Você está na página 1de 6

XI.

Pembahasan

Sediaan obat bentuk tablet saat ini masih merupakan bentuk sediaan yang paling
banyak dihasilkan oleh industri farmasi dan paling luas digunakan di masyarakat.
Dalam perkembangannya, metode pembuatan sediaan tablet menuntut adanya
bahan-bahan tambahan yang lebih fungsional. Salah satu metode pembuatan
tablet yang relatif banyak digunakan adalah metode kempa langsung. Syarat
bahan tambahan untuk dapat digunakan pada metode kempa langsung adalah
memiliki sifat alir dan kompaktibilitas yang baik. Sukar untuk memperoleh satu
bahan tambahan dengan karakteristik yang ideal dan memiliki banyak fungsi,
oleh karena itu, saat ini, berkembang dengan pesat pembuatan bahan tambahan
dalam bentuk bahan ko-proses, yaitu menggabungkan dua atau lebih macam
bahan tambahan dengan proses yang sesuai, yang dapat menghasilkan bahan
tambahan dengan sifat unggul dibandingkan dengan sifat fisik masing-masing
komponen. Saat ini telah banyak dikenal bahan ko-proses untuk pembuatan tablet
dengan metode kempa langsung, dan perkembangan bahan koproses masih
sangat diperlukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pembuatan sediaan
tablet di industri farmasi (Hadisoewignyo, 2013)

Berdasarkan sifat alir dan kompaktibilitas bahan aktif, dikenal ada dua macam
metode pembuatan tablet, yaitu metode kempa langsung dan metode granulasi.
Metode granulasi ada dua macam, yaitu metode granulasi kering dan metode
granulasi basah. Metode kempa langsung adalah metode pembuatan tablet tanpa
proses granulasi, dan memerlukan bahan tambahan yang sesuai sehingga
memungkinkan untuk dikempa secara langsung. Bahan aktif maupun bahan
tambahan (semua komponen tablet) harus memenuhi persyaratan, antara lain:1
(1) sifat alir yang baik; (2) kompaktibilitas yang baik; (3) kapasitas yang tinggi,
yang menggambarkan kemampuan untuk menahan sifat-sifat kompaksinya ketika
dicampur dengan bahan aktif; (4) memiliki distribusi ukuran partikel yang baik,
untuk menghindari terjadinya segregasi; (5) memiliki densitas ruahan yang
tinggi; dan (6) reprodusibel dalam produksi baik, untuk meminimumkan
keragaman antar-batch (Nachaegari,2004).

Keuntungan metode kempa langsung adalah1 (1) Metode kempa langsung


merupakan tahap produksi tablet yang paling singkat; (2) Keperluan akan alat,
ruangan, waktu, dan daya manusia lebih sedikit dibandingkan metode granulasi;
(3) Dapat meningkatkan disintegrasi zat aktif (waktu hancur tablet menjadi lebih
cepat) karena tablet langsung mengalami disintegrasi menjadi tablet; serta (4)
Metode kempa langsung dapat mengeliminasi panas dan lembap, yang terjadi
pada proses pembuatan dengan granulasi basah; dan mengelieminasi terjadinya
tekanan tinggi seperti yang terjadi pada proses pembuatan dengan metode
granulasi kering (Nachaegari,2004).

Di sisi lain, keterbatasan metode kempa langsung adalah1 (1) Harga bahan
tambahan yang dibutuhkan cukup mahal karena membutuhkan eksipien yang
memiliki sifat alir, kompresibilitas, serta ikatan antarpartikel yang baik; (2)
Bahan aktif dan bahan tambahan harus memiliki ukuran partikel yang mirip agar
tablet yang dihasilkan mempunyai keseragaman kandungan yang baik; dan (3)
Kesulitan untuk mendistribusikan zat aktif berdosis kecil serta sulit dilakukan
untuk zat aktif yang berdosis tinggi dengan kompresibilitas buruk
(Nachaegari,2004).

