Você está na página 1de 30

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta .

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya .

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang
untuk mendapatkan pertolongan .
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya ,
penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi
medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu
dan janinnya.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan plasenta
previa

Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui tinjauan teoritis dari plasenta previa
2. agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada plasenta previa

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Plasenta Previ
1.Pengertian Plasenta Previa
-Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir . Pada keadaan normal
plasenta terletak dibagian atas uterus .
- Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpuks uteri jauh dari ostium
internus servisis , tetapi terletak sangat dekat pada ostium internus tersebut.

2.Klasifikasi Plasenta Previa


Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
-Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh
jaringan plasenta .
-Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh
jaringan plasenta .
-Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
(ostium internus servisis)
-Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir .

3.Etiologi Plasenta Previa


Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau
dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa
apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang
letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang
berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang
berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira
4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).

4.Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari plasenta previa adalah :
-Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
-Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
-Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks
atau koitus
-Perdarahan permulaan jarang begitu berat . Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan
terjadi kembali tanpa diduga .
-Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas pintu atas panggul.,
ada kelainan letak janin
Pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.

5.Insiden plasenta previa


Menurut Brenner dkk (1978) menemukan dalam paruh terakhir kehamilan, insiden plasenta
previa sebesar 8,6 % atau 1 dari 167 kehamilan. 20 % diantaranya merupakan plasenta previa
totalis. (Williams,847).Di RS. DR Cipto Mangunkusumo antara tahun 1971-1975, terjadi 37
kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar atau kira-kira 1 diantara 125
persalinan terdaftar (Ilmu Kebidanan, 367)Kejadian plasenta previa adalah 0,4-o,6 % dari
keseluruhan persalinan. (Acuan Nasional, 16.

6.Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan.
Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pad janin biasanya terjadi persalinan premature
dan komplikasinya seperti asfiksia berat.

7.Penatalaksanaan umum plasenta previa.


Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
( misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar )

Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan


antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-
hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain
(servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas
menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer
Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan :
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus
hidup tetap preatur, pertimbangkan ttettapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan
banyak.

Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasive.
Syarat terapi ekspektatif :
-Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
-Belum ada tanda inpartu.
-Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).
-Janin masih hidup.
-Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak, presentasi janin.Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per
oral 60 mg selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat
jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk mencapai rumah
sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.

Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
-Janin matur
-Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali).
-Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas
janin.
Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan
pervaginan masih mungkin. Jika tidak , lahirkan dengan seksio sesarea.
Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
-Jahit tempat perdarahan dengan benang.
-Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan
60 tetes permenit.
penanganan yang sesuai . Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi Jika perdarahan
terjadi pascapersalinan, segera lakukan.

Penanganan plasenta previ


Syok
Tidak syok
1.Infus cairan
2.oksigen (kalau ada)
Cairan infuse
Rujuk kerumah sakit
Aterm
Belum aterm
Periksa dalam di meja operasi
1.Konservatif
2.Rawat
3.Kortikosteroid untuk pematangan paru-paru janin

bila perdarahan ulang banyak dilakukan PDMO


Plasenta previa
Plasenta letak rendah
Seksio sesaria Partus pervaginan

B. Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
Sirkulasi
Perdarahan vagina tanpa nyeri ( jumlah tergantung pada apaka previa marginal, parsial,atau
total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan.
Seksualitas
Tinggi fundus 28 cm atau lebih.
Djj dalam batas yang normal (DBN)
Janin mungkin melingtang atau tidak turun.
Uterus lunak.

Pemeriksaan diagnostic.
HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan
Hb dan Ht.
USG ; Menetukan letak plasenta.

2.Diagnosa keperawatan.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
Ansietas b/d Ancaman kematian ( dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan
system imun.

3.Intervensi keperawatan.
a.Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
Kriteria evaluasi;
Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda
vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat
secara individual.
1)Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan
pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram
peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2)Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen
atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
3)Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi fowler.
Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul
menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai
tanpon.
4)Catat tanda tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan
suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan
pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
5)Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total
terjadi.
6)Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai
indikasi.
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
7)Siapkan untuk kelahiran sesaria.
Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.

b.Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.


Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN
serta tes nonstres reaktif (NST).
1.Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2.Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas
janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas
Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan
kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan
penurunan aktivitas terjadi.
3.Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
4.Berikan suplemen oksigen pada klien
Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
5.Ganti kehilangan darah/cairan ibu.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
6. Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.
Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan
berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.

c.Ansietas b/d ancaman kematian (dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
Kriteria evaluasi :
-Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan
yang sehat dan tidak sehat.
-Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
-Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan
ketakutan.
1.Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2.Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan.
Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan.
3.Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien
untuk mengembangkan solusi sendiri.
4.Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk
mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur.
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih
efektif.
5.Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.
Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control
terhadap situasi.

d.Resiko tinggi cederabu) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah abnormal, kerusakan
system imun.

Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi
DBN normal.
1.Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok
Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan
infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang
disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
2.Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.
Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk
terkena infeksi.
3.Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin.
Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin.
4.Berikan heparin, bila diindikasikan.
Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin
pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-
faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan.
5.Berikan antibiotic secara parenteral.
Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .
Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi,
edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian
/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/02/asuhan-keperawatan-plasenta-previa.html

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN SOLUSIO PLASENTA

Bab I

Konsep Medis

1. Definisi

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. ( Kapita selekta
Kedokteran : hal. 279).
Solusio plasenta (abruption plasenta atau accidental haemorage) adalah terlepasnya plasenta
yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu atau sebelum janin lahir

2. Etiologi

Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor uterus, defisiensi gizi,
merokok, konsumsi alkohol, penyalahan kokain, serta obstruksi vena kava inferior dan vena ovarika.
( Kapita selekta Kedokteran : hal. 279).

3. Prognosis

Prognosis ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau pre eklampsia,
tersembunyi tidaknya perdarahannya dan jarak waktu antara terjadinya solusio placenta sampai
pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5 -5% dan kematian janin 50-80%.( Kapita
selekta Kedokteran : hal. 279).

4. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang
sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan
pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
b. Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
c. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai /
tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

( Kapita selekta Kedokteran : hal. 279).

5. Klasifikasi

Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi:

a. Solusio plasenta partsialis

Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.

b. Solusio plasenta totalis

Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.

c. Prolapsus plasenta

Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.

Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi :

a. Solusio plasenta ringan

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan
menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau
terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.

b. Solusio plasenta sedang


Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau
mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang
terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta bunyi jantung janin
susah didengar. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya
mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang
jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat

c. Solusio plasenta berat

Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock. Terjadi sangat tiba-
tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri.

6. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis, yang kemudian
terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi, dan akhirnya, penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas, dan mencapai tepi
plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal
untuk menekan permbuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan
selaput ketuban.
7. Komplikasi
A. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita
belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai
dengan jumlah perdarahan yang terlihat

B. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada
dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik.

C. Kelainan pembekuan darah


Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
D. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebut Uterus couvelaire.

E. Komplikasi pada janin yang dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir
rendah, dan sindrom gagal napas.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma
b. KTG untuk menilai kesejahteraan janin
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin.
H. Penatalaksanaan

1. Konservatif.

Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya
berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera
dilakukan langkahlangkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi
plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada
solusio plasenta yang nyata secara klinis.

2. Aktif.

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang
membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila
terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan
persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi
bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervaginam.
Bab II

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Biodata

Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain :

- Nama

Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas untuk membedakan
dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar nama dan diagnosa penyakitnya.

- Jenis kelamin

Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami kehamilan.

- Umur

Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi penurunan kontraksi
akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa menopause.

- Pendidikan

Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak mengetahui cara
perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan.

- Alamat

Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan, karena mereka tidak pernah
dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk kehamilan.

- Riwayat persalinan

Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami pelepasan plasenta.

- Status perkawinan

Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit
lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

- Agama

Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam memberikan bimbingan
kegamaan.
- Nama suami

Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi persetujuan dalam
perawatan.

- Pekerjaan

Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama istrinya dirawat.

b. Keluhan utama

- Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri

- Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang
berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.

- Perdarahan yang berulang-ulang.

c. Riwayat penyakit sekarang

Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit banyak,
terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah
mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat
mengecil (hydroamnion gameli) dll.

d. Riwayat penyakit masa lalu

Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma,
uterus / rahim feulidli.

e. Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

- Kesadaran : composmetis s/d coma

- Postur tubuh : biasanya gemuk


- Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa

- Raut wajah : biasanya pucat

2) Tanda-tanda vital

- Tensi : normal sampai turun (syok) (<>

- Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)

- Suhu : normal / meningkat (> 37o c)

- RR : normal / meningkat (> 24x/menit)

g. Pemeriksaan cepalo caudal

1) Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.

- Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma

- Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung

- Mata : conjunctiva anemis

2) Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal, hiperpegmentasi aerola.

3) Abdomen

- Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra

- Palpasi rahim keras, fundus uteri naik

- Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.

4) Genetalia

Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises
pada kedua paha / femur.

5) Ekstremitas

Akral dingin, tonus otot menurun.

6) Pemeriksaan penunjang
- Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.

- USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer)

b. Nyeri akut

c. Ansietas
Ruptur arteri desidua

Distres atau pengerasan pada uterus

Nyeri tekan pada Uterus

hematoma retro plasenta

Dx. Nyeri akut

Dx : Ansietas

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam Nyeri yang dirasakan klien berkurang

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam Kecemasan klien berkurang

Referensi :

Brunner and Suddarths (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi 8 volume 2). Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC.

Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC

Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

3. WEB OF CAUTION (WOC) Solusio Plasenta


ETIOLOGI

Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali
atau tumor uterus, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahan kokain, serta obstruksi vena kava inferior dan vena ovarika.

Perdarahan ke dalam desidua basalis

Hematoma Desidual

Terlepasnya plasenta

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya.

KOMPLIKASI
Syok Perdarahan
Gagal Ginjal
kelainan Pembekuan darah
Apopleksia plasenta
Apoplexi uteroplacenta

Apoplexi uteroplacenta
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak,
syok dan kematian janin intra uterin.
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah

Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau pre eklampsia, tersembunyi tidaknya
perdarahannya dan jarak waktu antara terjadinya solusio placenta sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5 -5% dan kematian janin 50-80%

Penatalaksaan

Konservatif.
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkahlangkah untuk
memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.
Aktif.
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian
parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau
terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan lab. darah
KTG
USG

KETERANGAN :

: MASALAH UTAMA

: ETIOLOGI

: AKIBAT, DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL

: PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

: MANIFESTASI KLINIS

: PENATALAKSANAAN

: PROGNOSIS

: KOMPLIKASI

: PATOFISIOLOGI

hematoma retro plasenta

Merusak banyak Pemb. Darah

Ketidakmampuan kontraksi uterus

Penurunan status kesehatan

Penurunan status kesehatan


TUJUAN

Tingkat kenyamanan;

Pengendalian nyeri;

Tingkat nyeri;

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untuk:

Menunjukkan tingkat kenyamanan, yang dibuktikan dengan indicator:

Memperlihatkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan

NIC
Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor prespitasinya .
Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya ada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Menyertakan dalam instruksi pemulangan pasien oabat khusus yang harus di minum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interkasi obat, kewaspadaan khusus, saat
mengkonsumsi obat tersebut (pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang harus dihubungi bila nyeri membandel
Sesuiakan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor prespitasinya
Kelola nyeri dengan pemberian opiat yan terjadwal.
Pemberian analgetik sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah diberikan analgesik pertama kali.

TUJUAN

NOC:
Pasien tidak memperlihatkan kekhawatiran.

Pasien tidak terlihat tegang

Pasien terlihat tenang

NIC

Mengkaji tingkat kecemasan pasien meliputi reaksi fisik

Mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis perkembangan atau situasional.

Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisipasi tidak jelas.

Meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres akut.

Memberikan penenangan, penerimaan, dan bantuan atau dukungan selama masa strees.

NOC:

Status Sirkulasi
Keseimbangan cairan

Dx. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer).

TUJUAN

Ketidakmampuan kontraksi uterus

Perdarahan terjadi

Hemoglobin keluar selama perdarahan

NIC
Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap sirkulasi perifer

Pantau status cairan

Monitor TTV

Monitor tekanan perfusi serebral

Monitor intake dan output cairan

Catat respon pasien terhadap stimuli

posisikan pasien pada posisi semi fowler

Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi

- ditraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin


- Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang mendukung

- Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkutan aktivitas perawatan

Health Education :

- informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan

- perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid ( misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis )
Manajemen Nyeri (NIC):

- berikan informasi tentang nyeri, sepperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung , dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

Kolaborasi :

- gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan / Rencana Keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC: 1. Lakukan pengkajian yang


