang dapat meloloskan
udara yang terjebak itu dan kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya ventilasi korateral
sehinga udara dapat lolos melalui pori yang terdapat antara alveoli atau melalui fistula
bronkiolo-alveolar yang terjadi antara daerah atelektasis dengan daerah paru disekelilingnya
yang tak terjadi penyumbatan.

3
Adanya masa intratoraks dapat menyebabkan terjadinya kempis paru karena penekanan
langsung oleh masa tersebut terhadap paru misal oleh tumor atau saluran pencernaan yang
masuk kedalam rongga toraks karena adanya hernia diafrakmatika atau eventerasi diafragma.
Meningginya tekanan intrapleural dapat pula menyebabkanterjadinya atelektasis, misal bila
terjadi pengumpulan udara, darah, eksudat dan lain lain dalam rongga pleura.
Kelainan yang dapat menimbulkan kempis paru ialah kelainan yang sifatnya non-
obstruktif. Hal yang cukup dikenal karena sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah
atelektasis yang disebabkan oleh defek pada lapisan alveoli yang dikenal dengan nama
surfaktan. Dalam keadaan normal, surfaktan sanggup mencegah kempisnya alveoli karena
tegangan permukaan yang diciptakannya dapat mengimbangi perubahan tekanan didalam
alveoli itu sendiri. Kelainan non-obstruktif lain yang dapat menimbulkan atelektasis adalah
kelain neuromuscular, misalkelumpuhan diafragma,otot interkosta dan lain-lain.
d. Klasifikasi
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009), Klasifikasi atelektasis dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Atelektasis Obstruktif (resorbsi)
Terjadi karena obstruksi total saluran napas sehingga udara tidak dapat masuk ke
parenkim distal, akibatnya oksigen yang terjerat akan diabsorbsi di dalam alveoli.
Jaringan paru yang terkena atelektasis akan kolaps, tetapi aliran darah melalui jaringan ini
tidak terganggu. Kemudian semenjak volume paru mengecil, maka mediastinum akan
tertarik ke arah jaringan paru yang mengalami atelektasis. Secara prinsip, atelektasis
resorpsi disebabkan oleh :
Sekresi berlebihan misalnya gumpalan lendir, atau eksudat dalam bronkioli dan
sering ditemukan pada penyakit asma bronkial, bronkitis kronik, bronkiektasis,
dan keadaan-keadaan post operasi.
Aspirasi benda-benda asing
Neoplasma di dalam saluran bronkial dapat menyebabkan obstruksi subtotal.
2. Atelektasis Kompresi
Yaitu atelektasis yang terjadi akibat penekanan terhadap substansi paru. Dapat terjadi
bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan eksudat cairan, darah, tumor,
atau udara (pneumotoraks), atau dengan pneumotoraks tension bilamana tekanan udara
masuk dan mengancam fungsi paru-paru serta mediastinum. Bentuk atelektasis kompresi
4
biasanya dijumpai pada penyakit payah jantung dengan efusi pleura, dan pada penderita
yang mengalami efusi pleura akibat mengidap penyakit neoplasma (tumor). Selain itu,
pada penyakit peritonitis atau abses subdiafragma daoat menyebabkan diafragma
terangkat ke atas dan mencetuskan terjadinya atelektasis basal. Pada atelektasis kompresi
mediastinum bergerak menjauhi atelektasis.
e. Manifestasi Klinis
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luas atelectasis. Pada
umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberkolosis, limfoma, neoplasma, asma dan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi misalnya bronchitis, bronkopneumonia dan lain-lain
jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali bila terjadi obstuksi pada bronkus utama.
Jika daerah atelectasis itu luas dan terjadi dengan cepat, akan terjadi dispnu dengan pola
pernafasan yang cepat dan dangkal , takikardi dan sering terjadi sianosis. Pada perkusi redup
dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas atau
atelektasis yang melibatkan lebih dari 1 lobus , bising nafas akan melemah atau sama sekali
tidak terdengar. Kalau diteliti lebih lanjut biasanya akan diketahui adanya perbedaan gerak
dinding toraks, gerak sela iga dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan
mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi. Pada anak yang sehat tapi
tiba-tiba menderita sesak nafas disertai sianosis, kita harus waspada terhadap terjadinya
atelektasis yang luas atau massif yang disebabkan oleh penyumbatan salah satu bronkus
utama oleh benda asing.
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan. Gejalanya bisa berupa :
1. Gangguan Pernafasan
2. Nyeri Dada
3. Batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-
kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
f. Diagnosis
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik dan
gambaran radiologis.