Terdapat tiga tahap dalam pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
yaitu (1) Penimbangan bahan (bahan aktif dan bahan tambahan); (2)
Pencampuran bahan aktif dengan semua bahan tambahan; dan (3) Kompresi
tablet (Nachaegari,2004).
Aspirin (Asam Asetil Salisilat) adalah suatu asam organik sederhana dengan pKa
3.0. aspirin cepat diserap dari lambung dan usus halus bagian atas menghasilkan
kadar salisilat plasma puncak 1-2 jam. Aspirin diserap cepat dan utuh dihidrolisis
(waktu paruh serum 15 menit) menjadi asam asetat dan salisilat oleh esterase di
jaringan dan darah. Salisilat terikat secara non linear ke albumin. Alkalinisasi
urin meningkatkan laju ekskresi salisilat bebas dan konjugat-konjugatnya yang
larut air. Aspirin secara reversible menghambat COX sedemikian sehingga efek
anti-trombosit aspirin menetap 8-10 hari (usia trombosit). Di jaringan lain,
sintesis COX baru menggantikan enzim yang inaktif sehingga dosis biasa
menghasilkan lama kerja 6-12 jam. Aspririn menurunkan serangan iskemik
transien (transient ischemic attack,TIA) , angina tak stabil, thrombosis arteri
koronaria dengan infark miokardium, dan thrombosis setelah tandur pintas arteri
koronaria. Studi-studi epidemiologik menyarankan bahwa pemakaian jangka
panjang aspirin pada dosis rendah menyebabkan penurunan insidens kanker
kolon, mungkin berkaitan dengan efeknya dalam menghambat COX
(Katzung,2013).

Pada praktikum kali ini, dilakukan proses pembuatan tablet aspirin dengan
menggunakan metode kempa langsung. Adapun bahan-bahan yang digunakan
yaitu Aspirin sebagai zat aktif yang memiliki khasiat sebagai analgesikum,
antipiretikum dan antiinflamasi serta antikoagulan. Asetosal memiliki fluiditas
dan kompresibilitas yang baik (Wang,2003), Avicel pH 102 sebagai filler binder
yang merupakan suatu zat yang dapat dicetak langsung yang memiliki
kompresibilitas yang sangat baik dimana daya alirnya cukup baik dan dapat
meningkatkan/mempercepat waktu hancur tablet (Sulaiman,2007), Magnesium
Stearat sebagai pelicin (lubricant) yang merupakan bornday-type lubricant yang
memiliki daya adhesi lebih baik dan lebih larut terhadap permukaan logam
oksida dibandingkan fluid-type lubricant (Lieberman,1981), Talk sebagai pelincir
(glidan) yang dapat meningkatkan fluiditas massa yang dikempa, sehinga massa
tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam (Sulaiman,2007) dan
Amilum manihot digunakan sebagai penghancur (disintegrant) untuk
memudahkan pelepasan zat aktif dari sediaanya di dalam tubuh yang akan
mempengaruhi kecepatan disolusinya (Sulaiman,2007).

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu pertama menimbang semua bahan yang


akan digunakan agar jumlah setiap bahan yang akan digunakan sesuai dengan
formulasinya, selanjutnya disiapkan semua alat yang akan digunakan. Kemudian
dimasukkan aspirin ke dalam lumpang lalu digerus hingga halus dan homogen.
Setelah serbuk aspirin homogen, ditambahkan semua bahan tambahan yang
digunakan yaitu Avicel pH 102, Magnesium Stearat, Talk, dan Amilum Manihot
lalu digerus hingga halus dan homogen. Selanjutnya diayak untuk memperoleh
ukuran serbuk yang seragam kemudian dilakukan evaluasi sediaan.

Uji organoleptis dilakukan dengan menggunakan indera yaitu melihat bentuknya,


merasa dan mencium bau dari serbuk, diperoleh bentuk serbuk, rasa pahit, warna
putih dan bau khas. Kecepatan alir, dilakukan tiga kali perlakuan, kecepatan alir I
2.7 g/s, kecepatan alir II 3.1 g/s, dan kecepatan alir III 3.3 g/s. Pengukuran sudut
diam dilakukan tiga perlakuan yaitu sudut diam I 280, sudut diam II 280, sudut
diam III 280. Uji kompresibilitas dilakukan dengan mengukur BJ ruah dengan BJ
mampat dengan memasukkan serbuk ke dalam gelas ukur 25 mL lalu diukur
volumenya sebagai BJ mampat, kemudian ditekan-tekan sebanyak 500 kali lalu
diukur kembali volumenya dan dinyatakan sebagai BJ ruah kompresibilitas
diperoleh BJ mampat 0.512, BJ ruah 0.454 sehingga diperoleh kompresibilitas
11.32%.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. http// Medscape.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2017.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Hadisoewignyo, L. dan Fudholi, A., 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Katzung,B. Susan M, Anthony T., 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC.
Jakarta

Nachaegari, S. and Bansal, A.K., 2004, Coprocessed Excipients for Solid Dosage
Form, Pharmaceutical Technology, Januari 2004, 52-64

Ronve,R.,C., Sheeskey.ad.2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Edition.


Pharmaceutical Press. London.

Sweetman S., 2009. Martindale The Complete Drug References. Pharmaceutical


Press. London.

Você também pode gostar