Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009)
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Guru harus mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik. Yang sangat
sentral dalam factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan
dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan
ini merupakan cika lbakal perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara tidak
sesuai dengan semestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan pada
perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh pada perkembangan
kognitif, semakin buruk lingkungan maupun pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh
lingkungan pada perkembangan kognitif anak semakin besar. (Wibowo, 2016)
C. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Empat tahap perkembangan kognitif siswa menurut Piaget adalah sebagai berikut.
1. tahap sensori motor (02 tahun)
Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak akan belajar untuk menggunakan dan mengatur
kegiatan fIsik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. Pada tahap ini,
pemahaman anak sangat bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh dan alat-alat indera mereka.
2. tahap pra-operasional (27 tahun)
Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal
khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk
melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten
3. tahap operasional konkret (711 tahun)
Pada tahap Operasional konkret (7-11 tahun), umumnya anak sedang menempuh pendidikan di
sekolah dasar. Di tahap ini, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata atau
dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi
nyata secara bersamasama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
4. tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun)
Pada tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti
menggunakan benda nyata. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam perkembangan kognitif.
(Doyin, 2015)
Bekal ajar awal peserta didik dapat pula diartikan kemampuan awal (entry behavior)
adalah kemampuan yang yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia memperoleh kemampuan
terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan
peserta didik sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar
tercapai oleh peserta didik. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan darimana pengajaran harus
dimulai.
1) Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan awal peserta
didik sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu;
2) Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan serta kecendrungan peserrta didik berkaitan
dengan pemilihan program program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka; dan
3) Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu
dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
Hamalik (hal: 1983) menyatakan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan di mana peserta
didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut tidak bisa diabaikan oleh
seorang pendidik karena dapat menjadi penghambat tujuan pembelajaran. Kesulitan belajar tidak
hanya disebabkan oleh faKtor intelegensi yang rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktor-
faktor nonintelegensi. Oleh karena itu, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Wood (2007:33) menyatakan kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-
hambatan tersebut diakibatkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik maupun luar
diri peserta didik.
1. Kesulitan belajar akademis, meliputi kesulitan membaca, kesulitan menulis, dan kesulitan
berhitung.
2. Gangguan simbolik, yaitu ketidakmampuan anak untuk dapat memahami suatu obyek
sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada organ tubuhnya.
3. Gangguan nonsimbolik, yaitu ketidakmampuan anak untuk memahami isi pelajaran karena ia
mengalami kesulitan untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya.
4. Ganguan sosial-emosional, yaitu gangguan yang berasal dari lingkungan dan emosi dalam
diri anak.
2. Faktor kondisi fisik dan kesehatan, termasuk kondisi kelainan, seperti kurangnya gizi pada ibu
hamil, bayi dan anak, kerusakan susunan dan fungsi otak, dan penyakit persalinan;
4. Faktor keluarga, seperti keadaan keluarga yang tidak baik dan kurangnya dukungan belajar dari
orang tua.
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi
tempat duduk bagian depan.
2. Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap
memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan keluarga lainnya.
3. Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan
melaksanakan program remedial.
Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa yang
mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Misalnya, karena materi pelajaran bersifat
abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami
hambatan dalam menerima materi pelajaran.
Rancangan mengatasi kesulitan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-
langkah sebagai berikut : (1) Identifikasi kasus; Identifikasi kasus merupakan upaya untuk
menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin
Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar. (2) Call them approach;
melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara
ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. (3) Maintain
good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi
jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang
tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan
ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. (4) Developing a desire for
counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah
yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang
hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang
dihadapi siswa. (5) Melakukan analisis sosiometris; dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami kesulitan Penyesuaian social
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
dihadapi siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan
dengan aspek : (a) substansial material; (b) struktural fungsional; (c) behavioral; dan atau (d)
personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu
instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM).
Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar
aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan;
(e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan
muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran
dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing,
pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan
lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat
rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
Sumber Pustaka
Doyin, Mukh dan Supriyono. 2015. Materi UKG Bahasa Indonesia 2015. Semarang: Bandungan
Institute
Wibowo, Hari dkk. 2016. Karakteristik Peserta Didik. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan
PEMAHAMAN LANDASAN PENDIDIKAN, TEORI BELAJAR, DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan, yang memberikan pedoman tentang jenis, lingkup,
urutan isi, serta proses pendidikan. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku pada dirinya. Kurikulum
sebagai rencana pembelajaran juga diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
B. Fungsi
1. Fungsi penyesuaian
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik agar memilki sifat
untuk mampu menyesuaikan dengan llingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial.
2. Fungsi pengintegrasian
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh, dalam
hal ini orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik peserta didik agar memilki pribadi yang
integral. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
3. Fungsi perbedaan
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
individu peserta didik.
4. Fungsi persiapan
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didik agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, baik dalam memasuki
pendidikan yang lebih tinggi ataupun dalam memasuki kehidupan dalam masyarakat.
5. Fungsi pemilihan
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik
dalam memilih programprogram belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
6. Fungsi diagnostic
Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan peserta didik untuk
dapat memahami kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya.
C. Peranan
1. Peranan konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa
kini kepada anak didik sebagai generasi penerus.
2. Peranan kreatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi setiap saat.
Kurikulum melakukan kegiatankegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti menekankan bahwa
kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru. Kurikulum harus dapat membantu
setiap peserta didik dalam mengembangakan potensi dirinya.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilainilai dan budaya yang hidup dalam
masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu
kepada peserta didik perlu disesuaikan kondisi yang ada di masa sekarang.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kurikulum harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Dalam konteks Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang termuat dalam silabus harus benar dan sesuai
dengan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam bidang ilmu tersebut. Penggunaan istilah, notasi
atau lambang untuk menunjuk objek tertentu, hendaknya sesuai dengan istilah, notasi atau
lambang yang umum dan lazim digunakan dalam bahasa dan sastra Indonesia.
2. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta teknik dan instrumen penilaian.
Dengan prinsip konsistensi ini, pemilihan materi pembelajaran, penetapan strategi dan pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media pembelajaran, serta penetapan
teknik dan penyusunan instrumen penilaian semata-mata diarahkan pada pencapaian kompetensi
dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi.
3. Relevan
Prinsip ini mendasari pengembangan kurikulum, baik dalam pemilihan materi pembelajaran,
strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu, strategi penilaian
maupun dalam mempertimbangkan kebutuhan media dan alat pembelajaran.
4. Ketercukupan
Cakupan indikator, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Dengan prinsip ini, maka tuntutan
kompetensi harus dapat terpenuhi dengan pengembangan materi pelajaran dan kegiatan
pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika standar kompetensi dan kompetensi dasar
menuntut kemampuan menganalisis suatu obyek belajar, maka materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan teknik serta instrumen penilaian harus secara memadai mendukung
kemampuan itu.
5. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik pengetahuan, sikap, maupun
praktik (psikomotor). Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya.
Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan kognitif
saja, melainkan juga dapat mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya, serta dapat
secara optimal melatih kecakapan hidup (lifeskill).
6. Fleksibel
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi. Banyak fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
materi dan dapat mendukung kemudahan dalam menguasai kompetensi perlu dimanfaatkan dalam
pengembangan pembelajaran. Di samping itu, penggunaan media dan sumber belajar berbasis
teknologi informasi, seperti komputer dan internet perlu dioptimalkan.
Teori belajar tingkah laku (behaviorisme) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan
hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) seperti 2 + 2 dan balasan dari siswa (response)
seperti 4 yang dapat diamati. Semakin sering hubungan (bond) antara rangsangan dan balasan
terjadi, maka akan semakin kuatlah hubungan keduanya (law of exercise). Para penganut teori
belajar tingkah laku ini berpendapat bahwa batu saja akan berlubang jika ditetesi air terus
menerus. Thorndike menyatakan kuat tidaknya hubungan ditentukan oleh kepuasan maupun
ketidakpuasan yang menyertainya (law of effect). Itulah sebabnya, dua kata kunci menurut para
penganutnya selama proses pembelajaran adalah latihan dan ganjaran/ penguatan. Teori ini
menitikberatkan pada perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengulangan. Ganjaran atau
penguatan pada binatang ditunjukkan dengan pemberian sesuatu jika ia dapat menyelesaikan
tugasnya, sehingga binatang tersebut akan mengulangi kegiatannya. Para siswa akan sangat
senang dan merasa dihargai jika mereka mendapat hadiah ketika mereka dapat melaksanakan
tugas dengan baik, sehingga mereka akan berusaha untuk melakukan hal yang sama. Namun jika
mereka melakukan hal yang salah maka mereka harus mendapat hukuman agar ia tidak melakukan
hal itu lagi. Teori belajar tingkah laku ini menekankan adanya ganjaran (reward) atau penguatan
(reinforcement). Semakin banyak ganjaran yang diberikan maka respon yang diharapkan dari
siswa akan lebih baik. Selain itu, jika respon siswa di luar yang diinginkan maka diperlukan
adanya konsekuensi hukuman (punishment) sebagai stimulus agar respon yang muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada atau, dengan kata lain, agar perilaku siswa sesuai yang diinginkan.
Khusus untuk punishment ini, beberapa tokoh teori tingkah laku, misalnya Skinner, memiliki
perbedaan pendapat, khususnya karena dampak yang kurang baik. Skinner memberikan alternatif
yaitu digunakannya penguatan negatif (negative reinforcement). Pada masa kini, teori belajar yang
dikemukakan penganut psikologi tingkah laku ini cocok digunakan untuk mengembangkan
kemampuan siswa yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar (pengetahuan) matematika
seperti fakta, konsep, prinsip, dan skill (keterampilan).
B. Teori Belajar Kognitif
Menurut Piaget, struktur kognitif atau skemata (schema) adalah suatu organisasi mental tingkat
tinggi yang terbentuk pada saat orang itu berinterkasi dengan lingkungannya. Dua proses yang
sangat penting adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses di mana suatu
informasi atau pengalaman baru dapat disesuaikan dengan kerangka kognitif yang sudah ada di
benak siswa; sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka
kognitif yang sudah ada di benak siswa agar sesuai dengan pengalaman yang baru dialami. Sejalan
dengan itu, Ausubel menginginkan proses pembelajaran di kelas-kelas adalah suatu pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) yaitu suatu pembelajaran di mana pengetahuan atau
pengalaman yang baru dapat terkait dengan pengetahuan lama yang sudah ada di dalam struktur
kognitif seseorang. Untuk membantu terjadinya pembelajaran bermakna, Bruner menyarankan
agar proses pembelajaran melalui tiga tahap, yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Empat tahap perkembangan kognitif siswa menurut Piaget adalah (1) tahap sensori motor (02
tahun), (2) tahap pra-operasional (27 tahun), (3) tahap operasional konkret (711 tahun), dan (4)
tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak akan belajar untuk menggunakan dan mengatur
kegiatan fsik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. Pada tahap ini, pemahaman
anak sangat bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh dan alat-alat indera mereka. Pada tahap
pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang
didapat dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk melihat
hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. Pada tahap operasional konkret
(7-11 tahun), umumnya anak sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar. Di tahap ini, seorang
anak dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata atau dengan menggunakan benda
konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi nyata secara bersamasama
(misalnya, antara bentuk dan ukuran). Pada tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun),
kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Tahap ini merupakan tahapan
terakhir dalam perkembangan kognitif.
