Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
RESIKO DETEKSI
1.1. Menentukan Resiko Deteksi
Pengertian risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi
salah satu material yang ada dalam suatu asersi. Pengertian rencana risiko deteksi adalah
dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor
sebagai komponen ke empat atau terakhir dalam penetapan strategi audit awal untuk suatu
pernyataan/asersi. Merancang pengujian substantif meliputi: Sifat, Waktu, Luas Pengujian,
Penentuan staf audit. Rencana risiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang
dinyatakan dengan model sebagai berikut .
RD = RA/RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian
substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen keempat atau terakhir dalam
penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.
Risiko deteksi terencana merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen
tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji
yang masih dapat ditoleransi. Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang
berkurang, risiko ini menentukan nilai bukti subtantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan.
3. PROSEDUR-PROSEDUR AWAL
Semua pengujian audit selalu diawali dengan usaha mendapakan pemahanam tentang
bisnis dan bidang usaha klien. Pemahaman tentang seberapa signifikan siklus pembelian
dalam perusahaan klien merupakan hal penting dalam menetapkan resiko. Pemahaman
tentang pemicu-pemicu kemajuan ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan
seberapa luas bisnis dengan pemasok-pemasok tertentu berpengaruh dalam mengevaluasi
hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian dan pengujian substantive.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantive atas utang dagang adalah
melakukan penelusuran saldo awal ke kertas kerja tahun lalu, dan menggunakan prangkat
lunak audit digeneralisasi untuk memeriksa selintas rekening utang dagang guna melihat
kemungkinan adanya pendebetan atau pengkreditan yang tidak biasa, dan untuk mendapatkan
daftar utang dagang per tanggal neraca beserta saldonya masing-masing. Biasanya klien telah
memiliki daftar voucher belum dibayar, buku pembantu utang dagang, atau file induk dalam
bentuk electronis. Auditor juga bisa menggunakan perangkat lunak audit digeneralisasi untuk
memastikan ketelitian perhitungan dari daftar tersebut dengan cara menjumlah-ulang hasil
penjumlahan yang dibuat klien dan memeriksa bahwa jumlah tersebut cocok dengan saldo
yang ditunjukkan oleh rekening control utang dagang di buku besar.
4. PROSEDUR ANALITIS
Prosedur Analitis digunakan dalam perencanaan audit untuk mengidentifikasi daerah
daerah atau tempat yang memiliki risiko tinggi terjadinya salah saji. Tujuan auditor
menerapkan prosedur analitis adalah untuk menaksir saldo utang dagang dan untuk
menetapkan hubungan hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci
lainnya seperti pembelian dan persediaan. Pengujian analitis dimaksudkan untuk membantu
auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit
lebih intensif. Sejumlah prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti atas
utang dagang. Prosedur tersebut terdiri dari:
a. Tentukan taksiran utang dagang dengan menggunakan pengetahuan tentang aktivitas
bisnis perusahaan, termin perdagangan normal, dan riwayat kecepatan perputaran
utang dagang.
b. Menghitung rasio-rasio:
Konfirmasi utang dagang dianjurkan apabila resiko deteksi rendah, dan apabila
terdapat saldo utang individual yang besar jumlahnya atau apabila perusahaan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Seperti halnya audit atas piutang dagang, auditor
harus mengawasi pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi dan harus menerima
jawaban secara langsung dari responden.
Apabila prosedur konfirmasi akan dijalankan, maka dalam memilih sampel yang akan
dikirimi konfirmasi, auditor harus mengikutsertakan utang utang bersaldo nol atau bersaldo
kecil, karena klien cenderung untuk melakukan kurang saji, dan hal itu besar kemungkinan
telah dilakukan pada utang yang dalam laporan terlihat bersaldo nol atau kecil. Selain itu,
konfirmasi juga hendaknya dikirimkan kepada pemasok pemasok besar dengan ketentuan :
1. Digunakan tahun lalu, tetapi tidak nampak pada tahun ini
2. Tidak mengirimkan laporan bulanan
Konfirmasi utang dagang biasanya berbentuk positif. Dalam mengkonfirmasi utang
dagang, auditor menghendaki agar kreditur yang menyebutkan jumlah terutang karena jumlah
itu akan direkonsiliasi dengan jumlah menurut catatan klien. . Perlu diperhatikan pula bahwa
auditor meminta informasi mengenai komitmen pembelian dari klien dam jaminan atas utang.
Pengujian ini dapat menghasilkan bukti untuk semua asersi utang dagang. Namun
demikian, pembuktian yang dihasilkan untuk asersi kelengkapan hanya terbatas karena ada
kemungkinan kesalahan dalam mengidentifikasi pemasok yang dikirimi konfirmasi
disebabkan klien tidak mencatat utang tertentu. Berikut adalah contoh konfirasi utang
dagang:
PT ABC
Jalan Ida Bagus Ngurah No 1
Denpasar
Dengan hormat,
Sehubungan dengan audit atas laporan keuangan kami untuk tahun yang terakhir tanggal 31
Desember 2016, kami mohon kesediaan Saudara untuk menyampaikan informasi mengenai
utang kami kepada saudara per tanggal tersebut. Jawaban harap dikirimkan langsung kepada :
Kantor Akuntan Publik Gentha dan Rekan
Jalan Lurus No. 5
Denpasar
Selain itu kami mohon pula kesediaan Saudara untuk menyampaikan informasi mengenai hal
hal berikut :
Jumlah yang belum jatuh tempo Rp ______________________________
Jumlah yang sudah lewat waktu Rp ______________________________
Jumlah komitmen pembelian Rp _________________________________
Penjelasan mengenai harta yang dijadikan jaminan
_____________________________________________________________________
Untuk mengirimkan jawaban kepada auditor kami, silahkan gunakan amplop jawaban
terlampir. Atas kesediaan Saudara untuk memberi informasi yang benar, kami ucapkan
banyak terima kasih.
Hormat kami,
Kontroler PT ABC
Dalam banyak hal, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bias
dijumpai dalam arsip klien. Jika demikian halnya, maka jumlah yang terutang kepada
pemasok menurut catatan klien dapat direkonsiliasi dengan laporan tersebut. Bukti yang
diperoleh dari prosedur ini sama dengan yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi, hanya
saja kurang dapat diandalkan karena laporan itu, tidak semua pemasok mempunyai kebiasaan
mengirimkan laporan bulanan kepada para pelanggan.