Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dasar di Indonesia
Untuk itu, kami menawarkan dan menekankan tiga aspek yang menurut
kami penting dalam penerapan sistem pendidikan dasar di Indonesia. Aspek yang
pertama adalah pendidikan moral yang mencakup kebudayaan dan nilai moral itu
sendiri. Kemudian adalah pendidikan formal yang mencakup kecerdasan seorang
anak. Serta lingkungan yang mendukung keduanya hingga dapat berjalan secara
efektif.
Berbicara tentang moral, mungkin itu adalah kata sederhana yang sangat
diperhitungkan dalam menilai seseorang. Namun, darimanakah kita mendapatkan
pelajaran moral. Apakah di sekolah diajarkan dengan sepenuhnya? Atau apakah
pendidikan moral hanya tanggungjawab orangtua yang harus diajarkan di rumah ?
Ternyata terbentuknya moral seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana
pendidikan dasar yang ia dapatkan. Menurut penelitian, anak balita hingga usia
sekolah dasar, otaknya diibaratkan sebagai sponge. Dimana dapat menyerap dengan
cepat apapun yang ia lihat dan melakukan apapun yang dicontohkan oleh oranglain.
Betapa dahsyatnya otak anak pada usia tersebut untuk merekam segala sesuatu.
Namun seringkali para orangtua atau guru di sekolah tidak memperhatikan hal ini.
Momen di masa tersebut seharusnya digunakan untuk mengajarkan moral-moral
untuk bekal kehidupan di masa mendatang.
Dalam pandangan perilaku moral, perilaku juga dipengaruhi oleh situasi itu
sendiri. Penelitian yang telah dilakukan lebih dari setengah abad lalu menyatakan
bahwa, tidak ada anak yang sepenuhnya jujur dan tidak ada pula anak yang
sepenuhnya curang dalam semua situasi (Hartshone & May, 1928-1930). Untuk itu,
seorang anak harus mampu mengendalikan dirinya agar dapat melakukan dan
menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Proses pengendalian diri ini
juga tidak serta merta bisa dilakukan sendiri oleh anak-anak. Namun harus
mendapat bimbingan dari orangtua maupun guru di sekolahnya.
Oleh karena itu, perlu adanya sistem pendidikan dasar yang lebih
mementingkan pendidikan moral terlebih dahulu untuk pondasi hidup para siswa.
Tidak bermaksud untuk membandingkan sistem pendidikan dasar antara Indonesia
dengan negara lain. Namun kita juga harus belajar dan sedikit banyak mengadopsi
sistem pembelajaran di negara maju yang sudah terbukti negaranya memiliki
peringkat sistem pendidikan yang baik di dunia. Sebagai contoh adalah negara
Jepang. Di Jepang, pendidikan moral sangat ditekankan pada anak-anak yang
duduk di bangku SD. Moral menjadi pondasi yang ditanamkan secara sengaa pada
ana-anak di Jepang. Bahkan, ada satu mata pelaaran khusus yang mengajarkan anak
tentang moral. Namun nilai moral juga dapat diserap dalam mata pelajaran yang
lain dan nilai kehidupan. Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu,
dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai aturan, sistem nilai dan melihat
sesuatu bukan dari segi materi ataupun harta.
Selain pendidikan moral yang harus dilakssanakan secara baik dan efektif
sebagai dasar pembentukan karakter, harus di imbangi oleh pendidikan formal yang
tepat. Karena menurut buku Life-Span Development yang di tulis oleh seorang
Psikolog perkembangan anak bernama John W.Santrock menjelaskan bahwa ...
sebagian besar anak memperlihatkan kemajuan yang dramatis dalam
mempertahankan dan mengendalikan atensi, mereka lebih banyak menaruh
perhatian pada stimuli yang relevan dengan tugas dibandingkan dengan stimuli
yang menonjol. Perubahan-perubahan lain dalam pemrosesan informasi selama
masa kanak-kanak pertengahan dan akhir ini mencakup memori, pemikiran dan
metakognisi. Dalam hal ini memori, pemikiran dan metakognisi menjadi hal
penting dalam pengembangan pendidikan formal bagi siswa SD.
Strategi yang harus digunakan pada awal penerapan pendidikan formal sesuai
apa yang sudah kami jelaskan sebelumnya adalah dengan mengetahui kondisi
memori pada anak usia sekolah dasar. Memori memiliki 2 kategori dalam
penyimpananya di otak kita yaitu memori jangka pendek (short-term memory).