Bruner membagi penyajian proses pembelajaran dalam tiga tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan
simbolik. Pada tahap enaktif, para siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan dengan
menggunakan sesuatu yang konkret atau nyata yang berarti dapat diamati dengan
menggunakan panca indera. Contohnya, ketika akan membahas geometri ruang di awal
pembelajaran, guru dapat menggunakan alat peraga maupun barang sehari-hari semisal kaleng,
dus, dll. Pada tahap ikonik, yakni setelah mempelajari pengetahuan dengan benda nyata atau
benda konkret, tahap berikutnya adalah tahap ikonik, dimana para siswa mempelajari suatu
pengetahuan dalam bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang
menggunakan benda konkret atau nyata tadi. Pada tahap simbolik para siswa harus melewati suatu
tahap dimana pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol abstrak. Dengan kata
lain, siswa harus mengalami proses berabstraksi. Berabstraksi terjadi pada saat seseorang
menyadari adanya kesamaan di atara perbedaan-perbedaan yang ada.
1. Model Penemuan
Bruner berpendapat bahwa belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan (learning
by discovery is learning to discover). Ada dua model penemunaan, yaitu model penemuan murni
dan model penemuan terbimbing. Model penemuan yang dapat dikembangkan di kelas adalah
model penemuan terbimbing di mana para siswa dihadapkan dengan situasi di mana ia bebas untuk
mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-coba (trial and error), mencari dan
menemukan keteraturan (pola), menggeneralisasi atau menyusun rumus beserta bentuk umum,
membuktikan benar tidaknya dugaannya itu. Berbeda dengan model penemuan murni di mana
mulai dari pemilihan strategi sampai pada jalan dan hasil penemuan ditentukan para siswa sendiri
maka pada penemuan terbimbing ini, para guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu
dan memberi kemudahan bagi para siswanya sedemikian rupa sehingga mereka dapat
mempergunakan idea, konsep dan ketrampilan yang sudah dia pelajari untuk menemukan
pengetahuan yang baru. Penggunaan serangkaian pertanyaan yang tepat akan sangat membantu
siswa untuk menemukan pengetahuan yang baru berdasar pada pengetahuan lama yang
dipunyainya.
2. Model Saintifk
Pendekatan saintifk meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana dijelaskan berikut ini.
a. Mengamati (observing) di mana siswa difasilitasi untuk mengamati dengan indra (membaca,
mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.
Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang
dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran sebagai berikut.
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian belajar
pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage
dan Berliner, 1984: 355). Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting
dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan
Berliner, 1984: 372).
B. Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
C. Keterlibatan langsung/Berpengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya.
D. Pengulangan
Pada teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berpikir yang akan membuat daya-daya tersebut
berkembang.
E. Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai. Namun selalu terdapat
hambatan, yaitu mempelajari bahan belajar. Timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu
dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
G. Perbedaan Individual
Siswa yang merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis,
tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada
cara dan hasil belajar siswa
Dalam Lampiran 3 Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 (233) pendekatan dimaknai sebagai
cara menyikapi/melihat (a way of viewing); strategi dimaknai sebagai cara mencapai tujuan
dengan sukses (a way of winning the game atau a way of achieving of objectif); metode dimaknai
sebagai cara menangani sesuatu (a way of dealing). Sedangkan teknik dimaknai sebagai cara
memperlakukan sesuatu (a way creating something); danmodel dimaknai sebagai kerangka yang
berisikan langkah-langkah/uruturutan kegiatan/sintakmatik yang secara operasional perlu
dilakukan oleh guru dan siswa. Dalam referensi lain dijelaskan bahwa pendekatan adalah titik
tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran; metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran; teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifk; dan model adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran).Pendekatan (approach)
merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-
centered approaches) yang digunakan dalam perancangan kurikulum dan pembelajaran saat
ini. Strategi pembelajaran merupakan perencanaan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran
yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan metodemerupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan sebagai cara untuk melaksanakan dan
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam mengimplementasikan metode
pembelajaran, seorang pendidik perlu menetapkan teknik atau cara tertentu agar proses
pembelajaran berjaan efektif dan efsien, serta taktik atau gaya individu dalam melaksanakan suatu
teknik atau metode tertentu misalnya dalam menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya
bahasa atau idialek agar materi pembelajaran mudah dipahami.
1. Sahih (Valid)
Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi sehingga materi yang
diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk
pemahaman ke depan.
2. Tingkat Kepentingan (Significance)
Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar
diperlukan oleh siswa.
3. Kebermanfaatan (utility)
Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun nonakademis. Bermanfaat
secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang
pendidikan berikutnya. Bermanfaat secara nonakademis maksudnya bahwa materi yang diajarkan
dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari
Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu
mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan
kondisi setempat.
Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya
lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan
rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan
mereka.
Terdapat beberapa pola pengembangan materi pembelajaran yang dapat dipilih guru, yakni
sebagai berikut.
Langkah-langkah Mengamati
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Jenis-jenis Pengamatan
Observasi biasa (common observation). Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya
melakukan observasi (complete observer), dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku,
objek, atau situasi yang diamati.
Observasi terkendali (controlled observation). peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek yang
diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.
Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik
melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Observasi semacam ini
mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati
2. Menanya
Kegiatan Belajarnya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang Dikembangkan
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya,
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan hipotetik)
3. Mengumpulkan Informasi/ Eksperimen
Kegiatan Belajarnya: Melakukan eksperimen, Membaca sumber lain selain buku teks, Mengamati
objek/kejadian, Aktivitas Wawancara dengan narasumber
Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/ Mengolah
Kegiatan Belajarnya
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
Kompetensi yang Dikembangkan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan Belajarnya : Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnnya.
Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan
tes maupun non tes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka
pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Indikator:
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Pokok
1. Peserta didik menyimak tayangan berbagai peristiwa sejarah
dunia.
2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkansiswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi
A. Pemberian Rangsangan
terhadap pemahaman teks hasil observasi cerita sejarah.
(Stimulation)
3. Guru mengarahkan jawaban siswa terhadap pembelajaran yang
akan dilakukan
4. Siswa membaca contoh model teks cerita sejarah berjudul
Sejarah Hari Buruh..
5.
