Você está na página 1de 9

5.

6 Analisis Aspek Transportasi Wilayah koridor Bandung-Cirebon


Kabupaten Majalengka
5.6.1 Analisis Eksternal
Analisis transportasi ini terdapat beberapa sistem yang dikaji diantaranya
yaitu sistem jaringan, sistem aktivitas dan sistem pergerakan yang dapat
mempengaruhi wilayah sekitarnya yang berada di Kabupaten Majalengka.
5.6.1.1 Sistem Jaringan
Jaringan sistem transportasi regional pada wilayah Kabupaten Majalengka
hanya berupa jaringan transportasi jalan raya dengan jalan arteri primer pada zona
Dawuan-Jatiwangi. Kabupaten Majalengka, tepatnya Kota Kadipaten, dilalui oleh
Jalan Negara yang menghubungkan Ibukota Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah
melalui Kota Cirebon. maka dalam hal ini terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam sistem jaringan yaitu :
a. Jalan arteri primer
Dikarenakan Kabupaten Majalengka merupakan jalur alternatif utara satu-satunya
menuju Provinsi Jawa Tengah, maka di sepanjang jalan utama yan berada di
Kabupaten Majalengka merupakan jalan arteri primer. ruas jalan arteri yang
menghubungkan Kecamatan Kadipaten Kecamatan Dawuan Kecamatan
Jatiwangi Kecamatan Palasah- Kecamatan Sumberjaya yang merupakan bagian
dari ruas jalan Bandung-Cirebon.
b. Jalan kolektor primer
Ruas jalan Kecamatan Majalengka Kecamatan Kadipaten Kecamatan
Kertajati Kecamatan Jatitujuh menuju Indramayu
Ruas jalan Kecamatan Majalengka Kecamatan Cigasong Kecamatan Maja
Kecamatan Talaga Kecamatan Cikijing menuju Kuningan
Ruas jalan Cikijing Cingambul menuju Ciamis
Ruas jalan Kecamatan Talaga Bantarujeg Lemahsugih menuju Sumedang
Ruas jalan Kecamatan Cigasong Kecamatan Jatiwangi

404
c. Jalan lokal primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jalan kesatu dengan persil
atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga. Jaringan jalan lokal primer yang terdapat
di Kabupaten Majalengka meliputi ruas jalan setiap kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Majalengka. Melihat ruas-ruas jalan yang terdapat di Kabupaten
Majalengka maka daerah-daerah di Kabupaten Majalengka hampir seluruhnya sudah
dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor.
Adanya rencana pembangunan jalan tol lintas Cikampek Cirebon bertujuan
untuk menampung arus pergerakan kegiatan ekonomi yang sangat padat melalui jalur
Pantai Utara (Pantura). Dengan adanya jalan tol tersebut pergerakan yang
menghubungkan antara pusat-pusat pertumbuhan kegiatan ekonomi terutama industri
di sepanjang jalur Pantura tidak lagi menambah beban jalur jalan negara yang sudah
sangat padat tersebut.
Keberadaan jalan tol ini diharapkan akan memacu perkembangan
perekonomian di wilayah sekitar jalur lintasannya. Pada umumnya perkembangan
yang relatif pesat terjadi di seputar pintu persimpangan keluar/masuk jalan tol.
Pembangunan jalan tol Cikampek Cirebon ini sekarang sedang dilaksanakan dan
telah sampai di perbatasan Kabupaten Majalengka, dan akan melintas di bagian utara
wilayah Kabupaten Majalengka, yaitu melalui Kecamatan Sumberjaya, Ligung,
Jatiwangi, Dawuan, dan Kertajati. Dampak positif dari pembangunan jalan tol
Cikampek Cirebon terhadap perkembangan Kabupaten Majalengka antara lain,
akan memacu perkembangan kegiatan ekonomi, terutama tumbuhnya zona-zona
industri yang akan berlokasi di wilayah strategis di sepanjang jalan tol. Sedangkan
dampak negatif dari pembangunan jalan tol ini yaitu akan menimbulkan fragmentasi
di wilayah utara-selatan
Kabupaten Majalengka memiliki akses yang kurang baik sehingga
menghambat pergerakan penduduk dan barang. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
aksesibilitasnya yang masih rendah dengan nilai 0,68 %. Pengaruhnya terhadap
wilayah kajian yaitu aksesibilitas di wilayah koridor menjadi menurun serta dapat

