Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1.1 DEFINISI
Supraventrikuler takikardia (SVT) atau juga disebut juga SVT paroksismal
merupakan peningkatan frekuensi denyut jantung diatas 100x/mnt yang disebabkan oleh
pelepasan impuls jantung yang berasal dari daerah diatas ventrikel jantung. SVT
merupakan bagian dari disritmia (gangguan irama jantung) yaitu jenis takidisritmia. Suatu
takidisritmia dapat terjadi melalui tiga mekanisme dasar, yaitu automatisasi abnormal,
reentry, dan triggered activity.
1.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden SVT paroksismal adalah sekitar 1-3 kasus per 1000 orang. Jenis yang
tersering adalah fibrilasi atrium. Pada suatu studi populasi ditemukan insiden SVT yaitu
sekitar 35 kasus per 100.000 orang/ tahunnya dengan insiden tertinggi pada usia
pertengahan. Jenis AVNRT (Atrioventricular Nodal Reentrant Tachycardia) lebih sering
terjadi pada pasien usia pertengahan atau yang lebih tua sedangkan pasien usia remaja
lebih sering mengalami SVT diperantarai melalui AVRT jalur aksesoris. Berdasarkan
jenis kelamin ditemukan AVNRT lebih banyak dialami oleh wanita, pada studi populasi
juga ditemukan risiko untuk mengalami SVT paroksismal dua kali lebih tinggi pada
wanita akan tetapi prevalensi fibrilasi atrium sama antara laki-laki dan perempuan.
Prevalensi SVT paroksismal meningkat seiring bertambahnya usia.
Rangka jantung
o Tersusun atas septum membranaseum ventrikel, trigonum fibrosum dan
anulus fibrosus dimana ketiganya terdapat serat kolagen.
a. Siklus jantung
b. Perangsangan saraf pada jantung
Simpatis Parasimpatis
Inotropik(kekuatan kontraksi) + -
Chronotropik(frekuensi) + -
Dromotropik(kecepatan + -
hantar rangsang)
1.6.PATOFISIOLOGI / PATOGENESIS
Mekanisme takiaritmia tergantung dari peran ion-ion natrium, kalium, kalsium,
khusunya mengenai fungsi kanal ion, sehingga berpengaruh terhadap potensial aksi dan
juga konduksi elektrisnya. Beberapa teori yang dipakai sampai sekarang untuk
menerangkan tentang takiaritmia yaitu peningkatan automatisitas, triggered activity, dan
mekanisme reentry.
A. Peningkatan automatisitas
Aktivitas pacemaker otomatis selain pada nodus SA, juga didapatkan pada
serabut atrial khusus, serabut AV junction dan serabut purkinje. Sel miokard pada
keadaan normal tidak mempunyai aktivitas sebagai pacemaker. Peningkatan
automatisitas serabut pacemaker laten karena terjadi depolarisasi parsial pada
resting membrane. Terjadi perubahan kecepatan depolarisasi pada fase diastolik
yaitu p ercepatan fase 4 sehingga automatisitas meningkat. Bila mencapai ambang
rangsang, akan terjadi aksi potensial baru sehingga dengan demikian
mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut jantung. Keadaan ini didapatkan
pada peningkatan katekolamin endogen dan eksogen, gangguan elektrolit
(hipokalimia), hipoksia atau iskemia, efek mekanis dan obat (digitalis).
B. Triggered Activity
Dapat disebabkan oleh early after depolarization , yang terjadi pada fase 2 dan
fase 3 potensial aksi atau pada after depolarisation terlambat. Karena itu
mekanisme ini terjadi tidak secara spontan, tetapi sudah ada gangguan elektris
jantung. Setelah hiperpolarisasi akhir, Na+ dan Ca++ yang masuk ke dalam sel
meningkat, sehingga terjadi gelombang sesudah depolarisasi dan bila mencapai
ambang rangsang maka akan terjadi ekstrasistol. Mekanisme ini telah diobservasi
terjadi di atrial, ventrikel dan jaringan His-Purkinje di mana kadar katekolamin
meningkat hiperkalsemia, intoksikasi digitalis, atau pada bradikardia,
hipokalemia. Semua keadaan ini menghasilkan akumulasi Ca++ intraseluler.