6. Peserta didik mengidentifikasi masalah yang relevan dengan
B. Pernyataan/Identifikasi
bahan bacaan diantaranya diarahkan untuk menanyakan fungsi teks
Masalah (Problem
cerita sejarah dan bentuk atau strukturnya,
Statement)
7. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, siswa memilih dan
merumuskan salah satu di antaranya dalam bentuk hipotesis.
8. Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru
C. Pengumpulan Data
dengan mempertimbangkan kemampuan akademik, gender, dan ras
(Data Collection)
(@5 0rang per kelompok).
9. Peserta didik mengidentifikasi siapa, apa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana peristiwa yang terjadi pada teks cerita
sejarah Hari Buruh.
10. Peserta didik menyusun periode sejarah secara kronologis, sesuai
dengan urutan waktu dari peristiwa sejarah teks Hari Buruh.
11. Peserta didik menentukan struktur yang membangun teks
Sejarah Hari Buruh
12.
D. Pengolahan Data (Data 13. Peserta didik mengolah informasi yang diperoleh dari hasil
Processing) kegiatan sebelumnya untuk menentukan unsur-unsur atau struktur teks
cerita sejarah.
14. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi
E. Pembuktian
sehingga dapat menemukan konsep tentang struktur teks cerita
(Verification)
sejarah.
15. Peserta didik membuat kesimpulan tentang struktur teks cerita
F. Menarik Kesimpulan
sejarah
(Generalization)
16. Peserta didik mempresentasikan.
A. Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)
B. Kelebihan PBL
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan
2. Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
C. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan
dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam
atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik
melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.
Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di
kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan
informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
D. Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara
lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta
didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembela
Fase-Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
hasil kerja.
F. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam
kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan
cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu
sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman
dalam kelompoknya
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Pokok
1. Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran
2. Peserta didik membaca contoh teks cerita sejarah yang kurang
A. Orientasi siswa pada
baik dan menyimak penjelasan terhadap permasalahan tersebut
Masalah
3. Peserta didik memberikan tanggapan dan pendapat terhadap
permasalahan tersebut
B. Mengorganisasi
4. Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai arahan
siswa dalam belajar
guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan gender
5. Peserta didik membaca teks cerita sejarah yang tidak baik dengan
C. Membimbing
cermat
penyelidikan siswa secara
6. Peserta didik dengan difasilitasi dan dibimbing guru menelaah
mandiri atau
dan mendiskusikan kelemahan teks cerita sejarah dari segi struktur,
kelompok
kaidah, dan isi
D. Sistem Penilaian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan
dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman
dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan
kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
1. Peserta didik menentukan hari atau peristiwa bersejarah
A. Penentuan Proyek sebagai topik yang akan dikembangkan menjadi teks cerita
bersejarah
2. Peserta didik dibimbing guru mendiskusikan aturan main dan
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung pelaksanaan proyek
3. Peserta didik mendiskusikan sumber/bahan/alat pendukung
B. Perancangan
pelaksanaan proyek
Langkah-langkah
4. Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai penilaian
Penyelesaian Proyek
dalam kelompok masing masing, peserta didik mendiskusikan
dan perencanaan proyek berupa penentuan fase peristiwa
bersejarah
5. Peserta didik membuat time line pemilihan dan penyiapan
proyek
6. Peserta didik mendiskusikan deadline untuk menyelesaikan
C. Penyusunan Jadwal
proyek menyusun teks cerita sejarah
Pelaksanaan Proyek
7. Peserta didik mendiskusikan dan membuat jadwal atau waktu
pelaksanaan penyelesaian setiap fase persitiwa dalam teks cerita
sejarah yang akan ditulisnya
8. Peserta didik mengidentifikasi dan mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan fase peristiwa yang menjadi objek untuk
D. Penyelesaian
penulisan teks cerita sejarah
proyek
9. Peserta didik mengonsultasikan permasalahan atau kendala
dengan fasilitasi dan
dalam menyelesaikan penulisan teks cerita sejarah
monitoring guru
10. Peserta didik memperbaiki hasil tulisan berdasarkan hasil
konsultasi
11. Peserta didik membaca kembali teks cerita sejarah yang
sudah ditulis dan memperbaiki jika masih terjadi kesalahan
dengan mengacu pada point-point penilaian yang disepekati pada
E. Penyusunan
tahap perencanaan
Laporan
12. Peserta didik menempelkan teks cerita sejarah yang sudah
dan Presentasi
dibuatnya di tempat yang sudah disediakan (tempat seperti
/Publikasi
bentuk pameran)
Hasil Proyek
13. Peserta didik melakukan kegiatan shopping model,yaitu
mengunjungi, membaca, dan menanggapi teks cerita sejarah
kelompok lain.
14. Peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
tugas proyek yang sudah dilaksanakan.
F. Evaluasi Proses
15. Peserta didik mengemukakan pengalamannya selama
dan
menyelesaikan tugas proyek peserta didik mendengarkan umpan
Hasil Proyek
balik terhadap proses yang telah dilaksanakan dan produk yang
telah dihasilkan.
PEMBAHASAN/RINGKASAN MATERI PEDAGOGIK: PENILAIAN DAN PTK
Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek
(Stufflebeam dan Shinkfield, 1985 dalam Depdiknas, 2004:11). Pada saat melakukan evaluasi di
dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur keputusan
tentang nilai suatu program (value judgement). Dalam melakukan keputusan, diperlukan data hasil
pengukuran dan informasi hasil penilaian selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Objek
evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas,
sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi alat ukur
yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data yang ingin diperoleh. Berdasarkan
uraian tersebut, terdapat istilah pengukuran dan penilaian. Sebagai bagian dari evaluasi kedua
istilah tersebut akan dibahas lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep.
Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan
tertentu (Guilford, 1982 dalam Depdiknas, 2004:9). Safari (1997:3) mengartikan pengukuran
sebagai suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi/data secara kuantitatif. Secara tersirat kedua
definisi tersebut menandakan pengukuran merupakan proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik sejauhmana peserta didik telah mencapai suatu tingkatan.