405
menghambat pergerakan aktifitas penduduk. Kabupaten ini masih diperlukan
peningkatan dalam pembangunan maupun perbaikan agar aksesnya menjadi baik dan
dapat memperlancar dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh penduduk yang ada
di Kabupaten Majalengka.
5.6.1.2 Sistem Pergerakan
Sistem pergerakan yang terjadi di Kabupaten Majalengka yang berupa
pergerakan orang dan barang dimana Kabupaten Majalengka merupakan jalur
pergerakan kendaraan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan kendaraan Antar Kota
Antar Provinsi (AKAP) yang melewati Kabupaten Cirebon. Pergerakan lokal yang
cukup padat terjadi pada jalur utama yaitu :
Majalengka Kadipaten
Majalengka Rajagaluh
Majalengka Cikijing
Majalengka Jatiwangi
Kadipaten Jatitujuh
Kadipaten Ujungjaya
Rajagaluh Trajaya Jatiwangi
Cikijing Talaga
Talaga Bantarujeg Lemahsugih
Sedangkan pergerakan regional terjadi antara kota utama di Kabupaten
Majalengka, yaitu Kadipaten, Majalengka, Rajagaluh, Cikijing dengan Bandung,
Cirebon, Jakarta, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Bekasi, Cikarang.
Untuk kebutuhan pengembangan terminal yang terkait dengan kelancaran
transportasi menuju Kabupaten Cirebon, maka terminal yang telah memiliki trayek
luar kota adalah terminal Rajagaluh. Hal ini sejalan pula dengan arah pengembangan
pusat kegiatan wilayah untuk bagian timur dari Kabupaten Majalengka. Sedangkan
untuk wilayah utara, maka terminal yang diperkirakan cocok serta terkait pula dengan
adanya rencana pembangunan bandara internasional adalah di Kecamatan Kertajati,
sehingga terminal ini juga diharapkan dapat menjadi terminal utama di Kabupaten
Majalengka.

406
Sehubungan dengan letak Kabupaten Majalengka sebagai pusat kegiatan
wilayah di Kabupaten Majalengka yang terletak pada jalur utama pergerakan pada
poros utara-selatan wilayah Kabupaten Majalengka, maka untuk mengantisipasi
perkembangan wilayah serta untuk mendukung sistem transportasi yang memadai
perlu dikembangkan sistem jaringan jalan melingkar (ring road)Kabupaten
Majalengka. Keberadaan jalan ini sekaligus sebagai pemecah konsentrasi kepadatan
jalan yang akan terjadi pada masa mendatang.
- Alternatif Trase pertama (melintasi 11 desa/kelurahan), yaitu Heuleut, Cipaku,
Jatisawit, Leuwikidang, Cikasarung, Baribis, Kutamanggu, Simpeureum,
Cigasong, Tajur, Kawunghilir.
- Alternatif Trase kedua (melintasi 9 desa/kelurahan), yaitu Bantrangsana,
Pasirmuncang, Munjul, Babakan Jawa, Majalengka Kulon, Cicurug, Sindangkasih,
Kulur, Kawunghilir.
Alternatif pertama merupakan alternatif terbaik yang berupa jalan lingkar
sebelah utara dengan pemisahan tujuan perjalanan dari Kadipaten menuju Rajagaluh
dan Talaga tanpa melalui Kabupaten Majalengka dan Cigasong, termasuk juga untuk
rute Talaga menuju Rajagaluh tanpa melalui Cigasong. Sedangkan trase kedua
merupakan jalan lingkar sebelah selatan serta sebagai pelengkap dari jalan lingkar
trase pertama dengan pemisahan tujuan perjalanan dari Talaga menuju Kadipaten
tanpa melalui Kecamatan Cigasong dan Majalengka.
Kabupaten Majalengka tingkat mobilitasnya termasuk dalam kategori rendah
dengan nilai indeks mobilitasnya sebesar 0,07 %, dapat dilihat bahwa di Kabupaten
Majalengka pergerakan yang dilakukan oleh penduduk masih rendah baik dalam
pergerakan orang dan barang maupun dalam pergerakan perlintasan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap pergerakan
baik pergerakan antar desa, kecamatan maupun antar kabupaten sekalipun.
5.6.1.3 Sistem Kegiatan
Pergerakan timbul atau terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan,
dimana terdapat sesuatu hal yang tidak dapat terpenuhi oleh wilayah itu sendiri,
terkait dengan hal tersebut penggunaan lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang

