Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang
untuk mendapatkan pertolongan .
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya ,
penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi
medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu
dan janinnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan plasenta
previa
Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui tinjauan teoritis dari plasenta previa
2. agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Plasenta Previ
1.Pengertian Plasenta Previa
-Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir . Pada keadaan normal
plasenta terletak dibagian atas uterus .
- Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpuks uteri jauh dari ostium
internus servisis , tetapi terletak sangat dekat pada ostium internus tersebut.
4.Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari plasenta previa adalah :
-Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
-Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
-Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks
atau koitus
-Perdarahan permulaan jarang begitu berat . Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan
terjadi kembali tanpa diduga .
-Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas pintu atas panggul.,
ada kelainan letak janin
Pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
6.Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan.
Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pad janin biasanya terjadi persalinan premature
dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasive.
Syarat terapi ekspektatif :
-Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
-Belum ada tanda inpartu.
-Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).
-Janin masih hidup.
-Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak, presentasi janin.Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per
oral 60 mg selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat
jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk mencapai rumah
sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
-Janin matur
-Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali).
-Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas
janin.
Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan
pervaginan masih mungkin. Jika tidak , lahirkan dengan seksio sesarea.
Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
-Jahit tempat perdarahan dengan benang.
-Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan
60 tetes permenit.
penanganan yang sesuai . Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi Jika perdarahan
terjadi pascapersalinan, segera lakukan.
B. Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
Sirkulasi
Perdarahan vagina tanpa nyeri ( jumlah tergantung pada apaka previa marginal, parsial,atau
total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan.
Seksualitas
Tinggi fundus 28 cm atau lebih.
Djj dalam batas yang normal (DBN)
Janin mungkin melingtang atau tidak turun.
Uterus lunak.
Pemeriksaan diagnostic.
HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan
Hb dan Ht.
USG ; Menetukan letak plasenta.
2.Diagnosa keperawatan.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
Ansietas b/d Ancaman kematian ( dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan
system imun.
3.Intervensi keperawatan.
a.Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
Kriteria evaluasi;
Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda
vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat
secara individual.
1)Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan
pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram
peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2)Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen
atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
3)Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi fowler.
Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul
menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai
tanpon.
4)Catat tanda tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan
suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan
pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
5)Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total
terjadi.
6)Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai
indikasi.
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
7)Siapkan untuk kelahiran sesaria.
Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
c.Ansietas b/d ancaman kematian (dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
Kriteria evaluasi :
-Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan
yang sehat dan tidak sehat.
-Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
-Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan
ketakutan.
1.Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2.Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan.
Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan.
3.Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien
untuk mengembangkan solusi sendiri.
4.Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk
mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur.
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih
efektif.
5.Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.
Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control
terhadap situasi.
d.Resiko tinggi cederabu) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah abnormal, kerusakan
system imun.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi
DBN normal.
1.Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok
Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan
infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang
disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
2.Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.
Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk
terkena infeksi.
3.Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin.
Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin.
4.Berikan heparin, bila diindikasikan.
Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin
pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-
faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan.
5.Berikan antibiotic secara parenteral.
Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .
Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi,
edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian
/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/02/asuhan-keperawatan-plasenta-previa.html
ASUHAN KEPERAWATAN
Bab I
Konsep Medis
1. Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. ( Kapita selekta
Kedokteran : hal. 279).
Solusio plasenta (abruption plasenta atau accidental haemorage) adalah terlepasnya plasenta
yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu atau sebelum janin lahir
2. Etiologi
Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor uterus, defisiensi gizi,
merokok, konsumsi alkohol, penyalahan kokain, serta obstruksi vena kava inferior dan vena ovarika.
( Kapita selekta Kedokteran : hal. 279).
3. Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau pre eklampsia,
tersembunyi tidaknya perdarahannya dan jarak waktu antara terjadinya solusio placenta sampai
pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5 -5% dan kematian janin 50-80%.( Kapita
selekta Kedokteran : hal. 279).
4. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang
sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan
pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
b. Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
c. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai /
tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
5. Klasifikasi
c. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan
menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau
terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock. Terjadi sangat tiba-
tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri.
6. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis, yang kemudian
terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi, dan akhirnya, penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas, dan mencapai tepi
plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal
untuk menekan permbuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan
selaput ketuban.