Pengukuran dapat menggunakan tes dan nontes.
Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes dalam
pembelajaran bahasa dikenal dengan tes bahasa yang sasaran pokoknya adalah tingkat kompetensi
berbahasa peserta didik. Nontes seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang instrumennya
berbentuk kuesioner atau inventori.
A. Tujuan Penilaian
1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam
pembelajaran remedial dan program pengayaan.
2. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu
tertentu, yaitu harian, tengah semester, satu semester, satu tahun, dan masa studi satuan
pendidikan.
B. Fungsi Penilaian
1. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami
kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik
dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu
mengikuti remedial atau pengayaan.
4. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta
didik.
C. Prinsip Penilaian
Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi,
dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dan dengan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam
belajar.
Secara umum ada dua metoda/acuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yaitu
penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan.Apabila kita melakukan pengukuran atau
penilaian berarti kita membandingkan. Dalam penilaian pendidikan ada dua pendekatan yang
digunakan sebagai pembanding, yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced
evaluation) dan penilaian acuan patokanatau PAP (criterion refrenced evaluation).
Penilaian acuah norma/relatif disebut pula norma aktuil atau norma empiris. Norma relatif adalah
suatu norma yang disusun secara relatif berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh para
pengikut dalam suatu tes. Dengan demikian maka skor standar yang dicapai oleh seseorang yang
didasarkan atas norma relatif ini (PAN) mencerminkan status individu di dalam kelompok.
A. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui kecendrungan perilaku spiritual dan sosial siswa di
dalam dan luar kelas sebagai hasil pendidikan.
Sikap Spiritual
Selalu bersyukur dan berdoa sebelum melakukan kegiatan serta toleransi yang baik pada agama
yang berbeda; ketaatan beribadah mulai berkembang.
Sikap Sosial
Memiliki sikap santun, disiplin, dan tanggung jawab yang baik, responsif dalam pergaulan; sikap
kepedulian mulai meningkat.
B. Penilaian Pengetahuan
1. Proses Kognitif
b. C2; memahami (understand), mengkonstruksi makna dari pesan baik secara lisan, tulisan,
dan grafis.
c. C3; menerapkan (apply), penggunaan prosedur dalam situasi yang diberikan atau situasi
baru.
2. Dimensi Pengetahuan
a. Pengetahuan faktual; pengetahuan terminologi atau pengetahuan detail yang spesifik dan
elemen.
b. Nilai akhir pencapaian pengetahuan rerata dari hasil pencapaian kompetensi setiap KD
selama satu semester.
c. Nilai pada rapor ditulis dalam bentuk angka skala 0 100 dan dilengkapi dengan deskripsi
singkat kompetensi yang menonjol/tertinggi dan terendah berdasarkan pencapaian KD selama
satu semester
d. Deskripsi nilai didasarkan pada nilai tertinggi dan terendah pada capaian KD per semester
Teknik Keterangan
Penilaian
Tes tulis Memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan benar-salah, ya-tidak),
menjodohkan, sebab-akibat.
Mensuplai jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
uraian).
Tes Lisan Soal / pertanyaan yang menuntut siswa menjawab secara lisan (formatif
tes)
Penugasan Tugas yang dilakukan secara individu atau kelompok.
C. Penilaian Keterampilan
1. Dimensi Keterampilan
Keterampilan abstrak: K-1 Mengamati, K-2 Menanya, K-3 Mencoba, K-4 Menalar, K-5 Menyaji,
K-6 Mencipta
Keterampilan Konkrit:
b. Kesiapan (set): kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan.c. Meniru (guided
response): gerakan secara terbimbing.
f. Menjadi gerakan alami (adaptation): gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan
yang sudah dikuasai.
g. Menjadi tindakan orisinal (origination): gerakan baru yang orisinal, sukar ditiru orang lain,
dan menjadi ciri khasnya.
b. Penilaian KD keterampilan yang dilakukan dengan dua teknik penilaian seperti proyek dan
produk atau praktik dan produk, maka nilai KD dapat dirata-rata.
c. Nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran adalah rerata dari semua nilai KD
keterampilan dalam satu semester.
d. Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 100, predikat
dan deskripsi singkat capaian kompetensi
Unjuk kerja/ kinerja / praktik Daftar cek, dengan menggunakan daftar cek,
peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.
Skala Penilaian (Rating Scale). Penilaian kinerja
yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Projek Penilaian projek dilakukan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan.
Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan
kriteria penilaian atau rubrik.
Produk Daftar cek atau skala penilaian (rubrik)
Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran melalui musyawarah oleh satuan pendidikan (sekolah)
dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompeksitas, dan
kemampuan daya dukung (berorientasi pada sumber belajar).
sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar
mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan
KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian
kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;
2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran.
Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai
oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian
agar mencapai nilai melebihi KKM.
3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum
dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil
pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi
tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses
pembelajaran maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah;
4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus
dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua.
5. merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.
Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui
metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional
judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan
rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;
Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal
pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik
untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi;
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator
yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai
ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar
minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang
terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan
minimal
KOMPETENSI PEDAGOGIK PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
PEMBELAJARAN UNTUK PERBAIKAN KUALITAS PROGRAM PEMBELAJARAN
SECARA UMUM.
I. PROGRAM REMEDIAL
1) Hakikat Remedial
Remedial merupakan suatu treatmen atau bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar. Berikut
adalah beberapa program assesmen yang bisa dijalankan atau dijadikan acuan dalam melakukan
pengajaran remedial. Yang antara lain dalam bidang berhitung, membaca pemahaman dan
menulis.
Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris. Kata ini berakar kata
toremedy yang bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk pada proses penyembuahan.
