Você está na página 1de 4

Pelajaran dari Vietnam untuk Indonesia dalam Program Mengatasi Climate Change

Pada hari Kamis tanggal 12 November 2015 lalu, 27 Ribu ton beras impor dari Vietnam
tiba di Tanjung Priok. Padahal diperkirakan tingkat produksi beras hingga akhir tahun 2015
akan mencapai 75.5 juta ton atau meningkat 6,65 persen dibandingkan produksi 2014.
Impor beras dilakukan karena perubahan iklim, El Nino, yang dapat berdampak pada
kekeringan yang akan menyebabkan gagal panen. Kebijakan impor beras ini dilakukan untuk
menjaga kestabilan persediaan beras nasional dan impor beras ini hanya sebagai cadangan
Badan Urusan Logistik (Bulog).

Di masa lalu El Nino telah mengakibatkan kekeringan yang banyak merugikan sektor
pertanian. Sebagai gambaran dampak buruk El-Nino, tahun 1997, sawah mengalami
kekeringan dan terjadi kebakaran hutan di berbagai tempat. Kekeringan sawah berdampak
pada penurunan produksi beras sehingga Indonesia harus mengimpor beras sekitar 5 juta
ton, demikian pula kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang menimbulkan kabut
asap hingga ke negeri tetangga.

El Nino dan perubahan iklim lain dapat menggangu masa tanam padi dan dikhwatirkan
menggangu pasokan beras. Ini mengingatkan pentingnya peran pemerintah dalam
mengatasi atau mengantisipasi fenomena alam yang menggangu produktifitas beras.

DiIndonesia, sejak pemerintahan SBY sudah mulai mengantisipasi dampak El Nino.


Dalam Kementerian Lingkungan dan Kehutanan itu sendiri, Visi, Misi dan Tujuannya sudah
tercantum mengenai hal dalam mengatasi perubahan iklim. Begitu juga dengan sasaran
strategis, program dan kegiatan. Sudah ada Program Pengendalian Perubahan Iklim milik
kementerian Lingkungan dan Kehutanan.

Kinerjanya di 2015 adalah menyiapkan instrumen (SDM, perangkat, metodologi, lokasi)


untuk mendukung pengurangan jumlah hotspot dan luas areal yang terbakar, koordinasi dan
pelaporan hasil inventarisasi dan pemantauan efek gas rumah kaca, serta penanganan isu-
isu terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pengembangan insentif dan kerjasama
penanganan perubahan iklim. Namun hanya sedikit kegiatan yang membahas mengenai
adaptasi perubahan iklim.

Pada kenyataannya Indonesia belum sepenuhnya bisa mengatasi perubahan iklim,


dikarenakan Kementerian Lingkungan Hidup kurang program yang kuat untuk
menghadapi perubahan iklim. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang
mengkonsumsi nasi dalam jumlah besar, dalam mendapatkan beras sistem pertanian
harus ditingkatkan untuk menghadapi perubahan iklim seperti El Nino.

Indonesia dapat belajar dari organisasi yang sama di Negara lain yang sudah bisa
mencegah dan menanggapi El Nino dan perubahan iklim. Misalnya negara Vietnam, yang
masih melakukan ekspor beras walaupun akan terjadi fenomena El Nino. Walaupun
memang jumlah penduduk Vietnam tidak sebanyak jumlah penduduk Indonesia.

Setidaknya terdapat beberapa pelajaran penting dari program Vietnam untuk


Indonesia dalam menanggapi El Nino serta perubahan iklim lainnya.

1. Solusi kuat dari pemerintah itu sendiri

Pemerintah Vietnam telah menerapkan solusi yang kuat seperti mengubah


struktur lahan pertanian, hutan, dan mengendalikan penggunaan lahan. Kegiatan ini
dilakukan untuk meningkatkan kebutuhan bahan pangan yang semakin tinggi. Saat
Pemerintahan SBY, juga telah menerapkan solusi seperti meningkatkan produksi padi,
percepatan masa tanam didaerah tertentu dan mengembangkan varietas padi yang bisa
ditanam dan tumbuh di daerah sedikit air dll. Namun yang diterapkan oleh Indonesia
hanya untuk peningkatan persediaan beras, bukan strutur lahan untuk menanggapi
perubahan iklim.

2. Memobilisasi dukungan Internasional dalam menjalankan Program

Untuk menghadapi perubahan iklim yang mungkin semakin sulit diprediksi dimasa
yang akan datang. Vietnam membuat National Target Program on Climate Change
Adaptation as well as National Climate Change Scenarios. Dalam menjalankannya,
Vietnam memobilisasi dukungan internasional. Dukungan ini telah dilakukan sejak 2009
dan telah memobilisasi lebih dari USD 1 miliar dari donor internasional. Ini dapat
memberikan kontribusi untuk mendukung Vietnam dalam pembentukan sistem
kebijakan perubahan iklim, integrasi perubahan iklim ke dalam pengembangan sosio-
ekonomi dan sistem hukum dan proyek-proyek tertentu. Juga dengan dukungan dari
United Nations Development Program (UNDP), selama lebih dari setahun, proyek
"Capacity Building for Implementation of National Climate Change Strategy Project
(CBICS) telah memperkuat kapasitas kelembagaan Kementerian, Sektor dan Provinsi
untuk menanggapi perubahan iklim.

3. Melibatkan masyarakat
Di negara Vietnam, dalam menanggapi perubahan iklim, pengetahuan dan
pelatihan praktis telah diterapkan di semua 63 provinsi dan kota Vietnam. Masyarakat
memang perlu dilibatkan dalam menanggapi perubahan iklim. Pengetahuan dan
pelatihan sangat berguna untuk membatu menanggapi perubahan iklim dan
meningkatkan kesadaran masyarakat. Seperti mengikuti kegiatan penanaman
1000 bibit pohon mangrove yang baru dilakukan oleh komunitas jalan bareng,
PT Grace, Yayasan Restorasi Mangrove Indonesia.

4. Membuat kegiatan-kegitan lain

Proyek-proyek lain Vietnam yang telah didukung seperti penanaman hutan


mangrove, meningkatkan kapasitas masyarakat, mentransfer teknologi bersih,
mekanisme pembangunan bersih, menghilangkan zat yang menyebabkan penipisan
ozon dll. Kegiatan ini juga dapat dicontoh Indonesia untuk menghadapi perubahan
iklim.
http://www.liputan6.com/tag/impor-beras

http://www.republika.co.id/indeks/hot_topic/impor_beras

http://www.sinarharapan.co/news/read/150921070/el-nino-jadi-alasan-pemerintah-
impor-beras

http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/lain_lain/artikel/Sejarah_Dampak_El_Nino_di_Indone
sia.bmkg

RENJA Kementerian Lingkungan dan Kehutanan

http://reliefweb.int/report/viet-nam/vietnam-facing-dramatic-drought-el-nino-it-needs-
vision

Você também pode gostar