407
akan membangkitkan pergerakan. Untuk Kabupaten Majalengka penggunaan lahan di
dominasi oleh perkebunan, pertanian, dan home industri yang tersebar hampir di
seluruh kecamatan yang berjumlah 26 kecamatan. Adapun beberapa kegiatan yang
ada di wilayah Kabupaten Majalengka diantaranya :
1. Kawasan Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Kawasan pertanian dan perkebunan tersebar hampir di setiap kecamatan yang
berada di Kabupaten Majalengka, dan memiliki beberapa macam atau jenis pertanian
dan perkebunan yang ada, dan memberikan kontribusi yang cukup baik bagi
perekonomian di Kabupaten Majalengka tersebut.
2. Kawasan Non Pertanian (Permukiman, Perdagangan dan Jasa dan Industri )
Adapun jenis perdagangan dan jasanya adalah berupa pasar, kios atau
warung, toserba, minimarket, supermarket dan lain-lain. Sedangkan pada kecamatan
yang lain pusat perdagangan hanya terdapat di pusat kecamatan yang berfungsi
sebagai pelayanan yang rata-rata hanya melayani daerah atau wilayah pada lingkup
kecamatan itu sendiri. Aktivitas transportasi yang terbentuk oleh pola pengggunaan
lahan permukiman terjadi hampir pada keseluruhan kecamatan Kabupaten
Majalengka. Hal ini disebabkan oleh karena di setiap kecamatan memiliki
permukiman yang pola pergerakannya mengarah pada pusat kegiatan pemerintahan
dan ekonomi.
3. Pariwisata
Kegiatan pariwisata di Kabupaten Majalengka dapat dikatakan masih belum
berkembang secara optimal atau minim, kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten
Majalengka terdapat di bagian Wilayah Selatan. Jenisnya bermacam-macam ada yang
alami dan buatan.
5.6.2 Analisis Internal
5.6.2.1 Analisis Aksesibilitas
A. Sistem Jaringan
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata
guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Jaringan jalan, sarana transportasi seperti terminal, stasiun dan

408
sebagainya merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aksesibilitas. jalan
yang ada di Wilayah Koridor Bandung-Cirebon Kabupaten Majalengka terbagi
menjadi 3 hirarki jalan yaitu jalan arteri primer, jalan kolektor primer, dan jalan
Lokal. Jalan arteri primer terdapat di ruas jalan batas Sumedang - Jalan Jend. Ahmad
Yani - Cirebon, sedangkan untuk ruas jalan kolektor primer yaitu Jatiwangi- tonjong
dan Majalengka-Kadipaten-Kertajati sedangkan yang melewati beberapa kecamatan
terdapat pula jalan lokal yang terdapat di seluruh kecamatan di Wilayah Koridor
Bandung-Cirebon.
Untuk menghitung tingkat pelayanan sistem jaringan ini adalah dengan
melihat indeks aksesibilitas. Indeks aksesibilitas ini mencakup jarak, waktu, dan
biaya. Semakin jauh jarak (panjang jalan) maka aksesibilitasnya semakin tinggi serta
akan memerlukan waktu yang lama dan mengeluarkan biaya yang besar, begitu pula
sebaliknya. Aksesibilitas merupakan perbandingan antara panjang jalan dengan luas
wilayah yang terdapat di Wilayah Koridor Bandung-Cirebon. Untuk menghitung
nilainya, dapat digunakan rumus berikut :