5
1. Anamnesis
Apakah pasien menderita sesak nafas, nyeri dada, dan keluhan sudah berapa
lama dirasakan serta adakah riwayat menderita penyakit paru lainnya.
2. Pemeriksaan fisik pada thorax
Inspeksi : frekuensi pernafasan meningkat
Palpasi : fremitus berkurang atau menghilang
Perkusi : redup
Auskultasi : suara nafas berkurang atau menghilang pada yang sakit
radiologis
3. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan mudah berdasarkan gambaran
radiologis foto rontgen thorax , CT Scan thorax, atau USG. Kadang-kadang
pemeriksaan fisis yang teliti dapat pula menentukan adanya dan letak daerah
atelektasis. Pemeriksaan khusus misalnya bronkoskopi dan bronkografi, dapat dengan
tepat menentukan cabang bronkus yang tersumbat.
Rontgen thorax dapat membantu menunjukkan atelektasis. Gejala infeksi
pernapasan terutama pneumonia pada rontgen dada anak-anak mungkin
mengindikasikan zat asing yang menyebabkan atelektasis pada anak-anak. Untuk
menentukan kondisi lain yang mendasari, dokter mungkin melakukan tes lain
seperti:
CT scan: CT lebih sensitif dibandingkan tes X-ray dalam mendeteksi atelektasis
karena dapat mengukur volume paru-paru pada seluruh atau sebagian dari paru-
paru. CT scan juga dapat membantu menentukan apakah ada tumor yang mungkin
menyebabkan atelektasis.
USG: USG dapat digunakan untuk mencari akumulasi cairan di luar paru-paru
yang menekan jaringan paru-paru. Hal ini juga dapat membantu memandu
penghapusan cairan tersebut.
Bronkoskopi: Tabung berlampu akan diulir ke dalam tenggorokan sehingga
memungkinkan dokter untuk melihat dan menghilangkan penghalang di saluran
napas seperti lendir, tumor atau benda asing.
Kolaps pada rontgen foto thorax dapat didiagnosa dengan adanya :
6
Peningkatan densitas dan menggerombolnya pembuluh darah paru
Perubahan letak hilus atau fisura ( keatas atau ke bawah ). Pada keadaan normal
letak hilus kanan lebih rendah dari hilus kiri
Pergeseran trakea, mediastinum atau fisura interlobaris ke arah bagian paru yang
kolaps
Sisa paru bisa amat berkembang ( over-expanded ) dan demikian menjadi
hipertranslusen.

Contoh atelektasis pulmo dextra pada foto rontgen thorax proyeksi AP.

Contoh gambar bronkoskopi

7
Tampak gambaran CT Scan thorax kolaps lobus paru kanan atas
g. Penatalaksanaan
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Medis
o Pemeriksaan bronkoskopi
o Pemberian oksigenasi
o Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid)
o Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
o Pemeriksaan bakteriologis
2. Keperawatan
o Teknik batuk efektif
o Pegaturan posisi secara teratur
o Melakukan postural drainase dan perkusi dada

D. DOKUMENTASI
Identitas Pasien :
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 53 Tahun
Alamat : Caruban, Kandangan

Anamnesis :
Keluhan Utama
Pasien dibawa keIGD dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada kanan.

8
RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada sejak 3 hari yang lalu, memberat saat aktivitas.
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Tidak ada riwayat serupa.
Tidak ada riwayat trauma.
Tidak ada riwayat hipertensi. DM.

RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
Tekanan darah: 130/ 90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 37.8C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax/ Dada :
Paru : SDV +/+ () Ronkhi +/-
Jantung: bunyi jantung S1/S2 reguler
Abdomen : supel, datar, bising usus (+), nyeri tekan (+)
Ekstremitas : akral hangat
Diagnosis Kerja : obs dispneu
Terapi Awal :
- O2 3 tpm
- Paracetamol 3x1 500mg

9
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap ;
- Jumlah Lekosit : 14, 6 N: 4,5 11,0
- Jumlah Eritrosit: 6,23 N: 4,5 6,20
2. Pemeriksaan Foto Thorax AP Inspirasi, Kondisi Cukup
Eksposure yang cukup ditandai dengan os vertebralis thorakalis tampak terlihat
sampai thorakalis ke-5. Eksposure yang berlebih akan menyebabkan hulangnya gambaran
dari paru sehingga tidak bisa terbaca. eksposure yang kurang akan menyebabkan paru
tampak putih (radiolusen) sehingga tidak bisa dibaca atau misdiagnosis. Inspirasi yang
cukup bisa dilihat dari batas diafragma di antara sela iga 5 dan 6 disisi Anterior, dan sela iga
10 pada sisi Posterior.

Hasil Foto Thorax AP pada pasien ini menunjukkan :

- Tampak gambaran opasitas menutupi seluruh


hemithorax dextra.
- Tampak gambaran hiperlusen pada hemithorax
sinistra ( over-expanded )
- Trakea dan mediastinum bergeser ke dextra
- Sudut costofrenikus dextra tidak dapat dinilai,
costofrenikus sinitra
- Terdapat pergeseran fissure dan hilus ke atas
- Besar cor tidak dapat dinilai
- Sistema tulang intak

Kesan :

- Gambaran Atelektaksis Pulmo Dextra


- Gambaran Emfisema Kompensasi Pulmo Sinistra

10
Saran :
CT Scan Thorax
Bronkoskopi

E. KESIMPULAN
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.Penyebab obstruktif
bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan
penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau
pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik.
Secara radiograf foto thorax akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus.

F. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke- 9. Jakarta : EGC
Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995 : 1287
Palmer, P.E.S. Petunjuk Membaca Foto Untuk Doker Umum. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995 : 45-50
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku
kedokteran.EGC.Jakarta.
Simon, G. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter Umum. Edisi kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 1981 : 275

11

Você também pode gostar