Você está na página 1de 20

ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS

ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS

Suatu pasangan diklasifikasikan sebagai infertile atau subfertil apabila tidak hamil dalam
satu tahun, tidak ada pembatasan koitus, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Pasangan
usia subur yang rata-rata berumur 20-an, dengan frekuensi koitus 3-4x/minggu, mempunyai 1
dari 4 kemungkinan kehamilan tiap bulan.
Infertilitas dapat terjadi pada berbagai kalangan, ras/bangsa, atau berbagai latar belakang
social, dan infertilitas sering dikatakan sebagai masalah perempuan.
Penyebab
Penyebab infertilitas dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Masalah perempuan
Pada wanita yang tidak terjadi ovulasi tidak memproduksi dan melepas ovum. Apabila
wanita tersebut berovulasi tetapi tidak teratur/tidak sering dapat mengurangi kesempatannya
untuk hamil, atau fertilisasi menjadi semakin sulit.
Semakin tua wanita tersebut menjadi kurang kesuburannya, kehamilan mungkin terjadi
lebih lama, akan meningkatkan terjadinya abortus, dan peningkatan terjadinya kelainan pada
janin. Berikut adalah penyebab adanya masalah pada perempuan:
a. Viabilitas sel telur
Saat dilahirkan, sel telur wanita berbentuk in situ. Sisa dalam tubuhnya tidak diubah sampai
dilepaskan sebagian pada siklus menstruasi. Telur yang diproduksi oleh wanita yang lebih tua
mempunyai kualitas yang lebih rendah, pengeluaran tidak teratur dan mudah menjadi tidak
subur; keadaan ini tidak seperti pada laki-laki. Sperma diproduksi mulai saat pubertas sampai
seterusnya. Untuk mencapai maturitas sperma mamarlukan waktu 3 bulan sehingga fertilitas
laki-laki dapat lebih lama, sperma juga tidak terbatas usia dan fertilitasnya hanya akan sedikit
berkurang pada usia 60 tahun.
b. Kerusakan tuba fallopi
Wanita yang mengalami kerusakan tuba fallopi akan menghalangi sel telur dan sperma
bertemu dan mencegah terjadinya pembuahan. Jika terjadi pembuahan, telur yang dibuahi tidak
bergerak menuju uterus maka akan tertanam di tuba, dan akan menjadi kehamilan ektopik,
dimana tumbuhnya hasil konsepsi setiap saat dapat memecah tuba dan menyebabkan
perdarahan.
Walaupun dapat didiagnosa awal dan ada penanganan, tetapi seringnya dilakukan tindakan
salpingektomi, sebagian atau seluruh bagian tuba, dimana kemungkinan lebih lanjutnya adalah
tertuju pada kesuburan wanita tersebut.
c. Kelainan uterus
Wanita mungkin dapat mempunyai kelainan pada uterusnya dimana dapat mencegah proses
implantasi, contohnya kelainan struktur fibrosa seperti uterus bikornu atau septum yang
bercabang-cabang.
d. Endometriosis
Endometriosis yang dapat menyebabkan rasa sakit kadang tidak diperhatikan kecuali jika
cukup banyak menyebabkan kerusakan atau menyebabkan kista ovarium yang dinamakan
endometriomas.
2. Masalah laki-laki
Masalah pada laki-laki yaitu tidak diproduksinya sperma, jumlah sperma yang kurang atau
adanya kelainan pada sperma. Jika sperma yang diproduksi tidak mampu bergerak maka tidak
akan mampu melakukan pembuahan.
Berikut adalah karakteristik sperma normal (WHO, 1994):
Volume : 2-4 ml
Lama pencairan : mencair sempurna dalam 30 menit
Jumlah : 20 juta/ml atau lebih
Gerakan : 40% (bergerak ke depan)
Morfologi : 30% lebih berbentuk normal (oval)
Volume sperma yang sedikit mengindikasikan bahwa sample tidak lengkap. Tetapi jika hal
ini menetap, mungkin terjadi sumbatan duktus ejakulatorius atau tidak adanya sperma sejak
lahir. Pemeriksaan sperma dilakukan tidak boleh kurang dari 36 jam dan lebih dari 72 jam sejak
ejakulasi. Jika terdapat <10 juta sperma/ml disebut sebagai oligospermia.
a. Azoospermia (tidak adany spermatozoa)
Jika tidak dilihat adanya sperma pada 2x pemeriksaan maka laki-laki tersebut dinamakan
azoospermic sehingga pembuahan tidak dapat terjadi.
b. Kelainan sperma
Cairan sperma biasanya mengandung hingga 30% kelainan yang mungkin dapat terjadi di
kepala, badan, atau ekor sperma. Apabila terdapat >60% kelainan pada sperma, dapat
menyebabkan masalaj dalam fertilitas.
c. Gerakan sperma
Sperma bergerak sangat cepat. Sekurang-kurangnya 50% dari seluruh jumlah sperma
bergerak maju, dan jika tidak maka pembuahan tidak akan terjadi.
d. Impotensi
Pasangan laki-laki dapat juga terjadi impotensi atau tidak dapat berereksi sehingga tidak
mungkin dapat melakukan koitus. Penyebabnya mungkin karena factor organic misalnya DM,
hiperprolaktinemia, atau riwayat pembedahan sebelumnya, atau mungkinjuga factor psikologis.
Selain itu, ejakulasi dini, dimana laki-laki tidak dapat berejakulasi di dalam vagina atau terjadi
ejakulasi lambat juga akan mencegah terjadinya kehamilan.
e. Kerusakan saluran
Saluran dari testie menuju uretra dapat terjadi kerusakan karena mungkin terluka
sebelumnya. Kerusakan dapat berupa genetic, namun lebih sering terjadi karena infeksi atau
karena vasektomi.
f. Varicocele
Varicocele yaitu suatu keadaan dimana adanya dilatasi vena (menyerupai vena varicose),
yang dapat dideteksi dengan teraba lembek di atas testis. Aliran darah yang terlalu banyak
menyebabkan pembuluh darah di sekitar testis membesar sehingga dapat meningkatkan suhu
testis dan keadan ini berpengaruh terhadap produksi sperma.