7. Komplikasi
A. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita
belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai
dengan jumlah perdarahan yang terlihat
B. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada
dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik.
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebut Uterus couvelaire.
E. Komplikasi pada janin yang dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir
rendah, dan sindrom gagal napas.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma
b. KTG untuk menilai kesejahteraan janin
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif.
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya
berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera
dilakukan langkahlangkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi
plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada
solusio plasenta yang nyata secara klinis.
2. Aktif.
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang
membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila
terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan
persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi
bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervaginam.
Bab II
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain :
- Nama
Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas untuk membedakan
dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar nama dan diagnosa penyakitnya.
- Jenis kelamin
Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami kehamilan.
- Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi penurunan kontraksi
akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa menopause.
- Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak mengetahui cara
perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan.
- Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan, karena mereka tidak pernah
dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk kehamilan.
- Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami pelepasan plasenta.
- Status perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit
lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
- Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam memberikan bimbingan
kegamaan.
- Nama suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi persetujuan dalam
perawatan.
- Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama istrinya dirawat.
b. Keluhan utama
- Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang
berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit banyak,
terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah
mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat
mengecil (hydroamnion gameli) dll.
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma,
uterus / rahim feulidli.
e. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
1) Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.
2) Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal, hiperpegmentasi aerola.
3) Abdomen
- Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra
4) Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises
pada kedua paha / femur.
5) Ekstremitas
6) Pemeriksaan penunjang
- Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Nyeri akut
c. Ansietas
Ruptur arteri desidua
Dx : Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam Nyeri yang dirasakan klien berkurang
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam Kecemasan klien berkurang
Referensi :
Brunner and Suddarths (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi 8 volume 2). Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC.
Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali
atau tumor uterus, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahan kokain, serta obstruksi vena kava inferior dan vena ovarika.
Hematoma Desidual
Terlepasnya plasenta
KOMPLIKASI
Syok Perdarahan
Gagal Ginjal
kelainan Pembekuan darah
Apopleksia plasenta
Apoplexi uteroplacenta
Apoplexi uteroplacenta
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak,
syok dan kematian janin intra uterin.
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah
Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau pre eklampsia, tersembunyi tidaknya
perdarahannya dan jarak waktu antara terjadinya solusio placenta sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5 -5% dan kematian janin 50-80%
Penatalaksaan
Konservatif.
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkahlangkah untuk
memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.
Aktif.
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian
parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau
terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan lab. darah
KTG
USG
KETERANGAN :
: MASALAH UTAMA
: ETIOLOGI
: PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
: MANIFESTASI KLINIS
: PENATALAKSANAAN
: PROGNOSIS
: KOMPLIKASI
: PATOFISIOLOGI
Tingkat kenyamanan;
Pengendalian nyeri;
Tingkat nyeri;
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untuk:
Memperlihatkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
NIC
Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor prespitasinya .
Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya ada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Menyertakan dalam instruksi pemulangan pasien oabat khusus yang harus di minum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interkasi obat, kewaspadaan khusus, saat
mengkonsumsi obat tersebut (pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang harus dihubungi bila nyeri membandel
Sesuiakan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor prespitasinya
Kelola nyeri dengan pemberian opiat yan terjadwal.
Pemberian analgetik sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah diberikan analgesik pertama kali.
TUJUAN
NOC:
Pasien tidak memperlihatkan kekhawatiran.
NIC
Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisipasi tidak jelas.
Memberikan penenangan, penerimaan, dan bantuan atau dukungan selama masa strees.
NOC:
Status Sirkulasi
Keseimbangan cairan
TUJUAN
Perdarahan terjadi
NIC
Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap sirkulasi perifer
Monitor TTV
Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
Health Education :
- informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
- perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid ( misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis )
Manajemen Nyeri (NIC):
- berikan informasi tentang nyeri, sepperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung , dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Kolaborasi :
- gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.
Nugroho Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC : Jakarta.
Anonim. 2011. Konsep medis dan konsep keperawatan klien solusio plasenta. (diakses : tanggal 17
februari 2014, pukul 20.10 WITA)
http://titinrestantikaharu.blogspot.co.id/2014/06/askep-solusio-plasenta.html