Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-konsep
yang saling terkait dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis
antar konsep . Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati
apa yang dilihat dan memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan untuk
menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan suatu pemecahan masalah
(Potter&perry, P 270, 2005).
Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan
terstruktur untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Hal ini
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh tenaga kesehatan mental maupun perawat
untuk menolong seseorang dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme
penyelesaian masalah yang positif untuk mengatasi stresor atau cemas yang dialaminya.
Perawat psikiatri dapat bekerja lebih efektif bila tindakan yang dilakukan didasarkan pada
suatu model yang mengenali keberadaan sehat atau sakit sebagai suatu hasil dari berbagai
karakteristik individu yang berinteraksi dengan sejumlah faktor di lingkungan (Videbeck,
2008).
Model konseptual keperawatan jiwa khususnya model komunikasi merupakan
suatu hubungan interaksi manusia sebagai proses interpersonal. Model komunikasi ini
memprediksi perilaku dalam hal pengetahuan tentang manfaat dan ancaman bagi
kesehatan dan jiwanya. Untuk memotivasi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk
mempertahankan kesehatannya diperlukanlah sebuah komunikasi (Fitzpatrick, 1989)..
Dalam mewujudkan kesehatan jiwa yang maksimal, diperlukan beberapa
penerapan model keperawatan dan pencegahan-pencegahan yang dilakukan oleh semua
anggota tenaga kesehatan, maka dari itu, penulis mengangkat tema Model keperawatan
jiwa beserta prevensi primer, sekunder, tersier.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian Model Keperawatan Jiwa ?
2. Bagaimana klasifikasi Model Keperawatan Jiwa ?
3. Bagaimana Prevensi Primer, Sekunder, Tersier dalam keperawatan jiwa ?

1
III. Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Model Keperawatan Jiwa
2. Menjelaskan KlasifikasiModel Keperawatan Jiwa
3. Menjelaskan Prevensi Primer, Sekunder, Tersier dalam keperawatan jiwa

IV. Manfaat
1. Menambah wawasan penulis dan pembaca pada umumnya
2. Memperdalam materi yang telah disampaikan pada perkuliahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. Model Keperawatan Jiwa


Definisi
Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang
kompleks seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Penggunaan model
ini membantu praktisi memberikan dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi juga
cara untuk mengevaluasi keberhasilan penanggulangan (Stuart dan sundeen, P 32, 1998).
Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual, dan teori merupakan aktivitas
berpikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,
kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan displin yang spesifik.
Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih
khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin (Fawcett, 1992). Teori
mempunyai konstribusi pada pembentukan dasar praktik keperawatan (Chinn & Jacobs,
1995).
Model adalah suatu cara mengorganisasikan kumpulan pengetahuan yang
kompleks seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia(stuart, 2006). Model
konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.
Pendekatan keperawatan berdasarkan :
a. Teori sistem
b. Teori perkembangan
c. Teori interaksi
d. Pendekatan holistic
e. Pendekatan proses keperawatan
Pandangan model keperawatan terhadap penyimapngan perilaku, asuhan
keperawatan berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan
potensial, dengan berfokus pada :
a. Rentang sehat sakit
b. Teori dasar keperawatan

3
c. Tindakan keperawatan
d. dampak atau hasil tindakan

II. Klasifikasi

Model Psikoanalisa
a. Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Psikoanalisa sebagai teori dari
psikoterapi berasal dari uraian freus bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul
karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan
ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal traumatik dari pengalaman seksual pada
masa kecil. ( Gunarsa ) Pertama, Psikonalisis adalah terapi atau metode psikoterapeutis.
Dalam arti kata ini, psikoanalisi dipakai untuk mengobati pasien neurosis, meskipun
kata pengobatan disini sebetulnya tidak pada tempatnya, sejauh terapi ini sama sekali
tidak menggunakan obat-obatan, tapi seluruhnya berlangsung dalam cakrawala bahasa
: percakapan pasien dengan analisnya.
Psikoanalisis dalam arti ini bersifat praktis dan harus dibedakan dari teori-
teori yang tentu diandaikan olehnya. Kedua, psikoanalisis adalah metapsikologi,
menurut istilah yang dibentuk freud sendiri. Sebagai metapsikologi, psikoanalisis
adalah teori dinamis tentang nauri-naluri yang didasarkan atas topografi dan pandangan
ekonomis. Dengan topografi dimaksudkan kenyataan bahwa psike manusia terdiri
dari beberapa instansi. Mula-mula Freud menujukkan sebagai instansi dalam tahap
sadar- tahap prasadar- tahap tak sadar. Dengan catatan, bahwa tiga tahap ini
menunjukkan dua sistem saja, karen atahap sadar dan tahap prasadar menurut Freud
termasuk sistem yang sama. Kemudian Freud membedakan dalam tiga instansi
termahsyur yaitu Id- Ego- Superego. Ketiga, psikoanalisis adalah cara penafsiran, suatu
hermeneutika.
Freud membedakan antara isi mimpi yang terang ( the manifest content of
the dream ) dan pikiran-pikiran mimpi yang tersembunyi ( the latent dream thoughts).
Freud membandingkan jiwa dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul
di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih
besar di bawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991:

