Você está na página 1de 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

1 DESEMBER 2016 30 NOVEMBER 2019

ICD.10 = H25.0
KATARAK
Kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan
tajam penglihatan (visus) yang paling sering
berkaitan dengan proses degenerasi lensa pada
pasien usia di atas 40 tahun (katarak
1. Pengertian ( Definisi) senilis).Penyebab lain katarak adalah glaukoma,
uveitis, trauma mata, serta kelainan sistemik seperti
Diabetes Mellitus, riwayat pemakaian obat steroid
dan lain-lain. Katarak biasanya terjadi bilateral,
namun dapat juga pada satu mata (monokular).
1. Pasien datang dengan keluhan penglihatan
menurun secara perlahan seperti tertutup
2. Anamnesis asap/kabut.
2. Keluhan disertai ukuran kacamata semakin
bertambah, silau dan sulit membaca.
1. Visus menurun.
2. Refleks pupil dan Tekanan Intra Okular normal.
3. Tidak ditemukan kekeruhan kornea.
3. Pemeriksaan Fisik 4. Terdapat kekeruhan lensa yang tampak lebih
jelas setelah dilakukan dilatasi pupil dengan tetes
mata tropikamid 0.5%.
5. Pemeriksaan iris shadow test positif.
Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan hasil
yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan
ofthamologi.
Criteria lensa katarak:
4. Kriteria Diagnosis
1. Perubahan protein
2. Edema
3. Nekrosis
4. Serabut robek
5. Diagnosis Kerja Katarak

6. Diagnosis Banding Kelainan refraksi Komplikasi Glaukoma


1. USG untuk menyingkirkan adanya kelainan
lain pada mata selain katarak
7. Pemeriksaan Penunjang 2. Biometri untuk mengukur power IOL jika
pasien akan dioperasi katarak
1. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam
penglihatan setelah operasi

Tatalaksana
1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih
baik atau sama dengan 6/12, yaitu
pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi
sudah mengganggu untk melakukan aktivitas
yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau
ada indikasi medis lain untuk operasi, pasien
dapat dilakukan operasi katarak
3. Tatalaksana pasien katarak dengan visus
terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi
katarak berupa EKEK + IOL atau
fakoemulsifikasi + IOL dengan
mempertimbangkan ketersediaan alat, derajat
kekeruhan katarak dan tingkat kemampuan
ahli bedah
4. Operasi katarak dilakukan menggunakan
mikroskop operasi dan peralatan bedah
mikro, di mana pasien dipersiapkan untuk
8. Tata Laksana : implantasi IOL
5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data
keratometri serta pengukuran biometri A-scan
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri
dan biometri ukuran IOL dapat ditentukan
berdasar anamnesis ukuran kacamata yang
selama ini dipakai pasien. IOL standar power
+20.00 dioptri, jika pasien menggunakan
kacamata, power IOL standar dikurangi
dengan ukuran kacamata. Misalnya pasien
menggunakan kacamata S -6.00 maka dapat
diberikan IOL power +14.00 dioptri
7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan
pada kedua mata sekaligus secara berturutan)
sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan
risiko pasca operasi (endoftalmitis) yang bisa
berdampak kebutaan. Tetapi ada beberapa
keadaan khusus yang bisa dijadikan alasan
pembenaran dan keputusan tindakan operasi
katarak bilateral ini harus dipikirkan sebaik
baiknya.
8. Perawatan pasca operasi
9. (jika ada tindakan operasi)
10. Frekuensi pemeriksaan pasca bedah ditentkan
berdasarkan tingkat pencapaian visus optimal
yang diharapkan.
11. Pada pasien dengan rrisiko tinggi, seperti
pada pasien dengan satu mata, mengalami
komplikasi intraoerasi atau ada riwayat
penyaki mata lain sebelumnya seperti uveitis,
glaucoma dan lain-lain, maka pemeriksaan
harus dilakukan satu hari setelah operasi.
12. Pada pasien yang dianggap tidak bermasalah
baik keadaan pre operasi maupun intra
operasi serta diduga tidak akan mengalami
komplikasi lainnya maka dapat mengikuti
petunjuk pemeriksaan lanjutan (follow up)
sebagai berikut:
13. Kunjungan pertama: dijadwalkan dalam kurun
waktu 2448 jam setelah operasi (untuk
mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini
seperti kebocoran luka yang menyebabkan
bilik mata depan dangkal, hipotonus,
peningkatan tekanan intaraokular, edema
kornea ataupun tanda-tanda peradangan.)
14. Kunjungan kedua: dijadwalkan pada hari ke
4-7 setelah operasi jika tidak dijumpai
masalah pada kunjungan pertama, yaitu
untuk mendeteksi dan mengatasi
kemungkinan endoftalmitis yang paling
sering terjadi pada minggu pertama pasca
operasi
15. Kunjungan ketiga: dijadwalkan sesuai dengan
kebutuhan pasien di mana bertujuan untuk
memberikan kacamata sesuai dengan refraksi
terbaik yang diharapakan.
16. Obat-obatan yang digunakan pasien pasaca
operasi bergantung dari keadaan mata serta
disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi
penggunaan tetes mata kombinasi antibiotika
dan steroid harus diberikan kepada pasien
untuk digunakan setiap hari selama minimal
4 minggu pasca operasi.
1. Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah
gangguan penglihatan yang dapat diperbaiki.
9. Edukasi (Hospital Health
Promotion) 2. Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur jika
sudah didiagnosis katarak agar tidak terjadi
komplikasi
Ad vitam : bonam
Jika dilakukan operasi:
10. Prognosis
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I untuk Tindakan no 1 & no 2
12. Tingkat Rekomendasi B

13. Penelaah Kritis 1. SMF Mata

1. Visus kembali normal


14. Indikator
2. Tidak terjadi komplikasi
1. James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi.
Jakarta: Erlangga. 2005.
2. Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum. Ed17.Jakarta: EGC. 2009.
15. Kepustakaan
3. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Ed III. Cetakan V.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000

Você também pode gostar