Você está na página 1de 7

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 1

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Bertujuan agar dapat membandingkan laporan keuangan dengan laporan keuangan


periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain.
Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan
keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan keuangan.
Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK. Pernyataan ini tidak berlaku bagi
penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.

LAPORAN KEUANGAN

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan
keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.


2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan atas arus kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
dan informasi penjelas lain
6. ea) Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya sebagaimana
ditentukan dalam paragraph 38 dan 38A; dan
7. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi retrospektif.

STRUKTUR DAN ISI

Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan minimal mencakup :

1. Asset tetap
2. Properti investasi
3. Asset tak berwujud
4. Asset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h), dan (i))
5. Investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
6. Dikosongkan
7. Persediaan
8. Piutang dagang dan piutang lain
9. Kas dan setara kas
10. Total asset yang diklasifikasikan sebagai asset yang dimilki untuk dijual dan asset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan
operasi yang dihentikan.
11. Utang dagang dan utang lain
12. Provisi
13. Liabilitas keuangan (tidak termask jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l)
14. Liabilitas dan asset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46:
Pajak Penghasilan
15. Liabilitas dan asset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
17. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas, dan
18. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

ASET LANCAR ASET TIDAK LANCAR

Entitas mengklasifikasikan asset sebagai asset lancar, jika:

1. Entitas memperkirakan akan merealisasi asset, atau memiliki intensi untuk menjual
atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal
2. Entitas memiliki asset untuk tujuan diperdagangkan
3. Entitas memperkirakan akan merealisasi asset dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan, atau
4. Asset merupakan kas atau setara kas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 2:
laporan arus kas), kecuali asset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya
untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan

Jika tidak termasuk kategori tersebut, maka disebut asset tidak lancar.

LIABILITAS JANGKA PENDEK LIABILITAS JANGKA PANJANG

Entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek jika :

1. Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi


normal
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menangguhkan penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Persyaratan
liabilitas yang dapat mengakibatkan diselesaikannya liabilitas tersebut dengan
menerbitkan instrument ekuitas, sesuai dengan pilihan pihak lawan, tidak berdampak
terhadap klasifikasi liabilitas tersebut.
Jika tidak termasuk kategori tersebut, maka disebut liabilitas jangka panjang.

Baca PSAK 1 Bagian 2

Sumber : Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015 Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI)
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 8

PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN

Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menentukan:

(a) kapan entitas menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa setelah periode
pelaporan; dan

(b) pengungkapan yang dibuat entitas tentang tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit dan peristiwa setelah periode pelaporan.

Pernyataan ini juga mensyaratkan bahwa entitas tidak boleh menyusun laporan keuangan atas
dasar kelangsungan usaha jika peristiwa setelah periode pelaporan mengindikasikan bahwa
penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat.

Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk, dan pengungkapan atas, peristiwa setelah
periode pelaporan.

Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode
pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang
menguntungkan maupun yang tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:

(a) peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan
(peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan); dan

(b) peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa
nonpenyesuai setelah periode pelaporan).

Entitas menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan. Entitas tidak menyesuaikan jumlah pengakuan
dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa nonpenyesuai setelah periode
pelaporan.

Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dan pihak yang
bertanggung jawab mengotorisasi laporan keuangan. Jika entitas menerima informasi setelah
periode pelaporan tentang kondisi yang ada pada akhir periode pelaporan, maka entitas
memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut sesuai dengan informasi terkini.

Peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan yang berdampak material jika tidak
diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan.
Sejalan dengan hal tersebut, entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok
peristiwa tersebut:

(a) sifat peristiwa; dan

(b) estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat
dibuat.
PSAK 8 (Penyesuaian 2014): Peristiwa setelah Periode Pelaporan

RUANG LINGKUP

Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk peristiwa setelah periode pelaporan dan
pengungkapan atas peristiwa setelah periode pelaporan.

