Você está na página 1de 4

Judul Jurnal: Perilaku Keuangan Dalam Pengambilan Keputusan Berinvestasi Properti

Residensial Di Surabaya

Penulis: Andrian Sumtoro dan Njo Anastasia, Program Manajemen, Program Studi
Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra

Definisi Konseptual

1. Perilaku Keuangan Menurut Prospect Theory


Menurut Ahli :
a. Shefrin (2000) mendefinisikan behaviour finance adalah studi yang
mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku
keuangannya.
b. Kahneman dan Tversky (1979) menemukan prospect theory yang
menyatakan bahwa teori ini dimulai dengan mengkritik teori utilitas yang
paling banyak dipergunakan dalam menganalisis investasi terutama dalam
kondisi berisiko.
2. Mental Accounting
Menurut Ahli :
a. Thaler dan Shefrin (1981) mendefinisikan mental accounting sebagai
perilaku seseorang pada saat melakukan keuangannya pemisahan dana
yang masuk dan keluar seperti halnya model akuntansi.
b. Seiler dan Seiler (2010) menyatakan bahwa investor yang mengalami
kerugian pada asetnya akan dapat meminimalkan penyesalannya dengan
berpikir bahwa return dari portofolio lebih besar dari kerugiannya. Dengan
tidak memikirkan kerugian yang baru dialami, investor akan merasa lebih
tenang dalam jangka waktu pendek.
3. Regret Aversion
Menurut Ahli :
a. Samuelson and Zeckhauser (1988) menyatakan Regret aversion mengacu
pada fenomena bahwa investor akan tetap mempertahankan harga beli
sebagai titik acuan untuk menjual kembali karena berdasarkan dari
pengalaman bahwa pilihan yang menguntungkan akan terjadi jika
mendapat informasi yang tepat di saat pengambilan keputusan.
b. Pompian (2006) regret aversion menunjukkan tindakanmenghindari
konsekuensi karena ada perasaan takut. Pada dasarnya, faktor ini berusaha
mencegah penyesalan yang akan terjadi bila salah mengambil keputusan..
4. Loss Aversion
Menurut Ahli :
a. Haigh dan List (2005) menyatakan Loss aversion mengacu pada kenyataan
bahwa seseorang akan cenderung lebih sensitif terhadap kerugian daripada
keuntungan. Seseorang dikatakan tidak mau mengalami kerugian dapat
dilihat dari kewaspadaan terhadap kerugian lebih besar daripada keuntungan
b. Engelhardt (2003) perilaku loss aversion yang terjadi dalam real estate dapat
mempengaruhi mobilitas rumah tangga. Pemilik rumah memiliki
kecenderungan menghindar dari kerugian untuk mendapatkan keuntungan,
sehingga tidak akan menjual rumahnya dengan rugi.

Kerangka Konseptual

Mental Accounting (X1)


Perilaku Keuangan
Menurut Prospect
Regret Aversion (X2) Theory (Y)

Loss Aversion (X3)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

H1: Mental accounting berpengaruh positif terhadap perilaku keuangan menurut


prospect theory dalam pengambilan keputusan berinvestasi properti residensial di
Surabaya

H2: Regret aversion berpengaruh positif terhadap perilaku keuangan menurut prospect
theory dalam pengambilan keputusan berinvestasi properti residensial di Surabaya.

H3: Loss aversion berpengaruh positif terhadap perilaku keuangan menurut prospect
theory dalam pengambilan keputusan berinvestasi properti residensial di Surabaya.

H4: Mental accounting, Regret aversion, Loss aversion berpengaruh positif terhadap
perilaku keuangan menurut prospect theory dalam pengambilan keputusan berinvestasi
properti residensial di Surabaya.
Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2004) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalahnon-probability sampling


yaitu teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode
sampel yang digunakan adalah convenience sampling.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuantitatif. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan angket
atau kuesioner.

Analisa Pembahasan

Gambaran umum responden pada penelitian ini dapat diuraikan seperti pada bagian
berikut:

1. Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki.


2. Berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 36-45 tahun.
3. Berdasarkan status, sebagian besar responden sudah menikah
4. Berdasarkan kepemilikan anak, sebagian besar responden sudah memiliki anak
dengan usia <15 tahun.
5. Berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden sudah menempuh tingkat
sarjana.
6. Berdasarkan penghasilan per bulan, sebagian besar responden memiliki
penghasilan Rp 10.000.000-Rp 25.000.000 per bulan
7. Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden adalah karyawan swasta.
8. Berdasarkan jenis investasi properti, sebagian besar responden memilih
apartemen sebagai tujuan investasinya.
9. Berdasarkan wilayah di Surabaya yang dituju sebagai tempat investasi, sebagian
besar reponden memilih Surabaya Timur sebagai tujuan investasinya.

Mental accounting menjadi pertimbangan ketiga bagi investor dalam berinvestasi


properti residensial jenis rumah dan apartemen di Surabaya pada penelitian ini. Hasil
penelitian ini mendukung pernyataan dari Thaler (1985) yaitu, investor cenderung
mempertimbangkan masingmasing aset yang dimiliki secara terpisah daripada
menggabungkan dengan investasinya. Seiler, Seiler dan Lane (2010) menyatakan
bahwa mental accounting adalah hal yang sudah biasa dilakukan para investor yang
berinvestasi di real estate baik yang tergabung dalam suatu portofolio atau tidak.
Regret aversion menjadi pertimbangan pertama bagi investor dalam berinvestasi
properti residensial jenis rumah dan apartemen di Surabaya pada penelitian ini. Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mwangi (2011), bahwa investor
tidak akan menjual property yang mangalami penurunan nilai dan menjual properti pada
saat nilai mengalami kenaikan yang signifikan. Selain itu, penelitian ini juga mendukung
pernyataan Pompian (2006) yang menyatakan bahwa individu cenderung menghindari
konsekuensi karena ada perasaan takut. Pada dasarnya, faktor ini berusaha mencegah
penyesalan yang akan terjadi bila salah mengambil keputusan.

Loss aversion menjadi pertimbangan kedua bagi investor dalam berinvestasi


properti residensial jenis rumah dan apartemen di Surabaya pada penelitian ini. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian dari Genesove dan Mayer (2001) bahwa investor
memiliki kecenderungan menetapkan harga jual yang tinggi pada saat harga
propertinya mengalami penurunan. Penelitian ini juga mendukung pernyataan Haigh
dan List (2005) yang mengacu pada kenyataan bahwa seseorang akan cenderung lebih
sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan. Seseorang dikatakan tidak mau
mengalami kerugian dapat dilihat dari kewaspadaan terhadap kerugian lebih besar
daripada keuntungan.

Kesimpulan

Terkait dengan prospek teori maka faktor - faktor yang menjadi pertimbangan
investor adalah mental accounting, regret averison, loss aversion. Regret aversion
menjadi faktor yang paling dipertimbangkan investor saat mengambil keputusan
berinvestasi properti rumah dan apartemen di Surabaya.

Você também pode gostar