Jumlah Panjang Jalan


Indeks Aksesibilitas = X 100%
Luas Wilayah

Tabel 170
Indeks Aksesibilitas Berdasarkan Kecamatan Wilayah Koridor Bandung-Cirebon
Kabupaten Majalengka
Indeks
No Kecamatan Panjang (Km) Luas (Ha) Aksesibilitas Keterangan
(%)
1 Kadipaten 31,42 2.186 1,44 Tinggi
2 Dawuan 27,90 2.380 1,17 Tinggi
3 Kasokandel 22,24 3.161 0,70 Rendah
4 Jatiwangi 40,06 4.003 1,00 Sedang
5 Palasah 39,91 3.869 1,03 Sedang
6 Leuwimunding 28,33 3.246 0,87 Rendah
7 Sumberjaya 24,04 3.273 0,73 Rendah
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat untuk penilaian dalam aksesibilitas dibagi
kedalam 3 klasifikasi yaitu, tinggi, rendah, dan sedang. Untuk memperoleh penilaian
tersebut digunakan perhitungan interval. Untuk kecamatan yang masuk kedalam

409
klasifikasi tinggi ialah kecamatan Kadipaten dengan nilai aksesibilitas 1,44% dapat
dilihat jarak menuju ibukota Kabupaten 12 km dan waktu yang ditempuh menuju
pusat kabupaten tersebut yaitu 20 menit serta kecamatan Dawuan dengan persentase
1,17% yang berarti bahwa jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten yaitu
15 km dan memerlukan waktu sekitar 30 menit.
Ini menunjukkan bahwa dikedua kecamatan tersebut aksesnya sudah baik
karena jarak yang ditempuh untuk menuju pusat Kabupaten tidak terlalu jauh dapat
diartikan mudah dijangkau dan hanya memerlukan waktu yang tidak terlalu lama.
Namun ada beberapa hambatan seperti kondisi jalan yang kurang baik yang terdapat
pada kecamatan Dawuan.
Sedangkan untuk klasifikasi Sedang terdapat pada kecamatan Jatiwangi dan
Palasah, dengan nilai aksesibilitas masing-masing 1,00% dan 1,03%. Dapat dilihat
jarak dari ibukota kecamatan Jatiwangi ke pusat Kabupaten yaitu 15 km dan
memerlukan waktu sekitar 35 menit serta untuk jarak dari ibukota kecamatan Palasah
ke Ibukota Kabupaten yaitu 17 km dan memerlukan waktu sekitar 40 menit. Ini
berarti menunjukkan bahwa dikedua kecamatan tersebut memiliki aksesibilitas yang
cukup baik.
Klasifikasi rendah berarti jarak (panjang jalan) yang ditempuh jauh, dan
memerlukan waktu yang lama. Dalam aksesibilitas kecamatan yang termasuk dalam
klasifikasi rendah yaitu terdapat pada kecamatan Kasokandel dengan nilai
aksesibilitas 0,70%, dapat dilihat jarak untuk menuju ibukota Kabupaten yaitu 17 km
sehingga memerlukan waktu sekitar 40 menit, kecamatan Leuwimunding 0,87%
dengan jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota Kabupaten yaitu 18 km memerlukan
waktu untuk ditempuh sekitar 45 menit dan kecamatan Sumberjaya 0,73% yang
berjarak dari ibukota kecamatan ke pusat Kabupaten yaitu 23 Km akan memerlukan
waktu sekitar 50 menit.
Hal ini menunjukkan bahwa ketiga kecamatan tersebut memiliki akses jalan
yang jauh atau sulit dijangkau. Ini akan dapat mempengaruhi dalam kegiatan
masyarakat seperti sekolah, pekerjaan maupun kegiatan yang lainnya.