(perifer). komprehensif terhadap sirkulasi
1. Status Sirkulasi
2. Keseimbangan cairan perifer
Definisi : penurunan oksigen yang Pantau status cairan
mengakibatkan kegagalan Monitor TTV
Monitor tekanan perfusi
penghantaran nutrisi ke jaringan
Kriteria Hasil: serebral
pada tingkat kapiler. Monitor intake dan output
Setelah dilakukan tindakan
Batasan Karakteristik : cairan
keperawatan selama 3x24 jam Catat respon pasien terhadap
- Perubahan sensasi klien mampu untuk: stimuli
posisikan pasien pada posisi
- Perubahan karakteristik kulit 1. Mendemonstrasikan status
semi fowler
sirkulasi yang ditandai Instruksikan keluarga untuk
- Perubahan tekanan darah pada
dengan : mengobservasi kulit jika ada lesi
ekstremitas
Tekanan sistol dan diastol
atau laserasi
- Kulit pucat saat elevasi tungkai Gunakan sarung tangan untuk
dalam rentang normal.
proteksi
- Perubahan suhu kulit 10. Kolaborasi pemberian intravena.
11. Dorong masukan oral
- Nadi lemah atau tidak teraba 12. Atur kemungkinan transfusi
2. Keseimbangan cairan dapat
13. Persiapan untuk transfusi
dipertahankan, yang
dibuktikan dengan : Health Education
tekanan darah normal
14. Ajarkan pasien/keluarga
turgor kulit tidak kering
tenghindari suhu ekstrem pada
ekstermitas
15. Anjurkan pasien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang ditimbulkan
16. Anjurkan pasien atau keluarga
untuk memeriksa kulit setiap
hari untuk mengetahui
perubahan integritas kulit

2. Nyeri Akut (00132) NOC : NIC :

Definisi : Nyeri akut adalah Tingkat nyeri : 1. Melakukan pengkajian nyeri


pengalaman sensori dan yang komprehensif meliputi
1 : Tidak ada
emosional yang tidak lokasi, karakteristik, awitan dan
menyenangkan yang muncul 2 : Ringan durasi, frekuensi kualitas,
akibat krusakan jaringan yang 3: Sedang intensitas atau keparahan nyeri
aktual dan potensia atau dan faktor prespitasinya.
4 : Berat 2. Observasi isyarat non verbal
digambarkan sedemikian rupa
ketidaknyamanan, khususnya
(International Association For The 5 : Sangat berat
ada mereka yang tidak mampu
Sudy Pain);awitan yang tiba-tiba
Pengendalian nyeri :
berkomunikasi efektif.
atau lambat dari intensitas ringan
3. Menyertakan dalam instruksi
hingga berat dengan akhir yang 1 : Tidak pernah
pemulangan pasien oabat
dapat diantisipasi atau diprediksi 2 : Jarang khusus yang harus di minum,
dan berlangsung < 6 bulan.
3 : Kadang-kadang frekuensi pemberian,
Batasan Karakteristik : kemungkinan efek samping,
4 : Sering
kemungkinan interkasi obat,
o Data Subjektif
- Mengungkapkan secara verbal 5 : Selalu kewaspadaan khusus, saat

atau melaporkan nyeri dengan mengkonsumsi obat tersebut


Tingkat kenyamanan
isyarat. (pembatasan aktivitas fisik,
o Data Objektif Setelah dilakukan tindakan pembatasan diet) dan nama
- Posisi untuk menghindari nyeri
keperawatan selama 3 x 24 orang yang harus dihubungi bila
- Perilaku ekspresif (misalnya
jam diharapkan pasien akan nyeri membandel
gelisah, merintih, menangis,
mengatakan nyeri berkurang 4. Sesuiakan frekuensi dosis sesuai
kewaspadaan berlebihan, peka
atau teratasi, dengan kriteria indikasi melalui pengkajian nyeri
terhadap rangsang dan menghela
hasil : meliputi lokasi, karakteristik,
napas panjang)
- Wajah topeng (nyeri) awitan dan durasi, frekuensi
Pasien tidak menunjukan
- Perilaku menjaga atau sikap kualitas, intensitas atau
ekspresi nyeri pada wajah
melindungi. keparahan nyeri dan faktor
- Bukti nyeri yang dapat diamati.
Pasien tidak terlihat gelisah prespitasinya
- Gangguan tidur Pasien akan melaporkan nyeri
5. Kelola nyeri dengan pemberian
dan durasi episode nyeri opiat yan terjadwal.
6. Pemberian analgetik sebelum
Pasien tidak merintih dan melakukan prosedur yang
menangis menimbulkan nyeri.
7. Monitor vital sign sebelum dan
Pasien mempertahankan
sesudah diberikan analgesik
tingkat nyeri pada skala 2/5,
pertama kali.
dengan indikator :
HE :
1 : Tidak ada 1) Memberikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab nyeri,
2: Ringan
berapa lama akan berlangsung,
3 : Sedang
dan antisipasi ketidaknyamanan

4 : Berat akibat prosedur.