3. Masalah pada pasangan


Pada saat-saat ovulasi perubahan mukosa servik akan tampak dan menetap, dimana akan
tampak jelas dan sangat elastis, dan perubahan ini dapat diidentifiksi pada siklus alaminya.
Setelah koitus, beberapa sperma berenang dalam mukosa menuju ke uterus, sedangkan
sisanya berada di servik sampai 24 jam. Pada sat ini dapat dilakukan pemeriksaan dengan iju
post coitus (Post Coital Test/ PCT). Wanita dating ke rumah sakit6-10 jam setelah berhubungan
seksual dan contoh mukosa diserahkan, lalu diperiksa dengan mikroskop dan dicatat apakah
terdapat sperma. Jika tidak didapatkan sperma dan sample sperm sudah dilihat sebelumnya,
mungkin terjadi gangguan koitus. Atau jika sperma tidak bergerak mungkin terdapat
inkompatibilitas (ketidakcocokan), atau tidak adannya antibody sperma; antibody adalah
substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai bentuk pertahanan untuk mellindungi diri dari
benda asing agar terhindar dari infeksi.
Factor-faktor yang biasa mempengaruhi kesempatan pasangan untuk hamil mungkin
karena pekarjaan. Pasangan tidak dapat berhubungan seksual dengan teratur oleh karena
pekerjaan yang banyak sehingga membuat mereka terlalu lelah, pekerjaan yang berpindah-
ppindah, atau bekerja di luar rumah menurunkan kesempatan untuk berhubungan seksual.
Masalah psikoseksual yang serius dapat dideteksi jika pasangan ingin mempunyai anak,
contohnya vaginismun, dimana hal ini harus diatasi sebelum terjdi konsepsi. Pasangan juga
perlu diberikan informasi mengenai seksualitas dan bagaimana terjadinya kehamilan.
Tidak adanya penyebab-penyebab infertilitas pada pasangan juga dapat ditemukan, yang
dinamakan dengan Unexplained infertility dimaan tidak ditemukan masalah tetapi ditemukan
adanya tekanan dan kecemasan yang dapat meningkat secara tak menentu.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasangan untuk mendiagnosa
sehingga dapat teridentifikasi dengan cepat yaitu meliputi:
a. Pemeriksaan darah pada perempuan
1) LH-FSH; pemeriksaan darah untuk menilai LH-FSH dilakukan pada 5 hari pertama menstruasi.
Jika terdapat amenorhea, pemeriksaan dapat dilakukan kapan saja
2) Hormon prolaktin dan hormon stimulasi thyroid; pemeriksaan in hanya dilakukan pada wanita
dengan siklus menstruasi >42 hari, dan dapat dilakukan kapan saja
3) Thalassemia dan sel bulan sabit; pemeriksaan ini dilakuka pada beberapa wanita yang berasal
dari Eropa bagian utara. Jika salah satu positif maka pasangannya harus diperiksa; dari
manapun dia berasal. Pemeriksaan ini dapat dilakuka kapan saja
4) Rubella; pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja apabila status rubella pada seseorang tidak
diketahui
5) Hemoglobin; pemeriksaan ini dilakukan jika wanita mempunyai riwayat menoragia atau diet ketat
6) Progesterone pada fase lutheal; pemeriksaan dilakukan untuk mengkaji apakah terjadi ovulasi,
sample darah diambil 7 hari sebelum periode sebelumnya tiba, tapi jika hasilnya kurang dan
menstruasinya terlambat pemeriksaan harus diulangi.
b. Asupan servik; dilakukan sebagai skrining rutin
c. Uji sperma laki-laki; sample sperma diperiksa di RS, dimasukan tempat, dan klien dianjurkan
untuk tidak berkoitus.
Pengobatan
Pengobatan pada klien infertile setiap saat selalu berkembang, tetapi berikut adalah
pengobatan yang biasa dilakukan :
1. Induksi ovulsi
Untuk menentukan bagaimana pengobatan tidak adanya ovulasi harus diketahui kenapa hal
tersebut terjadi
Penyebab yang biasa terjadi pada amenorhoe adalah