410
5.6.2.2 Analisis Mobilitas
A. Sistem Pergerakan
Sistem pergerakan yang terjadi di Wilayah Koridor Bandung-Cirebon
Kabupaten Majalengka berupa pergerakan orang dan barang dimana Wilayah
Koridor Bandung-Cirebon merupakan jalur pergerakan kendaraan Antar Kota Dalam
Propinsi (AKDP) dan kendaraan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang melewati
Kabupaten Cirebon dan Bandung. Sedangkan pergerakan regional terjadi antara kota
utama di Wilayah Koridor Bandung-Cirebon Kabupaten Majalengka, yaitu
Kadipaten, dengan Bandung, Cirebon, Jakarta, Tasikmalaya, Majalengka, Sumedang,
Bekasi, Cikarang. Mobilitas dapat dilihat dari aktifitas-aktifitas penduduk. Apabila
aktifitas yang dilakukan penduduk tinggi maka tingkat mobilitas pada suatu daerah
tersebut akan tinggi begitu juga sebaliknya bila aktifitas masyarakat di suatu daerah
itu rendah maka tingkat mobilitasnya juga rendah. Jadi aktifitas dari masyarakat akan
dapat mempengaruhi tingkat mobilitas.
Untuk menghitung mobilitas penduduk yang ada di Wilayah Koridor
Bandung-Cirebon Kabupaten Majalengka, dapat dihitung dengan mengunakan
metoda dibawah ini :

Indeks Mobilitas = 100%

Tabel 171
Indeks Mobilitas Dinilai Per Kecamatan Wilayah Koridor Bandung-Cirebon
Kabupaten Majalengka
Jumlah Indeks
No Kecamatan Panjang (Km) Keterangan
Penduduk Mobilitas (%)
1 Kadipaten 31,42 43.669 0,07 Tinggi
2 Dawuan 27,90 88.016 0,03 Rendah
3 Kasokandel 22,24 45.674 0,05 Sedang
4 Jatiwangi 40,06 84.108 0,05 Sedang
5 Palasah 39,91 49.102 0,08 Tinggi
6 Leuwimunding 28,33 62.009 0,05 Sedang
7 Sumberjaya 24,04 62.765 0,04 Rendah
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2011

Dari hasil analisis diatas, dapat dilihat terdapat 3 Klasifikasi, yaitu tinggi,
Sedang, dan Rendah. Untuk kecamatan dengan tingkat Mobilitas yang tinggi terdapat

411
pada kecamatan Kadipaten dengan nilai mobilitasnya 0,07% dan kecamatan Palasah
dengan nilai 0,08%. Hal ini berarti terjadi pergerakan yang besar di kedua kecamatan
tersebut. Pergerakan yang tinggi tersebut terjadi dikarenakan aktifitas yang tinggi,
seperti pekerjaan, pendidikan serta perdagangan. Dapat dilihat bahwa pada kecamatan
Kadipaten terdapat pasar Kadipaten yang dapat menampung berbagai hasil produksi
dari kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah koridor. Serta terdapat pula terminal
dengan tipe C sehingga mempengaruhi kegiatan yang terjadi di kecamatan kadipaten
dan membuat mobilitas menjadi tinggi.
Untuk Mobilitas yang termasuk dalam klasifikasi Sedang terdapat pada
Kecamatan Kasokandel dan Jatiwangi dengan nilai yang sama yaitu 0,05% dan
Mobilitas yang Sedang juga terdapat di kecamatan Leuwimunding dengan nilai
Mobilitasnya 0,05%. Dengan nilai Mobilitas yang Sedang berarti pergerakan dari
masyarakat yang ada di wilayah tersebut cukup besar, sistem kegiatan akan
berpengaruh besar dalam suatu pergerakan tersebut. Pada mobilitas ini juga dapat
dipengaruhi oleh pergerakan orang dan barang yang melintas di wilayah kecamatan
tersebut.
Sedangkan untuk Kecamatan Dawuan dengan nilai Mobilitas 0,03% dan
Sumberjaya 0,04% menunjukkan bahwa mobilitas yang terjadi dikedua kecamatan
tersebut termasuk dalam klasifikasi Rendah. Ini menunjukkan bahwa di kecamatan
Dawuan dan kecamatan Sumberjaya tingkat pergerakan yang ada di kecamatan
tersebut rendah. Bisa dilihat bahwa dikedua kecamatan ini tingkat aktifitas seperti
pendidikan, pekerjaan dan perdagangan cukup rendah. Kebanyakan masyarakat
melakukan aktifitas di luar kecamatan tersebut. Sehingga mobilitas yang terjadi tidak
begitu besar. Kecamatan ini hanya mengandalakan pergerakan dari lintas kecamatan
yang melakukan perlintasan kecamatan yang melewati kedua kecamatan tersebut.

412

Você também pode gostar