2) Mengajarkan tehnik non
5 : Sangat berat farmaklogis sebelum, setelah
dan jika memungkinkan selam
aktivitas yang menimbulkan
nyeri terjadi atau meningkat;
dan bersaman pengguanaan
tindakan peredaan nyeri yang
lain.
3) Hadir di dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa
nyaman dan aktivitas lain untuk
memenuhi kebutuhan rasa
nyaman dan aktivitas lain untuk
membantu relaksasi, meliputi
tindakan sebagai berikut:
Lakukan perubahan posisi,
masasae punggung dan
relaksasi.
Ganti lenen tempat tidur, bila
diperlukan.
Berikan perawatan dengan tidak
terburu-buru, dengan sikap yang
mendukung.
Libatkan pasien dalam
pengambilan keputusan yang
menyangkut aktivitas
keperawatan.
4) Bantu pasien untuk lebih
berfokus pada aktivitas, bukan
pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan
pengalihan melalui televisi,
radio, tape dan interaksi dengan
pengunjung.
5) Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terrhadap
ketidaknyamanan (mis, suhu
ruangan, pencahayaan dan
kegaduhan)
3. Ansietas NOC : NIC :

Definisi : Perasaan tidak nyamana. Tingkat ansietas : Mengkaji tingkat kecemasan


atau kekhawatiran yang samar pasien meliputi reaksi fisik
1 : Tidak ada
disertai respon otonom (sumber
Mempersiapkan pasien
sering kali tidak spesifik atau 2 : Ringan
menghadapi kemungkinan krisis
tidak diketahui oleh individu), 3 : Sedang perkembangan atau situasional.
perasaan takut yang disebabkan
b. Pengendalian diri terhadap Meminimalkan kekhawatiran,
oleh antisipasi terhadap bahaya.
ansietas : ketakutan, prasangka atau
Perasaan ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang 1 : Tidak pernah perasaan tidak tenang yang

memperingatkan bahaya yang berhubungan dengan sumber


2 : Jarang
akan terjadi dan memampukan bahaya yang diantisipasi tidak
individu melakukan tindakan 3 : Kadang-kadang jelas.
untuk menghadapi ancaman.
4 : Sering Meredakan kecemasan pada
pasien yang mengalami distres
5 : Selalu
akut.
Batasan Karakteristik :
c. Koping : Tindakan personal
Memberikan penenangan,
o Perilaku untuk mengatasi stressor yang
penerimaan, dan bantuan atau
membebani sumber-sumber
- Gelisah dukungan selama masa strees.
individu.
- Insomnia Memberikan obat untuk

- Resah menurunkan ansietas jika perlu.


Setelah dilakukan tindakan 3 x
o Afektif 24 jam diharapkan pasien
akan mengatakan Ansietas HE
- Gelisah
berkurang atau teratasi,
1) Membantu pasien untuk
- Stres
dengan kriteria hasil :
beradaptasi dengan persepsi
- Ketakutan
- Pasien tidak memperlihatkan stressor, perubahan, atau
- Perasaan tidak adekuat kekhawatiran. ancaman yang menghambat
pemenuhan tuntutan dan peran
- Peningkatan kekhawatiran - Pasien tidak terlihat tegang
hidup.
o Fisiologi - Pasien terlihat tenang
2) Mengajarkan anggota keluarga
- Peningkatan ketegangan bagaimana membedakan antara
serangan panik dan gejala
- Terguncang
penyakit fisik
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:
EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.

Nugroho Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC : Jakarta.

Anonim. 2011. Konsep medis dan konsep keperawatan klien solusio plasenta. (diakses : tanggal 17
februari 2014, pukul 20.10 WITA)

http://titinrestantikaharu.blogspot.co.id/2014/06/askep-solusio-plasenta.html

Você também pode gostar