a. Kista ovarium
Merupakan penyebab patologis terbesar, tidak adanya ovulasi dan gangguan menstruasi,
yang dapat dilihat dengan gejalanya sebagai berikut;
1) Gangguan menstruasi Oligomenorhea, amenorhoe atau terlalu sering (polimenorhe)
2) Jerawat, banyak tumbuh rambut di badan atau kulit berminyak (biasanya disebabkan karena
terlalu banyak testoteron)
3) Obesitas
b. Hypopituitari hipotalamus
Pada keadaan ini, kelanjar pituitary tidak mengeluarkan cukup LH dan FSH untuk
merangsang ovarium untuk mematangkan ovum dan mengeluarkannya. Penyebab adalah
malnutrisi yang dapat mengehntikan siklus menstruasi, yang dikarenakan kekurangan asupan
makanan pada wanita dengan diet ketat atau wanita dengan anoreksia nervosa.
c. Hiperprolactinemia
Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelanjar pitutari dan dalam pelepasannya
diatur oleh hipotalamus. Hormon ini dikeluarkan dalam jumlah besar pada kehamilan dan
mencegah terjadinya menstruasi dengan penekanan pengeluaran LH dan FSH.
Jika prolaktin diproduksi pada wanita yang tidak hamil maka akan mengakibatkan
terjadinya amenorhoe. Tanda yang baisanya muncul adalah galactorhoe (keluarnya air susu yang
berlebihan). Pengobatan yang paling baik pada keadaan ini adalah bromociptine, dapat diberikan
dalam bentuk tablet. Obat ini mengurangi kadar prolaktin sampai batas normal dalam beberapa
minggu, siklue menstruasi kembali normal dan kesempatan untuk hamil akan sama dengan
wanita normal lainnya.
d. Menopouse premature
Menopause premature apabila menopause terjadi sebelum umur 40 tahun; dapat di diagnosa
dengan adanya kadar LH dan FSH yang tinggi dan estradiol yang rendah. Kondisi ini juga
dinamakan atau disebut dengan kegagalan ovarium premature. Ovum tidak dapat diproduksi
sehingga kehamilan hanya dapat dicapai dengan menerima donor sel telur dari wanita lain.
2. Operasi tuba
Kerusakan tuba secara umum disebabkan karena infeksi pelvis, seperti penyakit radang
panggul yang akhirnya akan terjadi kerusakan tuba atau tuba tersumbat.
3. Fertilisasi In Vitro
Fertilisasi in vitro digunakan sebagai penanganan bebrapa penyebab infertile diantaranya :
Infertilitas yang tidak jelas
Infettil karena factor laki-laki
Kegagalan donor pembuahan
Penyakit servik
Kegagalan induksi ovulasi
Langkah awal tindakan ini adalah menurunkan pengaturan uterus dengan pemberian
buserline secara IV atau nasal. Busereline bekerja seperti hormon LH-RH sehingga mencegah
kelenjar pitutari melepaskan FSH dan LH. Pada akhir tahap ini diberikan injeksi hormon HCG
agar terjadi materitas sel telur.
Hari berikutnya sel telur dikumpulkan dilihat dengan gelombang ultrasonic dilihat secara
pervaginam atau kadang-kadang dengan laparskopi. Pada prosedur ini dapat diberikan beberapa
pilihan gestasi general atau sedatif intravena dan analgesik. Sel telur ditempatkan bersama
dengan sperma dalam incubator semalam.
Pagi harinya dapat dilihat apakah terjadi pembuahan, jika terjadi pembuahan dinamakan
pre embrio dan di laboratorium sapmai 36 jam. Setelah terkumpulnya sel telur, sampai
berkembang dan cukup dapat ditempatkan dalam uterus.
Umumnya tidak boleh lebih dari 2 embrio yang di tempatkan atau di masukan karena
meningkatkan resiko kehamilan ganda. Pasangan tersebut dapat menunggu 14 hari untuk
melihat terjadinya implantasi dan kehamilan berkembang. Saat ini adalah waktu yang sangat sulit
dan meskipun pasanan tersebut mengerti benar bahwa keberhasilannya sangat kecil, perasaan
putus asa dan takut apabila pengobatan gagal.