4
60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu,
ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan.

b. Konsep- Konsep Utama Teori Psikoanalisa


1. Tingkat Kehidupan Mental
Menurut freud dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory
J. Feist, 2008: 22), kehidupan mental dibagi menjadi dua tingkatan yaitu alam bawah
sadar (unconscious) dan alam sadar (conscious). Alam sadar sendiri memiliki dua
lagi tingkatan yang berbeda, yakni alam bawah sadar sesungguhnya dan ambang-
kesadaran (preconscious). Latipun (2010; 47) menyatakan bahwa tingkat kehidupan
mental dapat disebut juga teori topografi yaitu merupakan teori psikonalisis yang
menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi
freud kepribadian manusia berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam
kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari
dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas
dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
2. Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang
berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita
berusaha mengingatnya kembali.
3. Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian
besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan
yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan
didalamnya.
2. Struktur Kepribadian
Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai stuktur yang terdiri
dari tiga unsur atau sistem, yaitu id, ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32).
Ketiga unsur atau sistem tersebut adalah sebagai berikut :
a. Id
Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang
didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah
sistem yang bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan
oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. Merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan naluri dasar

5
atau bawaan, seperti perilaki mencari kesenangan, agresi dan impuls seksual. Id
mencari kesenangan instan, menyebabkan perilaku impulsif dan tidak dipikirkan,
dan tidak mematuhi aturan atau konvensi sosial. (Videbeck,2008)
b. Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu
kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan. Apabila dikaitkan dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa
diterapkan bahwa ego bertindak sebagai penunjuk atau pengarah kepada orang yang
sedang lapar ini kepada makanan.
Ego merupakan kekuatan pengimbang atau penengah antara id dan superego.
(Videbeck,2008)
c. Superego
Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem kepribadian yang
berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-
buruk). Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai nilai atau
aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau
berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru (Supratiknya, 1993: 35).
Superego merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan konsep moral
dan etis, nilai, serta harapan sosial dan orang tua. Oleh karena itu, superego secara
langsung berlawanan dengan id.
3. Dinamika Kepribadian
Dorongan-Dorongan ( Drives )
Menurut Freud ( 1933/1964 ) dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess
dan Gregory J. Feist, 2008: 29), beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi
dua kubu utama : seks atau Eros, dan agresif, distraksi atau Thanatos. Dorongan-
dorongan ini berakar dalam Id. Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego.
Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya sendiri : Freud menggunakan kata
Libido untuk energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih
belum dinamainya.
a. Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan ini tidak
terbatas hanya pada kesenangan genital semata. Tujuan akhir dorongan seksual (
pengurangan tegangan seksual ) tidak dapat diubah namun, jalan untuk mencapai
tujuan ini bisa beragam. Fleksibilitas objek seksual atau pribadi seksual dapat

6
mengenakan samara Eros yang lebih jauh. Objek erotis dapat ditransformasikan
atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang bayi yang dipaksa
terlalu cepat untuk lepas dari putting ibunya sebagai objek seksual mungkin akan
menggantinya dengan jempol tangan sebagai objek kesenangannya. Namun, seks
sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain, seperti Narsisisme, cinta,
sadisme, dan masokhisme. Dua yang terakhir ini memiliki komponen dorongan
agresif.
b. Agresi
Tujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikan
organism pada kondisi anorganis. Dorongan agresif juga menjelaskan kebutuhan
atas penghalang-penghalang yang sudah dibangun manusia untuk mengendalikan
agresi. Contohnya perintah seperti kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi
dirimu sendiri.
c. Kecemasan ( anxiety )
Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat
sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalah kondisi yang tidak
menyenangkan, bersifat emosional, dan sangat terasa kekuatannya, disertai
sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang
sedang mendekat. Ada tiga macam kecemasan :
1. Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak terkendalinya naluri-
naluri yang menyebabkan seseorang melalkukan suatu tindakan yang bisa
mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah seseorang
akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran seorang guru, majikan, atau
figure otoritas lain.
2. Kecemasan Moralistis
Kecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual jika seorang anak
percaya bahwa menyerah pada godaan akan membuat dirinya keliru secara
moral. Namun, kecemasan moralistis juga bisa muncul akibat kegagalan untuk
bersikap secara konsisten dengan apa yang dianggap benar secara moral,
contohnya gagal merawat orang tua yang sudah lanjut usia.
3. Kecemasan Realiatis

