Você está na página 1de 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bakteri hampir ditemukan di mana-mana seperti alam, saluran
pencernaan, mulut dan juga bisa ditemukan dalam makanan maupun
minuman. Dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 250 penyakit yang terkait
keracunan makanan yang disebabkan bakteri patogen (foodborne disease)
maupun bakteri pembusuk (food spoilage) di seluruh dunia (Altekruse et
al., 2008; Kusumaningsih, 2010). Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh
makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti Bacilus cereus,
Escherichia coli, Salmonella typimurium, dan Staphylococcus aureus
(FSANZ, 2013). Mikroorganisme tersebut dapat ditemukan dalam
makanan seperti daging, telur, nasi, sayuran, dan makanan laut.
Daging ayam merupakan salah satu makanan yang bernilai gizi
tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat (Buckle et al., 2009;
Mentari, 2016). Selain nutrisi yang lengkap, daging ayam segar memiliki
kadar air yang cukup tinggi, sehingga pada suhu ruang kondisi ini baik
digunakan untuk media pertumbuhan bakteri patogen maupun bakteri
pembusuk sehingga menjadi salah satu penyebab keracunan makanan
(Kusumaningrum et al., 2013).
Pada umumnya, masyarakat menambahkan bahan pengawet
sintetis ke dalam makanan agar lebih tahan lama dan agar tidak cepat
busuk, tetapi cara penggunaan yang tidak tepat dapat mengganggu
kesehatan (Nababan dan Hasruddin, 2015). Oleh karena itu, pengawet
alami yang berasal dari tumbuhan atau rempah-rempah lebih disarankan
karena memiliki aktivitas antimikroba sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen atau toksin yang diproduksi dalam makanan
(Hayouni et al., 2008).
Beberapa tanaman atau rempah-rempah di Indonesia yang
memiliki aktivitas antimikroba yaitu kemangi (Ocimum basilicum L.) dan
serai (Cymbopogon citratus). Serai merupakan tanaman penghasil minyak

Profil Kandungan Kimia, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017


atsiri yang memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri terhadap bakteri
patogen dan bakteri pembusuk (Ella et al., 2013; Gutierrez et al., 2008).
Komponen utama minyak atsiri serai yaitu citral, geraniol, dan myrcene
(Aiemsaard et al., 2011). Hasil penelitian sebelumnya melaporkan bahwa
minyak atsiri serai memiliki aktivitas antimikroba terhadap sulfat reducing
bacterium (SRB) dengan MIC yaitu 0,17 mg ml-1 dan memiliki
kemampuan mematikan bakteri dengan efektifitas diameter hambatan E.
coli 18,5-18,1 mm dan bakteri S. aureus 19,3-18,6 mm pada konsentrasi
50% b/v (Korenblum et al., 2013; Rahman et al., 2012).
Minyak atsiri kemangi juga dilaporkan berpotensi untuk menekan
pertumbuhan bakteri karena kandungan minyak atsiri dan flavanoidnya
(Nababan et al., 2015). Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan
bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap
S. aureus dan E. coli dengan nilai MIC berturut-turut 0.5% v/v dan 0.25%
v/v (Maryati et al., 2007). Komponen utama minyak atsiri kemangi yaitu
methylchavicol, geranial, neral, geraniol, nerol, caryophyllene (Shirazi et
al., 2014).
Minyak atsiri serai dan kemangi dalam penggunaan tunggal telah
terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Menurut Oliveira et al.,
(2013) penggunaan kombinasi minyak atsiri dapat menurunkan tingkat
konsentrasi karena kombinasi berbagai komponen minyak atsiri yang
bersifat lemah atau sedang dapat menghasilkan efek yang sinergis.
Dilaporkan bahwa kombinasi minyak atsiri jahe merah dan lengkuas
merah menunjukkan efek bakteriostatik terhadap bakteri B. cereus, E. coli,
S. typhimurium, P. aeruginosa setelah pertumbuhan 24 jam, dan
berpotensi dapat mengontrol bakteri patogen dan perusak dibandingkan
penggunaan minyak atsiri tunggal (Rialita, 2014).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan minyak
atsiri serai dan kemangi menggunakan metode Gas Chromatography Mass
Spectrometer (GC-MS) serta mengetahui aktivitas kombinasi minyak atsiri
serai dan kemangi dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada daging
ayam. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

Profil Kandungan Kimia, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017


memberikan sumbangan informasi mengenai konsep dari kombinasi
minyak atsiri serai dan kemangi sebagai pengawet alami pada daging
ayam berdasarkan aktivitasnya sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja senyawa kimia yang terkandung dalam minyak atsiri serai
dan kemangi?
2. Apakah kombinasi minyak atsiri serai dan kemangi memiliki potensi
pengawet alami lebih baik pada daging ayam dibandingkan
penggunaan minyak atsiri secara tunggal?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung dalam minyak atsiri serai
dan kemangi.
2. Mengetahui apakah kombinasi minyak atsiri serai dan kemangi
memiliki potensi pengawet alami lebih baik dibandingkan penggunaan
minyak atsiri secara tunggal

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber
informasi mengenai kombinasi kandungan senyawa kimia minyak atsiri
dari serai dan kemangi selain sebagai bumbu dapur atau rempah-rempah
juga dapat digunakan sebagai alternatif pengawet alami pada makanan,
peneliti menggunakan daging ayam sebagai sampel.

Profil Kandungan Kimia, Anggi Nuritasari, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Você também pode gostar