http://rhachandradewi.blogspot.com/2011/05/asuhan-kebidanan-pada-infertilitas.html

INFERTILITAS

PENDAHULUAN

Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak
mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami
kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri
berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1
diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai
anak.

Infertilitas bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak


menimbulkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50 % pasangan
suami istri untuk dapat memperoleh anak. Ini berarti separuhnya
terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi),
poligini atau bercerai.
Seringkali wanita yang dipersalahkan bila suatu pasangan suami istri
sukar memperoleh keturunan. Sekitar 40 % kasus infertilitas
disebabkan oleh kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh
kemandulan pria dan 30% oleh keduanya. Kadang-kadang dalam
pasangan suami istri, pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa
masalah berasal dari kedua belah pihak, sehingga akan menolak untuk
dilakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena menganggap
infertilitas sebagai suatu hal yang memalukan di masyarakat, dimana
seorang pria diharapkan dapat meneruskan keturunannya sebagai ciri
kejantanan.

Untuk itulah diperlukan suatu penanganan infertilitas yang menyeluruh


dari tenaga kesehatan meliputi pasangan suami istri, keluarga dan
lingkungannya, sehingga infertilitas tidak lagi menjadi suatu masalah
yang dapat mengganggu kebahagian keluarga pasangan suami istri.

INFERTILITAS

A. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah ketidamampuan untuk terjadi konsepsi
setelah 1 tahun bersenggama tanpa menggunakan
kontrasepsi.

Ada 2 jenis infertilitas :