Remedial merupakan
kata sifat. Karena itu dalam bahasa Inggris selalu bersama dengan kata benda, misalnya remedial
work, yaitu pekerjaan penyembuhan, remeDial teaching pengajaran penyembuhan. Dsb. Di
Indonesia, istilah remedial sering ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda. Mestinya dituliskan
menjadi pengajaran remeial, atau kegiatan remedial dsb. Dalam bagian ini istilah remediasi dan
remedial digunakan bersama-sama, yang merujuk pada suatu proses membantu siswa mengatasi
kesulitan belajar terutama mengatasi miskonsepsimiskonsepsi yang dimiliki. Dalam random
House Websters College Dictionary (1991), remediasi diartikan sebagai intended to improve
poor skill in specifed feld.
Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan
siswa. Kalau dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang
berhasil. Kekurangberhasilan pembelajaran ini biasanya ditunjukkan oleh ketidakberhasilan siswa
dalam menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran.
Dari pengertian di atas diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan
remediasi apabila kegiatan pembelajaran tersebut ditujukan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Guru melaksanakan perubahan dalam
kegiatan pembelajarannya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi para siswa.
Sifat pokok kegiatan pembelajaran remedial ada tiga yaitu: (1) menyederhanakan konsep yang
komplek (2) menjelaskan konsep yang kabur (3) memperbaiki konsep yang salah tafsir. Beberapa
perlakuan yang
dapat diberikan terhadap sifat pokok remedial tersebut antara lain berupa: penjelasan oleh guru,
pemberian rangkuman, dan advance organizer, pemberian tugas dan lain-lain.
Pokok bahasan yang belum dapat dikuasai peserta didik merupakan kesulitan belajar untuk
mempelajari pokok bahasan berikutnya. Kenyataan ini akan diperburuk kalau pokok bahasan yang
baru yang akan dipelajari memerlukan keterampilan prasyarat, disisi lain pokok bahasan yang
menjadi prasyarat belum tuntas. Kesulitan lain untuk mencapai tingkat ketuntasan belajar anatara
lain: perbedaan individual diantara peserta didik dalam kelas dengan sistem pembelajaran
klasikal.
Asumsi yang mendasari pertimbangan metode pembelajaran remedial dengan pendekatan secara
individual terhadap peserta didik yang mengalami kesulita belajar dengan pemberian rangkuman
dan advance organizer adalah: (1) belajar hakekatnya adalah individual (2) pembelajaran klasikal
akan selalu dihadapkan dengan ketidak tuntasan belajar (3) kalau peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar dan diberikan pembelajaran kembali secara klasikal seperti pembelajaran utama,
peserta didik akan mengalami kesulitan yang serupa (4) rangkuman dan advance
organizermerupakan strategi pembelajaran untuk memudahkan pemahaman materi.
2) Prosedur Remedial
Seperti yang telah Anda ketahui, diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan
terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis guru
akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk keperluan kegiatan
remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar yang ditunjukkan tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar. Apabila kriteria
keberhasilan 80 %, maka siswa yang dianggap berhasil jika mencapai tingkat penguasaan 80 %
ke atas, sedangkan siswa yang mencapai tingkat penguasaannya di bawah 80 % dikategorikan
belum berhasil. Mereka inilah yang perlu mendapatkan remedial. Setelah guru mengetahui siswa-
siswa mana yang harus mendapatkan remedial, informasi selanjutnya yang harus diketahui guru
adalah topik atau materi apa yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. Dalam hal ini guru harus
melihat kesulitan belajar siswa secara individual. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan masalah
yang dihadapi siswa satu dengan siswa yang lainnnya tidak sama. Padahal setiap siswa harus
mendapat perhatian dari guru.
Sebelum Anda merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus mengetahui mengapa siswa
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Faktor penyebab kesuliatan ini harus
diidentifkasi terlebih dahulu, karena gejala yang sama yang ditunjukkan oleh siswa dapat
ditimbulkan sebab yang berbeda dan faktor penyebab ini akan berpengaruh terhadap pemilihan
jenis kegiatan remedial.
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum dikuasai setiap
siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
pembelajaran. Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang harus
direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah (1) merumuskan indikator hasil
belajar, (2) menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar, (3) memilih strategi dan
metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, (4) merencanakan waktu yang diperlukan, dan (5)
menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus dilakukan
penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila
siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus menganalisis setiap
komponen pembelajaran.
Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara
lain, (1) pemberian tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya jawab (3) kerja kelompok (4)
tutor sebaya (5) menggunakan sumber lain. (Ditjen Dikti, 1984; 83).
a) Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian
rangkuman baik dilakukan secara individual maupun secara kelompok, pemberian advance
organizer dan yang sejenis. b) Melakukan aktivitas fsik, misal demosntrasi, atau praktek dan
diskusi
Pengayaan merupakan suatu kegiatan belajar, dikhususkan bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar lebih, misalkan belajar lebih cepat, menyimpan informasi lebih
mudah, keingintahuan lebih tinggi, bepikir mandiri, superior, dan berpikir abstrak, serta memiliki
banyak minat.Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta
didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua
peserta didik dapat melakukannya. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki
kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat,
dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan
seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta
didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu
mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru
mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap kompetensi
atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran
kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga
berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari
kaset audio, slide, video, computer multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau
pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian prosesdengan
menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar
serta seberapa penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.
Penilaian proses juga digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai
hambatan-hambatan.
Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.
Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah seorang
peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu. Penilaian
akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai
kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang telah dirumuskan
pada saat pembelajaran direncanakan.
Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal
yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran
pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan
kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan
seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta
didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu
mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
Terdapat tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu kegiatan eksploratori, keterampilan proses, dan
pemecahan masalah.
1. Kegiatan eksploratori
Kegiatan eksploratori adalah jenis pembelajaran pengayaan yang bersifat umum yang dirancang
untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh
masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses
Keterampilan proses adalah jenis pembelajaran pengayaan yang diperlukan oleh peserta didik agar
berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri.
3. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah jenis pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.
Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis, yaitu
pertama mengidentifikasi kelebihan kemampuan belajar peserta didik, dan kedua memberikan
perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
a. Tujuan
Tujuan identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta
tingkat kelebihan belajar peserta didik.
Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan
kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki
banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan mudah diakses untuk digunakan.
Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat
ingin tahu yang tinggi.
4) Berpikir mandiri.
Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta
mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan
masalah.
Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
c. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik dapat
dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes Inventori, wawancara, pengamatan, dsb.
Tes IQ adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini
dapat diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal,
logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
2) Tes inventori
Tes inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi,
kebiasaan belajar, dsb.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali
lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
4) Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari
pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan yang perlu
diprogramkan untuk peserta didik.
a. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dilakukan dengan cara sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-
temannya yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
b. Belajar mandiri.
Belajar mandiri dilakukan dengan cara secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati.
Pembelajaran berbasis tema dilakukan dengan cara memadukan kurikulum di bawah tema besar
sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
d. Pemadatan kurikulum.
Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa,
tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta
didik yang normal. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran remedial dan pengayaan pada akhirnya
memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk mencapai dan menguasai kompetensi
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bagi peserta didik yang lambat pemahamannya
dapat menguasai kompetensi minimal yang disyaratkan dalam kurikulum. Sedangkan peserta
didik yang cepat pemahamannya mendapatkan kompetensi atau materi yang lebih yang dapat
digunakan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam belajar.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial Dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya,
telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan
yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan rofesional. Pendapat yang hampir senada
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk
reeksi diri kolektif yang dilakukan oleh pesertapesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktikpraktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan
praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo ardjodipuro, dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk reeksi diri yang dilakukan oleh
para Partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau
pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c)
situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilasanakan (Harjodipuro,
1997).
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk
mengubahnya. PTK bukan sekadar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap
mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap
proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani
bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka
guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, mereeksi atau mengevalusi dirinya sendiri
sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk
selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan
hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi
dewasa.
B. TAHAP PELAKSANAAN PTK
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun
secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait
dan berkesinambungan: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing),
dan reeksi (reecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK,
yang meliputi identifkasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis
tindakan.
Tahapan pra- PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun.
Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK adalah (1)
apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran, (2) mengapa hal itu terjadi dan apa
sebabnya, (3) apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut,
(4) bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi,
dan (5) bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut. Jadi, tahapan pra- PTK ini
sesungguhnya suatu reektif dari
guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada
salah seorang murid saja, namun ebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya
kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra -PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat seperti
berikut.
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan pada identifkasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan
disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini
mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari
materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau
instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam
tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap
implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap
ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik
mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja
mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektiftas
keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam
reeksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses
reeksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
3. Pengamatan Tindakan
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan
pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta
dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen
pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan
penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam
melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini
guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain
dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat
luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan
tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi
terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip
yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya: (a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan
pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat
membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan
hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat
diantaranya: (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan
keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktiftas kelas; (d) umpan balik tidak lebih
dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris.
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan.
Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam
proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti
halnya pada saat observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk
dapat lebih tajam melakukan reeksi dan evaluasi. Dalam proses reeksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang
dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses reeksi ini memegang peran yang sangat penting
dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu reeksi yang tajam dan terpecaya akan
didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan
selanjutnya. Reeksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias,
yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses
reeksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai
upaya riangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrument saja. Akan
menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam reeksi bisa juga dimunculkan
kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya.
Pelaksanaan reeksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi
langsung diadakan reeksi bersama kolaborator.
C. PROPOSAL PTK
Proposal atau rancangan penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan
diikuti oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Proposal penelitian harus dibuat secara baik dan
jelas sehingga mampu menjadi pegangan selama penelitian berlangsung. Secara umum ada aturan,
baik yang bersifat metodologis maupun teknis dalam menyusun proposal. Aturan-aturan itu pada
umumnya bersifat universal, meskipun untuk hal-hal tertentu yang bersifat teknis ada yang harus
disesuaikan dengan kebutuhan lembaga-lembaga tertentu. Tidak semua proposal penelitian
mempunyai format atau komponen yang sama. Para ahli mengajukan format dan komponen
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Namun begitu, terdapat format general yang terdiri dari
komponen-komponen pokok suatu proposal penelitian (William Wiersma, 1986).
Secara umum proposal penelitian antara lain meliputi:
A. Pendahuluan
Bagian ini antara lain berisi: latar belakang masalah, identifkasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
B. Tinjauan pustaka
Bagian ini antara lain berisi: kajian teori, kerangka berpikir penelitian, dan hipotesis penelitian
C. Prosedur penelitian
Bagian ini antara lain berisi: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulandata, instrumen penelitian, dan teknis analisis data. Selain
komponen-komponen di atas, proposal dilengkapi dengan judul penelitian, daftar pustaka, jadwal
penelitian, dan rancangan pembiayaan penelitian. Sistematika proposal penelitian terkadang tidak
sama antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Hal ini bergantung pada pemikiran si
peneliti, atau kadang telah ditentukan oleh institusi yang menaungi dan atau membiayai penelitian
tersebut.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifkasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
A. Kajian Teori
B. Kerangka Berfkir
C. Hipotesis
C. Desain Penelitian
D. Subjek Penelitian
F. Instrumen Penelitian
D. LAPORAN PTK
Melaporkan hasil penelitian tidak sebatas menguraikan temuan kita dalam laporan penelitian. Ada
subbab lain yang amat penting kedudukannya kaitannya dengan pelaporan, yaitu pembahasan.
Jika dalam bagian hasil penelitian kita hanya menguraikan temuan pada masing-masing siklus,
jika perlu pada masing-masing teknik yang digunakan, juga instrumennya; pada bagian
pembahasan kita harus mengaitkan temuan yang satu dan yang lain, bahkan juga mengaitkan
antara temuan dan teori yang digunakan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dalam laporan
PTK, karena itu jika dilihat dari jumlah halamannya, bagian ini memiliki porsi yang paling
banyak.