DEFINISI

Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode
pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang
menguntungkan maupun yang tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:

1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan
(peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan)
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan
(peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan)

Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara
tanggal manajemen telah memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan
tanggal manajemen menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Peristiwa Penyesuai Setelah Periode Pelaporan

Berikut ini adalah contoh peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan yang mensyaratkan
entitas untuk melakukan penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan keuangannya, atau
pengakuan dapak peristiwa yang sebelumnya tidak diakui:

1. Penyelesaian kasus pengadilan setelah periode palaporan yang memutuskan bahwa


entitas memiliki kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Entitas menyesuaikan
provisi terkait dengan kasus pengadilan terseut sesuai dengan PSAK 57: Provisi,
Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi, atau mengakui provisi baru.
2. Penerimaan informasi setelah periode pelaporan yang mengindikasikan adanya
penurunan nilai aset pada akhir periode pelaporan, atau perlunya penyesuaian atas
jumlah yang sebelumnya telah diakui sebagai rugi penurunan nilai aset. Contoh:

Kebangkrutan pelanggan yang terjadi setelah periode pelaporan biasanya


mengkonfirmasikan bahwa pada akhir periode pelaporan telah terjadi kerugian atas
piutang usaha dan bahwa entitas perlu penyesuaikan jumlah tercatat piutang usaha
tersebut.
Penjualan persediaan setelah periode pelaporan mungkin memberikan bukti tentang
nilai realisasi neto pada akhir periode pelaporan.

1. Penentuan setelah periode pelaporan atas biaya perolehan aset yang dibeli, atau hasil
penjualan aset yang dijual sebelum akhir periode pelaporan.
2. Penentuan jumlah pembayaran bagi laba atau bonus setelah periode pelaporan, jika
entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif kini pada akhir periode
pelaporan untuk melakukan pembayaran sebagai akibat dari peristiwa setelah tanggal
tersebut.
3. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan
tidak benar.

Peristiwa Nonpenyesuai Setelah Periode Pelaporan

Penurunan nilai wajar investasi di antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan
keuangan diotorisasi untuk terbit merupakan peristiwa nonpenyesuai setelah periode
pelaporan.

Jika setelah periode pelaporan entitas mengumumkan pembagian dividen untuk pemegang
instrument ekuitas, maka entitas tidak mengakui dividen itu sebagai liabilitas pada akhir
periode pelaporan.

Entitas tidak menyusun laporan keuangan dengan dasar kelangsungan usaha jika setelah
periode pelaporan diperoleh bukti kuat bahwa entitas akan dilikuidasi atau dihentikan
usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang realistis kecuali melakukan
hal tersebut.

Berikut adalah contoh peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan yang umumnya
dibuat pengungkapan:

1. Kombinasi bisnis signifikan setelah periode pelaporan atau pelepasan entitas anak
yang signifikan.
2. Pengumuman untuk menghentikan suatu operasi.
3. Pembelian aset yang signifikan, pengklasifikasian aset sebagai aset dimiliki untuk
dijual, pelepasan aset lain, atau pengambilalihan aset yang signifikan oleh pemerintah.
4. Kerusakan pabrik produksi yang signifikan akibat kebakaran setelah periode
pelaporan.
5. Pengumuman atau dimulainya pelaksanaan restrukturisasi yang signifikan.
6. Transaksi saham biasa dan transaksi saham biasa potensial yang signifikan setelah
periode pelaporan.
7. Perubahan besar tidak normal setelah periode pelaporan atas harga aset atau kurs
valuta asing.
8. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan
setelah periode pelaporan dan memiliki pengaruh signifikan pada aset dan liabilitas
pajak kini dan tangguhan.
9. Pemberian komitmen atau timbulnya liabilitas kontijensi yang signifikan, sebagai
contoh menerbitkan jaminan yang signifikan.
10. Dimulainya proses tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata timbul karena
peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan.

Sumber: Standar Akuntansi Keuangan per Efektif 1 Januari 2017

Você também pode gostar