1. Infertilitas primer , terjadi bila istri


belum pernah hamil walaupun
bersenggama setelah 1 tahun tanpa
kontrasepsi
2 Infertilitas sekunder terjadi bila istri
pernah hamil, tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama selama 1 tahun tanpa
kontrasepsi.
Menurut data statistik 80 % terjadi
kehamilan pada pasangan suami istri dalam
tahun bersenggama tanpa kontrasepsi, 86%
terjadi kehamilan pada tahun ke-2.
Dapat dikatakan pasangan suami istri mengalami infertilitas bila
pasangan yang ingin punya anak telah dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan setelah 1 tahun bersenggama. Menurut
Steinberger dan Sherins (1970) pada pasangan infertil masing-masing
anggota pasangan mungkin tidak infertil kalau berpasangan dengan
yang lain. Setiap anggota pasangan infertil memiliki potensi fertilitas
tertentu, jumlah keduanya menentukan kapasitas pasangan itu untuk
mendapatkan keturunan. Dengan demikian perbaikan potensi fertilitas
dari salah satu anggota pasangan dapat menghasilkan kehamilan.
Pengobatan salah satu anggota pasangan infertil pada hakekatnya
meningkatkan potensi fertilitas anggota pasangan tersebut, sehingga
jumlah potensi fertilitas pasangan tersebut sebagai satu kesatuan
biologik, dapat ditingkatkan menjadi lebih besar

Jadi fertilitas dan infertilitas itu merupakan kemampuan sepasang


suami istri sebagai satu kesatuan biologik, sehingga tidak ada istilah
infertilitas laki-laki atau infertilitas wanita.

B. Pemeriksaan infertilitas

Syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah :

Istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah


berusaha untuk mendapatkan anak selama 1 tahun. Pemeriksaan
dapat dilakukan dini apabila :
~ Pernah mengalami keguguran berulang

~ Diketahui mengindap kelainan endokrin

~ Pernah mengalami peradangan rongga perut dan rongga panggul

~ Pernah mengalami bedah gynekologik

Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada


kesempatan pertama pasangan itu datang untuk pemeriksaan.

Pasangan infertil yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan


pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari
perkawinan ini.

Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil


yang salah satu anggotanya mengindap penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan istri dan anaknya.

Jenis pemeriksaan infertilitas adalah:

Anamnesis lengkap

~ Identitas pasangan

~ Riwayat perkawinan

~ Riwayat kesehatan keluarga

~ Riwayat penyakit dahulu

~ Riwayat Obstetri

~ Riwayat menstruasi
Pemeriksaan fisik

~ Pemeriksaan umum secara head to toe

~ Pemeriksaan Tanda-tanda vital

~ Pemeriksaan payudara

~ Pemeriksaan abdominal

~ Pemeriksaan ginekologi

Pemeriksaan Diagnostik

~ Pemeriksaan ovulasi

- Pencatatan suhu basal dalam kurve

Bila siklus anovulatoir suhu basal bersifat bifasis, sedangkan


bila terjadi ovulasi terdapat kenaikan suhu basal yang
disebabkan karena pengaruh progesteron.

- Pemeriksaan vaginal smear

Pembentukan progesteron menimbulkan perubahan sitologis


pada sel-sel superfisial.

- Pemeriksaan lendir servik

Progesteron menimbulkan sifat lendir servik menjadi kental


dan membentuk gambaran fern bila lendir dikeringkan.

- Pemeriksaan endometrium
Kuretase pada fase premenstruil menghasilkan endometrium
dalam stadium sekresi dengan gambaran histologis khas.

- Pemeriksaan hormon entrogen, ICSH, pregnadiol.

- Perhitungan masa subur

Bila siklus wanita berlangsung teratur selama 28 hari, maka


suburnya kira-kira terjadi 2 minggu setelah HPHT ( hari ke-
14 ). Kadang-kadang ditandai oleh nyeri dibagian bawah
perut, keluarnya lendir banyak dari vagina.

~ Pemeriksaan sperma

- Sperma diperiksa dan ditampung setelah pasangan tidak


melakukan senggama selama 3 hari dan diperiksa segera
setelah dikeluarkan.

- Penilaian sperma meliputi :

Makroskopis : warna, volume, pH, bau.

Mikroskopis : jumlah, bentuk,motilitas, morpologi.

~ Pemeriksaan lendir servik

- Kekentalan lendir servik

Pada stadium proliferasi lendir servik agak cair karena


pengaruh estrogen, sedangkan pada stadium sekresi lendir
servik kental karena pengaruh progesteron.

- pH lendir servik
Lendir servik bersifat alkalis dengan pH 9

- Enzim proteolitik

Mempengaruhi viskositas lendir servik

- Immunoglobulin

Dapat menimbulkan aglutinasi dari sperma.