Dalam masa kanak kanak memori jangka pendek meningkat secara signifikan
sebelum usia 7 tahun dan setelah usia tersebut memori ini peningkatan nya tidak
berlangsung banyak. memori ini berhubungan dengan bagaimana seseorang
menggunakan informasi dalam memori itu untuk melakukan kegiatan yang masih
dilakukan dan dibutuhkan saja. Kemudian yang ke 2 memori jangka panjang (long-
term memory), ingatan yang relatif permanen dan merupakan tipe ingatan yang
tidak terbatas,meningkat seiring dengan bertambahnya usia di masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir. Dalam beberapa hal, kemajuan dalam ingatan ini
mencerminkan meningkatnya pengetahuan anak-anak dan meningkatnya
kemampuan mereka dalam menggunakan strategi-strategi. Ingatlah bahwa penting
untuk tidak melihat memori dalam hal bagaimana anak-anak menambahkan
sesuatu, namun bagaimana anak anak mengonstruksikan memori tersebut
(Ornstein, Coffman, & Grammer, 2009; Ornstein dkk, 2010)
Untuk mengkoneksikan bagaimana cara berpikir yang baik itu dalam anak anak
maka ada langkah langkah yang kiranya bisa efektif dilakukan dalam proses
pendidikan:
Terpaan media zaman ini begitu deras dirasakan. Kasus lain yang pernah
kami bahas di atas yaitu tentang aksi bentrok antar SD merupakan sebuah cerminan
bagaimana lingkungan belajar dalam konteksi ini adalah media, anak/murid harus
diawasi secara konsisten 24 jam. Dengan demikian guru dalam peran pendidik tidak
bisa mengontrol penuh hal tersebut. Maka ikut serta orang tua sangat diperlukan.
Orang tua juga menjadi bagian lingkungan belajar seorang murid. Tapi yang
menjadi permasalahanya sekarang adalah tidak semua orang tua mampu melakukan
tindak pencegahan karena factor minim pengetahuan atau gaptek. Selain itu tidak
semua murid juga mendapatkan lingkungan keluarga yang baik. Oleh karenanya
lebaga pendidikan setingkat sekolah dasar haruslah dengan gencar membangun
moral murid secara intensif dan mengikut sertakan peran orang tua. Kami berharap
pemerintah atau lembaga sekolah untuk sering mengadakan pelatihan seputar
pengendalian dan pembatasan media dalam proses perkembangan anak. Selain itu
harapan kami sangat besar terkait ketegasan pemerintah yang dirasa sangat kurang
terhadap konten media yang kurang mendidik dan cenderung merusak moral anak
bangsa. Media yang seharusnya bisa menjadi salah satu fasilitas anak sebagai
sumber belajar atau informasi malah tercemar dengan konten televisi yang kurang
mendidik.
Konsep lingkungan belajar tidak berhenti dari guru dan orang tua, namun
juga bisa jadi karyawan sekolah dan fasilitas yang ada. Karyawan sekolah yang
dalam konteks ini cendrung pada pesuruh seperti tukang kebun, satpam dll, bisa
jadi salah satu factor penyebab rusaknya moral seorang murid ketika dalam
interaksinya terjadi sebuah tindakan yang kurang baik untuk dicontoh, seperti
merokok dalam lingkup sekolah, ataupun berkata kasar yang tidak sepantasnya
dikatakan. Hal tersebut bisa dengan mudah ditiru oleh siswa. Fasilitas merupakan
pendukung yang cukup penting bagi pendidikan formal yang diperoleh siswa, ini
merupakan salah satu bentukan dari konsep lingkungan belajar. Fasilitas ini tentu
akan sulit untuk bisa merata dalam dunia pendidikan dasar di Indonesia, namun
setidaknya fasilitas untuk melakukan eksperimen terkait pembelajaran yang
dilakukan disekolah dapat secara langsung bisa dipraktekan oleh siswa sekolah
dasar seingga mampu menstimulasi daya ingat anak secara lebih baik.
Pendidikan moral dan pendidikan formal yang telah kami jelaskan di atas
kiranya hanya bisa tercapai maksud dan tujuannya jika dimasukkan ke dalam mata
pelajaran yang dibebankan kepada siswa sekolah dasar. Mata pelajaran yang di
bebankan pada siswa pun haruslah jelas maksud dan tujuannya. Seperti matematika,
ipa, ips, bahasa ataupun seni. Tidaklah benar jika hal itu dipelajari sekedar untuk
pemahaman saja atau hanya untuk mendapatkan nilai. Mata pelajaran mengenai
ilmu ilmu pasti seperti matematika dan IPA haruslah dapat membuat peserta didik
untuk lebih menghargai lingkungan alam dan dirinya sendiri secara biologis. Ilmu
ilmu sosial yang dajarkan dalam sekolah dasar juga harus berdampak baik ke dalam
kehidupan seorang dalam kehidupan sosialnya secara langsung ataupun tidak
langsung. Pemahaman pemahaman akan tujuan dari ilmu-ilmu ini diajarkan
haruslah dipahami oleh berbagai pihak yang berhubungan dengan aktifitas
pendidikan tersebut agar apa yang diterapkan dalam mata pelajaran sekolah dasar
juga dapat di dukung oleh berbagai pihak. Pihak yang kami maksud disini adalah
pemerintah sebagai penentu kebijakan pendidikan, guru sebagai pendidik, dan juga
masyarakat yang termasuk disitu keluarga sebagai lingkungan yang bertugas
mengawasi penerapan ilmu - ilmu tersebut untuk peserta didik.