7
Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal,
dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Contohnya,
kita dapat mengalami kecemasan realistis ketika berkendara di lalu lintas yang
padat dan bergerak cepat di sebuah kota yang belum kita kenal. Kecemasan
realistis ini berbeda dari rasa takut karena rasa takut tidak perlu malibatkan
suatu objek spesifik yang menakutkan, contohnya jika sepeda motor kita tiba-
tiba terpeleseta dan lepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme penjagaan ego karena dia memberi
sinyal bahwa bahaya tertentu sedang mendekat ( Freud, 1933/1945 ).
Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi sinyal kepada sensor kita
mengenai bahaya yang sedang mendekat akan mengambil bentuk samaran
imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.

Model interpersonal ( sullivan, peplau )


Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. ancaman tersebut menimbulkan kecemasan ( ansietas ). ansietas timbul dan
dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (
interpersonal ).
Menurut konsep ini, perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak
atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. konsep terapi menurut konsep ini adalah
berupaya membangun rasa aman pada klien ( build feeling security )menjalin hubungan
yang saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga
klien merasa berharga dan dihormati ( trusting relationship and interpersonal satisfaction
) peran perawat dalam teraapi adalah share anxietas ( berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan rang lain ), dan therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien, serta
memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan
orang lain ).
a. Penyimpangan perilaku :
kecemasan dalam hubungan interpersonal.
ketakutan.
b. Proses terapeutik : Terapist akan mengkaji riwayat masa lalu dan menganalisa perilaku
yang dianggap mencemaskan klien ketika berhubungan dengan orang lain. Mula-mula

8
therapist akan membina hubungan saling percaya dengan klien supaya dia mulai
merasa puas dalam berhubungan dengan orang lain. Kemudian perilaku baru dipelajari
sehingga klien dapat meningkatkan hubungan interpersonal. Prosesnya adalah selalu
melatih klien berhubungan dengn orang lain.
c. Peran klien :
Membagi kecemasan dan perasaan.
Bekerja sama mempelajari perilaku baru
d. Peran terapist :
Meningkatkan hubungan interpersonal.
Mengembangkan kepercayaan klien bahwa persepsi dan pertimbangannya sama
dengan orang lain.
Menjadi role model dalam berhubungan dengan orang lain.

Sosial ( caplan, szasz )


Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang, dimana akan menimbulkan kecemasan dan gejala (
social and enviromental factor creat stress, which cause anxiety and symptom ). prinsip
proses terapi yang sangat penting dalam model konsep ini adalah modifikasi lingkungan (
environment manipulation ) dan dukungan sosial ( social suport ). peran perawat dalam
memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada dimasyarakat dan melibatkan teman sejawat, atasan
keluarga, atau suami istri. sementara itu, terapis berupaya menggali sitem sosial klien
seperti suasana dirumah, dikantor, disekolah, dimasyarakat, atau tempat kerja.
a. Penyimpangan perilaku : Akibat tekanan budaya dan lingkungan sosial, kemiskinan dan
minoritas
b. Proses terapeutik :
Klien secara bebas memilih therapist dan proses penyelesaian masalahnya agar dia
cepat pulih. Klien mencari pusat-pusat konsultasi bagi masyarakat atau mendatangi
pusat penanganan krisis. Tim kesehatan memanfaatkan sistem pendukung sosial yang
ada pada klien dan juga dengan orang-orang yang mengalami kasus yang sama.
Pemerintah dan tim kesehatan memberikan pencegahan primer, sekunder, tersier pada
masalah-masalah sosial agar tidak terjadi krisis.