Pemeriksaannya menggunakan:

- Sim Huhner Test

Adalah uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid,


dilakukan 2 jam setelah senggama untuk menilai ketahanan
hidup sperma dalam lendir servik.

- Kurzrock Miller Test

Adalah uji sederhana untuk mengukur kemampuan sperma


masuk kedalam lendir servik

~ Pemeriksaan tuba

- Pertubasi ( Rubin Test )

Adalah pemeriksaan patensi tuba dengan jalan meniupkan


gas CO2 melalui kanula / kateter folley yang dipasang pada
kanalis servikalis, apabila salah satu atau kedua tuba paten,
maka gas akan mengalir bebas kedalam kavum peritonei.

- Histerosalpingografi
Adalah pemeriksaan untuk mengetahui bentuk cavum uteri
dan bentuk dari saluran tuba apabila terdapat sumbatan,
dengan menyuntikan cairan contras kedalam uterus.

- Kuldoskopi

Untuk melihat secara langsung melalui suatu alat keadaan


tuba dan ovarium.

- Laparaskopi

Untuk melihat secara langsung keadaan genitalia interna dan


sekitarnya.

~ Pemeriksaan endometrium

- Dilakukan pada saat stadium premenstruil, dilakukan


mikrokuretage untuk mengetahui gambaran histologi
stadium sektesi.

C. Faktor yang mempengaruhi infertilitas

1) Faktor fisik

Pada laki-laki

~ Kualitas dan kuantitas sperma

~ Menderita infeksi virus kelenjar getah bening bawah tulang


rahang yang

mengakibatkan kerusakan pada testis.


~ Sperma tidak bisa keluar dari penis karena terdapat jaringan
parut bekas ulkus

pada saluran sperma yang bisa disebabkan oleh PMS.

~ Mengalami gangguan dalam berhubungan seks karena : tidak


bisa ereksi,

ereksi kurang lama, terlalu cepat ejakulasi.

~ Menderita penyakit menahun seperti diabetes, tuberculosis, dan


malaria yang

dapat mengganggu kesuburan.

Pada Wanita

~ Menderita jaringan parut pada saluran tuba atau dalam uterus.


Jaringan parut

tersebut dapat mengganggu perjalanan sperma dan mengganggu


sel telur

yang telah dibuahi menempel pada uterus.

Jaringan parut dapat disebabkan :

- Infeksi PMS

- Aborsi yang tidak aman

- Pemasangan IUD nonseptik sehingga menimbulkan infeksi.

- Tindakan bedah pada vagina,uterus,tuba atau ovarium


~ Tidak terjadi ovulasi

Disebabkan karena gangguan hormon reproduksi.

~ Terdapat fibroid dalam uterus

Fibroid dapat mencegah konsepsi atau menyulitkan kelestarian


kehamilan.

~ Penyakit menahun

Penyakit seperti : Diabetes, TBC, Malaria.

2) Faktor psikologis

Gangguan emosial yang kronis seperti ketakutan dan merasa


tidak mampu untuk menjadi seorang ibu.

Meningkatnya supersensitifitas karena pengaruh penambahan


umur sehingga menjadi paraniod dan menyebabkan infertilitas.

3) Faktor lingkungan

~ Polusi udara, air yang tercemar, bahan kimia yang dipakai pabrik
dan pertanian.

~ Merokok, minuman beralkohol dan kopi kental.

~ Suhu tinggi pada testis dan penekanan yang terlalu ketat.

~ Obat-obatan

D. Masalah yang timbul akibat infertilitas


Kehilangan kepercayaan diri pada pasangan suami istri karena
menganggap diri tidak mampu mempunyai keturunan.

Timbul konflik dalam rumahtangga disebabkan karena salah satu


pasangan merasa kecewa terhadap pasangannya yang tidak bisa
membuat keturunan sampai berakhir dengan perceraian.

Masih ada pandangan masyarakat bahwa terjadinya infertilitas itu


yang disalahkan adalah wanita, karena wanita baru bisa baru bisa
diterima status warga masyarakat sepenuhnya apabila telah
menjadi seorang ibu.