Struktur Laporan Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian
utama atau bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal laporan PTK terdiri atas Halaman Judul,
Lembar Pengesahan, Abstrak, Prakata, dan Daftar Isi. Halaman Judul adalah identitas penelitian
yang terdiri atas judul, peneliti, instansi penelitian, dan tahun pembuatan laporan. Lembar
pengesahan berisi identitas peneliti yang disahkan oleh pejabat berwenang. Jika penelitian
dilakukan oleh sekolah, pejabat yang berwenang mengesahkan adalah kepala sekolah. Jika PTK
merupakan hibah dari LPMP, pejabat berwenangnya adalah Kepala LPMP. Abstrak merupakan
intisari yang sangat penting dari hasil penelitian. Abstrak berisi latar belakang masalah, tujuan
penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan saran. Kata Pengantar (Prakata) antara lain
berisi ucapan terima kasih peneliti kepada pihak yang telah membantunya.
No Bagian Isi
1. Judul Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Cerpen dengan
Pendekatan Kontekstual Elemen Pemodelan pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Semarang
Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017
2. Awal Halaman Judul
Lembar Pengesahan Hasil Penelitian
Abstrak
Pernyataan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
3. Isi BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Menyusun Teks Cerpen
2.1.1.1 Hakikat Cerpen
2.1.1.2 Tahap Menyusun Teks Cerpen
2.1.2 Hakikat Teknik Pemodelan
2.1.2.1 Pendekatan Kontekstual
2.1.2.2 Teknik Pemodelan sebagai Elemen dari Pendekatan
Kontekstual
2.2 Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.2 Subjek Penelitian
3.3 Desain Penelitian
3.4 Indikator Kinerja
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Instrumen Penelitian
3.6 Validasi Data
3.7 Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
1.1.1 Siklus I
1.1.1.1 Proses Pemberian Tindakan
1.1.1.2 Hasil Tes
1.1.1.3 Hasil Nontes
1.1.2 Siklus II
1.1.2.1 Proses Pemberian Tindakan
1.1.2.2 Hasil Tes
1.1.2.3 Hasil Nontes
1.2 Pembahasan
1.2.1 Kemampuan Menulis Teks Cerpen
1.2.2 Aktivitas Siswa
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
4. Bagian Daftar Pustaka
Akhir Lampiran
1) Surat Izin Penelitian
2) Daftar Nilai Prasiklus
3) Daftar Nilai Siklus I
4) Daftar Nilai Siklus II
5) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
6) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
9) Contoh Teks Cerpen
Refleksi adalah kegiatan penilaian dalam berbagai bentuk yang dilakukan oleh peserta didik
terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan oleh pendidik dengan maksud untuk
memperbaiki proses belajar yang dilaksanakan oleh pendidik pada waktu yang akan datang.
Tujuan dilakukan refleksi pembelajaran bagi pendidik antara lain: (1) Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik; (2) Untuk melakukan evaluasi diri terhadap
proses belajar yang telah dilakukan; (3) untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan
dan pendukung keberhasilan; (4) untuk merancang upaya
optimalisasi proses dan hasil belajar, (5) Untuk memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Refleksi pembelajaran penting dilakukan dengan
tujuan untuk memberikan informasi positif tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas
pembelajarannya sekaligus sebagai bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran itu tercapai. Selain itu refleksi terhadap pembelajaran bermanfaat bagi peserta didik
yakni, untuk mencapai kepuasaan diri peserta didik memperoleh wadah yang tepat dalam menjalin
komunikasi positif dengan pendidik.
1. Belajar Jurnal
Pertama adalah belajar jurnal, para siswa diminta untuk membuat jurnal mingguan di mana
mereka merekam dan berkomentar tentang pengalaman mereka sebagai pelajar dalam kelas
tersebut. Dibutuhkan waktu lima menit untuk siswa menulis jurnal tersebut. Pada akhir pelajaran
jurnal tersebut di kumpulkan kepada guru untuk diberi komentar.
c. Belajar Kontrak
Penggunaan belajar kontrak pada pembelajaran reeksi ada tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Sebelum penyusunan sebuah draft awal untuk disampaikan kepada siswa harus fokus pada
pengalaman mereka, kebutuhan mereka belajar dan bagaimana mereka bisa belajar dengan baik.
Dalam dialog dengan siswa, konsepsi pembelajaran ini didiskusikan dan kontrak yang direvisi
dihasilkan.
2) Sebelum penyerahan hasil ahir belajar mereka, siswa diminta dalam kontrak untuk meninjau
pembelajaran mereka dan bagaimana mereka dapat menyampaikannya kepada orang lain.
3) Jadwal Penilaian diri. Jadwal penilaian diri digunakan sebagai sarana memungkinkan siswa
untuk menyatukan berbagai pembelajaran mereka dalam suatu kelas, untuk mereeksikan prestasi
mereka dan mengkaji implikasinya untuk pembelajaran lebih lanjut. (Tebow, 2008)
Instrumen adalah alat untuk merekam informasi yang akan dikumpulkan. Instrumen observasi
digunakan berdasarkan teknik yang dilakukan. Berikut ini jenis instrumen yang dapat
dikembangkan untuk kegiatan refleksi pembelajaran.
a. Lembar Observasi
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara (interview guide) adalah acuan percakapan yang dilaksanakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Secara minimal pedoman tersebut memuat rambu-rambu
pertanyaan yang akan ditanyakan pada responden.
Lembar telaah dokumen adalah instrumen yang yang digunakan untuk mengolah dokumen-
dokumen yang dimiliki. Bentuk instrument dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dekomentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check list
yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk
instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti.
d. Angket atau Kuisioner
Refleksi kegiatan pembelajaran dapat menggunakan metode angket atau kuisioner. Pada kegiatan
ini, digunakan instrumen sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa
sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa
yang dialami dan diketahui oleh peserta didik.