C. Mekanisme Reentry
Teori ini banyak dipakai untuk menerangkan terjadinya takiaritmia
paroksismal menetap. Persyaratan terjadinya mekanisme ini adalah adanya blok
unidirectional pada salah satu jalan konduksi, baik sementara maupun menetap,
adanya jalan tambahan sehingga membentuk sirkuit tertutup, konduksi
perangsangan cukup lambat, sehingga pada saat rangsang sampai di titik blok,
titik tersebut sudah berada dalam fase refrakter relatif kembali, ada extra beat
sebagai pemicu terjadinya mekanisme reentry. Perjalanan berulang dari impuls
tersebut mengakibatkan timbulnya takiaritmia menetap.
Pada sel pacemaker terjadi depolarisasi yang spontan pada fase 4 dan fase 0 lebih lambat
serta ambangya lebih rendah.
1.8.GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang terjadi saat terjadinya SVT yaitu
Palpitasi
Perasaan ingin pingsan (lightheadedness)
Pusing
Hilang kesadaran
Nyeri dada
Sesak napas
Kelelahan
Mual
Diaphoresis (berkeringat dingin)
Biasanya pasien datang dengan gejala dari SVT, akan tetapi pasien juga bisa datang
tanpa gejala. Gejala tersering dari SVT adalah palpitasi yang dirasakan terjadi beberapa
detik sampai jam. Hilang kesadaran atau sinkop saat SVT jarang ditemukan.
Berdasarkan gejala klinis pasien SVT dibagi menjadi stabil maupun yang tidak stabil.
Gejala yang termasuk stabil: sesak napas, palpitasi, pusing. Pasien yang tidak stabil
memiliki gejala: nyeri dada yang berlanjut, dan hilangnya kesadaran.
1.9.PEMERIKSAAN FISIK
Temuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas. Pasien sering datang dengan
keadaa tertekan (distress). Paling sering ditemukan hanya takikardia pada pemeriksaan
nadi pada apabila cadangan hemodinamikanya masih signifikan. Bila cadangan
hemodinamika terbatas ditemukan takipnea dan hipotensi pada pemeriksaan vital. Pada
auskultasi mungkin ditemukan crackles akibat penyakit sekunder yaitu gagal jantung,
bunyi jantung S3 mungkin ada dan dirasa ada pulsasi vena jugular yang membesar.
1.11. DIAGNOSIS
SVT tersering yang ditemukan:
Jenis Epidemiologi Mekanisme Perubahan EKG
AVNRT Paling sering (kurang Reentry disebabkan Rate: 118-264 bpm
lebih 50-60%), sering adanya 2 tipe pada Ritme: reguler,
ditemukan pada jalur nodus normal kompleks QRS
wanita muda yaitu tipe atipikal sempit (<120 msec);
(cepat dan lambat) reguler, kompleks
sekitar 10% kasus, QRS lebar ( 120
dan tipe tipikal msec); Aktivitas
(lambat dan cepat) gelombang P
sekitar 90% seluruh mungkin tidak
kasus AVNRT ditemukan dikedua
tipe
Atipikal : RP interval
> PR interval,
gelombang P negatif
pada lead III dan
aVF.
Tipikal : RP interval
< PR interval,
gelombang R palsu
pada lead V1 dengan
takikardia,
gelombang S palsu
pada lead I, II, aVF.
AVRT Kedua tersering Reentry yang Rate: 124-256 bpm
(kurang lebih 30%) disebabkan jalur Ritme: reguler,
aksesoris (2 tipe): kompleks QRS
orthodromic sempit (sering pada
(antegrade orthodromic);
conduction through reguler, kompleks
AV node) dan QRS lebar (jarang
antidromic (retrogade pada tipe
conduction through orthodromic atau
AV node) antidromic) hanya
terjadi bila
ditemukan BBB
(Bundle Branch
Block).
Orthodromic: RP
interval < PR interval
atau RP interval > PR
interval dengan
konduksi jalur
aksesoris yang
lambat; gelombang P
retrogade (leads
I,II,III,aVF,V1);
Antidromic: interval
RP pendek (< 100
msec); reguler,
kompleks QRS lebar
( 120 msec)
Atrial Takikardia Ketiga tersering AT fokal: (reentry, Rate: 100-250 bpm
penyebab SVT automatisitas, atau (atrial)
(kurang lebih 10%), triggered activity) Ritme: reguler,
terdapat 2 tipe yaitu biasanya kompleks
AT fokal dan AT AT multifokal QRS sempit ;
multifokal. (aktivitas irreguler (fokus
AT memiliki 2 automatisitas) ektopik), kompleks
bentuk : fokal dan QRS lebar apabila
makroreentrant aberrancy
AT multifokal lebih ditemukan.
sering ditemukan
pada usia AT Fokal: interval
pertengahan atau RP memanjang
pasien gagal jantung tersering; bentuk
atau PPOK. gelombang P
bervariasi.
