Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Apa makna klinis keluhan terkait kasus A mother brought her 10 days old boy to the
outpatient clinic. She noticed that both of her boys foot looks excessively turned inward
since he was born. There is no abnormality at other part of his body ?
Sekitar 15% penderita penyakit Talipes Equino Varus juga memiliki anomali bagian
tubuh lain. Anomali yang paling sering adalah displasia pinggul. Tidak adanya
abnormalitas menandakan jika anak ini tidak masuk ke dalam kelompok ini. Selain
itu, tidak adanya abnormalitas pada bagian tubuh lain juga menandakan jika Talipes
Equino Varus yang diderita tidak sekunder disebakan oleh penyakit lain seperti
poliomielitis, penyakit Carchot-Marie Tooth, dan cerebral palsy infantil. Kelainan ini
sudah ada sejak lahir adalah etiologinya genetic. Etiologinya sesungguhnya tidak
diketahui, kebanyakan dari bayi yang memiliki CTEV tidak memiliki faktor genetic,
sindromal dan ekstrinsik yang jelas.
Metatarsus verus
Terjadi varus dan adduksi dari kelima metatarsal. Seluruh kaki bagiandepan tidak saja
mengalami adduksi,juga supinasi. Keadaan ini biasadisertai dengan torsi tibial
interna.
Gambar 2.1.d. Metatarsus verus
3. Apa makna klinis dari tidak sembuh setelah dibawa ke tukang urut tradisional?
Kelainan ini terjadi akibat dysplasia pada tulang, otot, bahkan fascia, serta kemungkinan
faktor neurogenik, pijat tidak akan berpengaruh. Pengobatan tradisional dengan cara
pijat, umumnya berpengaruh pada kelelahan yang dialami otot, atau sebagian dalam
menangani dislokasi yang terjadi pada persendian. Tidak membantu untuk memperbaiki
letak tulang.
5. Klasifikasi
Beberapa jenis klasifikasi yang dapat ditemukan antara lain :
1. Typical Clubfoot
Ini merupakan jenis Clubfoot yang klasik hanya menderita kaki pengkor saja
yang sering ditemukan. Umumnya dapat dikoreksi dengan lima casting dan
manajemen dari Ponseti mengatakan hasil jangka panjangnya baik dan sempurna.
Yang dimasukkan jenis clubfoot ini diantaranya:
a. Positional Clubfoot Sangat jarang ditemukan, sangat fleksibel dan diduga
akibat jepitan intrauterin. Pada umumnya koreksi dapat dicapai dengan satu
atau dua kali pengegipan.
b. Delayed treated clubfoot ditemukan pada anak berusia 6 bulan atau lebih.
c. Recurrent typical clubfoot dapat terjadi baik pada kasus yang awalnya
ditangani dengan metode Ponseti maupun dengan metode lain. Relaps lebih
jarang terjadi dengan metode Ponseti dan umumnya diakibatkan pelepasan
brace yang terlalu dini. Rekurensi supinasi dan equinus paling sering terjadi.
Awalnya bersifat dinamik namun dengan berjalannya waktu menjadi fixed.
d. Alternatively treated typical clubfoot termasuk kaki pengkor yang ditangani
secara operatif atau pengegipan dengan metode non-Ponseti.
2. Atypical Clubfoot
Clubfoot jenis ini biasanya diartikan sebagai penyakit lain. Dengan ponsenti
manajemen maslah yang timbul biasanya sulit dikoreksi. Yang dimasukkan dalam
kategori ini antara lain:
a. Rigid atau Resistant atypical clubfoot dapat kurus atau gemuk. Kasus dengan
kaki yang gemuk lebih sulit ditangani. Kaki tersebut umumnya kaku, pendek,
gemuk dengan lekukan kulit yang dalam pada telapak kaki dan dibagian
belakang pergelangan kaki, terdapat pemendekan metatarsal pertama dengan
hiperekstensi sendi metatarsophalangeal. Deformitas ini terjadi pada bayi
yang menderita kaki pengkor saja tanpa disertai kelainan yang lain.
b. Syndromic clubfoot Selain kaki pengkor ditemukan juga kelainan kongenital
lain. Jadi kaki pengkor merupakan bagian dari suatu sindroma. Metode
Ponseti tetap merupakan standar penanganan, tetapi mungkin lebih sulit
dengan hasil kurang dapat diramalkan. Hasil akhir penanganan lebih
ditentukan oleh kondisi yang mendasarinya daripada kaki pengkor nya sendiri.
c. Tetralogic clubfoot -- seperti pada congenital tarsal synchondrosis.
d. Neurogenic clubfoot -- berhubungan dengan kelainan neurologi seperti
meningomyelocele.
e. Acquired clubfoot -- seperti pada Streeter dysplasia.
6. Epidemiologi
Angka kejadiannya bervariasi terhadap ras dan jenis kelamin. Pada Caucasian
frekuensinya 1,2/1000 kelahiran, dengan perbandingan laki-laki : perempuan = 2:1.
Stewart, pada tahun 1951, pada penelitiannya mendapatkan insiden pada Hawaiians
4,9/1000 kelahiran. Tingginya angka pada hawaiians ini didukung oleh Ching yang
melaporkan insidensi CTEV 6,81/1000 kelahiran.
Angka kejadian yang tinggi pada Maori (grup Polynesia) juga dilaporkan oleh Elliot,
Alldred, dan Veale. Beals melaporkan pada Maori frekwensinya 6,5 7 per seribu
kelahiran. Di Cina 0,39/1000, Jepang 0,53/1000, Malaysia 0,68/1000, Filipina 0,76/1000,
Caucasians 1,12/1000, Puerto Rican 1,36/1000, Indian 1,51/1000, Afrika Selatan (hitam)
3,50/1000, dan Pilynesia 6,81/1000 kelahiran. Kejadian terkena bilateral sekitar 50% dari
kasus. Sisi kanan sedikit lebih banyak dari kiri.
7. Patofisiologi
Jaringan Lunak
1. Otot gastroknemius mengecil
2. Tendon Achiles memendek dengan arah mediokaudal dan menyebabkan
varus; begitu pula tendon halucis longus dan digitorum komunis
3. Tendon tibialis anterior dan posterior memendek, sehingga kaki bagian depan
(forefoot) menjadi aduksi
4. Ligament antara talus, kalkaneus, naviculare menebal dan memendek. Fasia
plantaris menebal dan memendek, yang dengan kuat menahan kaki pada
posisi equines dan membuat navicular dan calcaneus dalam posisi adduksi
dan inversi
Tulang
Sebagian besar deformitas terjadi di tarsus. Pada saat lahir, tulang tarsal, yang
hampir seluruhnya masih berupa tulang rawan, berada dalam posisi fleksi,
adduksi, dan inversi yang berlebihan. Talus dalam posisi plantar fleksi hebat,
collumnya melengkung ke medial dan plantar, dan kaputnya berbentuk baji.
Navicular bergeser jauh ke medial, mendekati malleolus medialis, dan
berartikulasi dengan permukaan medial caput talus. Calcaneus adduksi dan inversi
dibawah talus. Bentuk sendi-sendi tarsal relatif berubah karena perubahan posisi
tulang tarsal. Forefoot yang pronasi, menyebabkan arcus plantaris menjadi lebih
konkaf (cavus). Tulang-tulang metatarsal tampak fleksi dan makin kemedial
makin bertambah fleksi.