Trauma dan kecewa terhadap diri sendiri karena merasa tidak


sempurna sebagai wanita.

Menimbulkan perasaan rendah diri dan kebuntuan dimasa-masa


mendatang.

Mengalihkan fungsi keibuan pada interes-interes lain seperti


mengutamakan pada kegiatan erotik dan seksual.

Mengabdikan diri pada satu ideologi atau satu interes emosional


tertentu.

E. Usaha untuk mengatasi kemandulan

Infertilitas adalah masalah bersama antara suami dan isteri,


dianjurkan untuk kerjasama dalam pemeriksaan, pengobatan dan
tindak lanjutnya.

Melakukan hubungan seksual pada masa subur.


Masa subur biasanya terjadi 14 hari sebelum haid yang akan
datang. Selain itu bisa dilihat dari perubahan lendir servik yang
terliha jernih, basah seperti putih telur. Pada saat itulah diharapkan
suami istri melakukan senggama secara teratur sejak hari ke- 7
sampai hari ke- 16 dari siklus haid. Apabila sperma normal
dianjurkan untuk melakukan senggama selang satu hari.

Posisi yang baik saat melakukan hubungan seksual

Yaitu dengan posisi terlentang atau berbaring miring, kemudian


setelah selesai tetaplah berbaring selama 20 menit untuk
membantu sperma masuk kedalam uterus dan mencapai sel telur.

Obati setiap ada gangguan kesehatan

Apabila salah satu pihak mengalami kemungkinan terkena PMS,


sebaiknya diobati secara tuntas.

Biasakan selalu hidup sehat

Makan makanan yang sehat, hindari merokok, mengkonsumsi obat-


obatan, alkohol, kafein atau soda. Biasakan untuk olah raga teratur
dan istirahat yang cukup.

Lakukan pemeriksaan kesehatan bersama pasangan apabila dalam


1 tahun belum ada tanda-tanda kehamilan untuk mengetahui
secara dini kemungkinan adanya kalainan.

F. Konseling infertilitas

Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan yang mengalami


infertilitas, karena mereka membutuhkan dukungan dan
pengertian.
Memberikan pengertian terhadap pasangan untuk menghargai
satu sama lain. Jangan saling menyalahkan.

Memberi support bahwa keadaan sepeti ini tidak hanya menimpa


satu pasangan saja, berikan alternatif pengobatan lain yang masih
bisa di usahakan.

Membantu mencari alaternatif untuk mengadopsi anak.

Membantu pasangan untuk mencari jalan lain supaya dekat


dengan anak-anak dan bisa menerima kenyataan hidup.

REFERENSI

Psikologi Wanita jilid 2, hal 79,110,114,117,118.


DR. Kartini Kartono.
Ilmu Kebidanan , hal 496, 497, 500.
Sarwono Prawiroharjo.
Ginekologi , hal 226-233.
Fakultas Kedokteran UNFAD.
Kesehatan Reproduksi, hal 59-62
Dep. Kes RI & UNFPA
Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan , hal 329-341.
A. Augat Burns, Yayasan Esensia medika.IKLAN3

Selanjutnya klik disini: makalah asuhan kebidanan: INFERTILITAS


dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI

Makalah Infertil

MAKALAH INFERTIL

A. Definisi
Infertilitas adalah seorang istri tidal hamil dalam waktu 1 tahun setelah menikah tanpa
memprektikkan kontrasepsi apapun.
B. Macam-Macam Infertilitas
1. Infertilitas primer adalah seorang istri belum pernah hamil meskipun sudah melakukan
hubungan suami istri dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder adalah istri pernah hamil, akan tetapi kemungkinan tidak terjadi
kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan hamil selama
12 bulan