AT Multifokal:
ditemukan 3 bentuk
gelombang P yang
berbeda yang tidak
berhubungan satu
sama lainnya ;
interval RR irreguler.
Diagnosis banding:
Tipe Usia Kondisi yang Gejala klinis Perubahan
Takiaritmia mendasari EKG
SVT Semua usia Tidak ada Onset Pre-eksitasi
paroksismal mendadak, sering pada
palpitasi reguler, AVRT
diaphoresis
Fibrilasi atrial, 60 thn Penyakit jantung Onset mendadak Tanda hipertrofi
flutter atrial, AT (hipertensi, paroksismal, ventrikel kiri;
multifokal penyakit jantung palpitasi abnormalitas
iskemik dan irreguler; gejala repolarisasi
katub) kadang persisten nonspesifik
dan kadang
ringan atau tidak
ada.
Sinus takikardia 10-30 thn Tidak ada Onset progresif Normal
dan palpitasi
Ventrikuler 50 thn Penyakit jantung Onset mendadak Terdapat
takikardia iskemik dan palpitasi gelombang Q
reguler, sinkop patologis
atau sudden
death karena
jantung
1.12. TERAPI
- Primary survey:
1. Pasien sadar/tidak
2. Terdapat denyut nadi/tidak, cepat/tidak
3. Pasien bernafas spontan/tidak
Prinsip:
1. Kontrol kecepatan kontraksi ventrikel
2. Mengembalikan ke irama sinus
3. Observasi apakah dibutuhkan antikoagulan untuk mencegah tromboemboli
Electrical cardioversion mengembalikan ke irama sinus
-blockers: pada SVT, digunakan spesifik untuk mengurangi konduksi impuls
yang melalui nodus AV saat terjadi takikardia
Calcium channel blockers (CCB), mekanisme kerja sama seperti -blockers.
(contoh yang sering digunakan: verapamil atau diltiazem).
Agen anti-aritmia, mekanisme kerjanya secara langsung mempengaruhi atrium
dan ventrikel jantung. Sangat berguna pada SVT yang melalui jalur aksesoris
atau bypass atau pada takikardia atrial.
Radiofrequency ablation (RFA), merupakan suatu prosedur operasi
menggunakan kateter yang dapat secara spesifik mengetahui lokasi asal SVT
lalu dilakukan ablasi/ koagulasi pada tempat yang diduga asal SVT.
Terapi umum
Pengobatan jangka pendek / urgent management
Farmakologi
I.V. adenosine (6 mg rapid I.V., diulang dengan 12 mg bila diperlukan,
indikasi terminasi SVT) atau verapamil (5 mg I.V. dosis maksimal sampai 15
mg, indikasi menurunkan frekuensi denyut jantung).
Non-farmakologi
Manuver stimulasi vagal menurunkan frekuensi denyut jantung (pijat satu
sisi sinus carotis, gagging, penekanan bola mata).
Pengobatan jangka panjang.
Farmakologi
o Amiodarone (200-400 mg oral 1x/ hari, indikasi mencegah SVT)
o Disopyramide (200-400 mg oral 2x/ hari, indikasi mencegah SVT)
o Metoprolol (25-100 mg oral 2x/hari, indikasi menurunkan frekuensi denyut
jantung)
o Verapamil (80-240 mg oral 3x/hari, indikasi mencegah SVT)
1.13. KOMPLIKASI
SVT dapat mengakibatkan penurunan curah jantung dan gagal jantung
kongestif (bila SVT terjadi menetap selama 6-12 jam)
Tromboemboli
1.14. PENCEGAHAN
Farmakologi (Amiodarone, Disopyramide, Procainamide, Quinidine, Verapamil).
1.15. PROGNOSIS
Prognosis pada SVT paroksismal tergantung dari penyakit jantung yang
mendasarinya; pasien yang memiliki struktur jantung normal memiliki prognosis yang
sangat baik.
Pada AF berpotensi menjadi aritmia yang berbahaya
Gambaran EKG
- Sinus takikardi
- Atrial flutter
- Atrial fibrilation
- PSVT
- AVNRT
- AVRT