C. Penyebab Infertilitas
1. Infertilitas Disengaja
a. Oleh Suami
1) Coitus interuptus adalah metode kontrasepsi tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapi ejakulasi.
2) Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan lateks (karet), plastic
(vinil), bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
3) Sterilisasi (vasektomi) adlah suatu metode kontrasepsi minor pada pria yang sangat
aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak
memerlukan anastesi umum.
b. Oleh Istri
1) Pantang berkala adalah menghindari senggama saatmasa subur yang ditentukan dengan
masa haid.
2) Cara kimiawi adalah penggunaan bahan kimiawi untuk mononaktifkan atau membunuh
sperma,bahan kimia ini dikemas dalam bentuk salep ataupun tablet.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal adalah penggunaan hormon esterogen dan
progesterone di dalam tubuh untuk mencegah bertemunya sel ovum dan sel sperma.
4) Sterilisasi (tubektomi) adalah oklusi tuba sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat
bertemu.
2. Infertilitas Tadak Disengaja
a. Sebab-sebab pada suami
1) Gangguaan spermatogenesis (aspermia, hyposspermia, necrospermia) : karena penyakit
testis ataupun kelainan endokrin.
2) Kelainan mekanisme sehingga sperma tidak dikeluarkan kedalm puncak vagina,
misalnya impotensi, ejakulatio praecox, penutupan duktus deferens, hypospadia,
phymosis.
b. Sebab-sebab pada istri
1) Gangguan ovulasi missal kelainan ovarium atau gangguan hormonal
2) Kelainan mekanis yang mengalami penbuahan seperti kelainan tuba, endometriosis,
stenosis, kanalis cervikalis atau hymen, fluor albus.
Kemandulan yang disebabkan oleh istri : 40 50 %
Kemandulan yang disebabkan oleh suami : 35 -40 %
Sebab tidak jelas : 10 -20 %

D. Pemeriksaan Yang Utama


1. Pemeriksaan ovulasi
a. Terjadinya ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan, antara lain:
1) Pencatatan sehe basal dalm suatu kurve
2) Pemeriksaan vaginal smear
3) Pemeriksaan lender servik
4) Pemeriksaan endometrium
5) Pemeriksaan hormon seperti esterogen dan pregnandiol
b. Sebab-sebab gangguan ovulasi
1) Faktor-faktor SSP : tumor, disfungsi hypothalamus, faktor psikogen, disfungsi hypofise.
2) Faktor-faktor intermediate : gizi, penyakit kronis, penyakit metabolism
3) Faktor-faktor ovarial : tumor-tumor, disfungsi turner syndrome.
c. Pengobatan :
Tergantung pada etilogi dapat berupa diet, thyroid hormon, operasi. Jika terdapat
dysfungsi kelenjar hypofise dapt diusahakan :
1) Pemberian oral pil
2) Subtitusi terapi : pemberian FSI dan LH, chorionic gonadotropin
3) Merangsang hipofise untuk menbuat FSH dan LH dengan pemberian Clamiphen.
2. Pemeriksaan sperma
Sebaiknya dalam pemeriksaan ini, sperma yang telah dikeluarkan kemudian ditampung
setelah abstinensia selama 3 hari dan diperiksa daln waktu 1 jan setelah keluar. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan ini untuk mengtahui jumlah sperma yang normal, bentuk serta
pergerakan sperma yang normal. Eyakulate yang normal mempunyai sifat sebagai berikut
:
a. Volume sebanyak 2-5 cc
b. Jumlah spermatozoa 100-120 juta/cc
c. Pergerakan 60% dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan.
Sedangkan eyakulate yang tidak normal sebanyak 25% , seorang yang fertile jumlah
spermatozoanya sebanyak 60 juta/cc, pria yang subfertil jumlah spermatozoanya
sebanyak 20-6- juta/cc sedangakn pada pria yang steril jumlah spermatozoanya sebanyak
20 juta/cc
d. Sebab sebab infertile pada pria, antara lain :
1) Status gizi
2) Penyakit-penyakit kelainan metabolis
3) Keracunan
4) Dysfungsi hypofise
5) Kelainan traktus genetalis
e. Terapi yang dapat diberikan
Umum : hygien umum, mengurangi rokok serta minuman yang mengandung
alcohol, istirahat cukup, pengobatan penyakit kronis dan metabolis
Hormonal : testosterone, gestyltesto, humegon.
Operatif : memperbaiki duktus deferens

Daftar Pustaka

Manuaba. 2000. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Arcan.


Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan KB. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

FK Unpad. 1990. Ginekologi. Bandung. Elstar Offset.

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.

Você também pode gostar