9
c. Peran klien :
Bekerja samalah dengan terapist yang telah dipilihnya dengan menceritakan seluruh
yang dialaminya dan aktif terlibat dalam proses pemulihan.
Menggunakan sistem pendukung sosial.
Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
d. Peran terapist :
Bersama klien menentukan perilaku mana yang harus diubah
Menggali sistem sosial dan menggunakan sistem sosial yang ada disekitar klien yang
bisa dipakai, misalnya kursus-kursus, biro konsultasi, organisasi orang yang punya
masalah yang sama dengan dirinya.
Mendirikan pusat krisis
Bekerja sama dengan isntansi terkait, misalnya polisi, rumah sakit, gereja

Eksistensial ( ellis, rogers )


Menurut teori model eksistensial, gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
bila individual gagal menemukan jati diri dan tujuan hidupnya. individu tidak memiliki
kebanggaan akan dirinya. membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body
imagenya.
Prinsip dalam proses terapinya adalah mengupayakan agar individu berpengalaman
dan bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain dianggap sukses, atau
dianggap sebagai panutan ( experience in relationship ), memperluas kesadaran diri dengan
cara intropeksi ( self assesment ), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (
conducted in group ), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri, dan menerima kritik
atau feedback tentang perilaku dari orang lain serta dapat mengontrol perilakunya (
encouraged to accept self and control behavior ). prinsip keperawatannya adalah klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi
aktivitas kelompok. terapis berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien melalui
feedback, kritik, saran, atau reward dan punishment.
a. Penyimpangan perilaku : orang merasa dirinya tidak eksis atau dirinya tidak mampu
eksis dengan lingkungan. Rasa asing ini disebabkan klien membatasi dirinya sendiri.
Penyimpangan perilaku terjadi karena klien menghindar dari perilaku yang lazim terjadi
di lingkungan sosialnya. Perasaan terasing ini mengakibatkan klien merasa tidak

10
berdaya, sedih dan kesepian, dirinya.tidak ada berarti. Klien tidak mampu berinteraksi
dengan wajar dan menguntungkan bagi dirinya dan orang lain.
b. Proses terapeutik : Mengeksploitasi dirinya (aspek positif, negatif, pengalaman masa
lalu yang sukses atau tidak) sehingga dia mnyadari bahwa dia eksis. Kemudian klien di
konfrontasi dengan 2 3 orang untuk mengevaluasi dan membentuk kemampuan
memilih serta bentuk-bentuk perilaku baru. Klien memperoleh keotentikan bahwa
dirinya ada, berguna dan punya aspek yang berguna terhadap dirinya dan dalam
berhubungan dengan orang lain.
c. Peran klien :
Belajar tentang dirinya dan belajar memilih dengan bebas perilakunya.
Bertanggungjawab atas perilaku yang perlu diubahnya
Jujur dan mau bekerja sama
d. Peran Terapist :
Menolong klien mengenali dirinya.
Menunjuk perilaku yang perlu diubah
Menjadi role model

Terapi suportif ( wermon, rockland )


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah faktor biopsikososial dan
respons maladaptif saat ini. aspek biologisnya menjadi masalah seperti : sering sakit maag,
migrain, atau batuk-batuk. aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan, seperti :
mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu dan pemarah. aspek
sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai,
bermusuhan, tidak mampu medapatkan pekerjaan, dan sebagainya. semua hal tersebut
terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. fenomena tersebut muncul akibat
ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak
ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon koping adaptif, individu
diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya ;
kekuatan mana yang bisa digunakan sebagai alternatif pemecahan masalahnya. perawat
harus membantu individu dalam melakukan identifikasi koping yang dimiliki dan yang
biasa digunakan klien. terapis berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empati
dengan klien untuk menyiapkan koping klien yang adaptif.

11
Medis ( meyer, kraeplin )
Menurut konsep ini, gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor yang
kompleks, meliputi : aspek fisik, genetik, lingkungan, dan faktor sosial sehingga fokus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi soatik,
farmakologi, dan tehnik interpersonal. perawat berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostik dan terapi jangka panjang. terapis berperan dalam
pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnosis, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
a. Penyimpangan perilaku :
Akibat manifestasi penyakit, kerusakan sistem persyarafan, ketidakseimbangan
hormonal. Faktor lingkungan dan sosial dianggap sebagai faktor pencetus dan faktor
pendukung. Faktor genetik dianggap cukup berperan. Penyimpangan perilaku karena
klien tidak mampu bertoleransi terhadap stres.
b. Proses terapeutik
Berdasarkan kondisi, riwayat penyakit sekarang, dahulu, riwayat sosial, riwayat obat,
pemeriksaan fisik. Diagnosa berdasarkan penggolongan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, Third Edition, Revised (DSM III-R). Seringkali
pemakaian terapi somatik dilaksanakan selain pendekatan interpersonal.
c. Peran klien
Melaksanakan Pengobatan, tidak banyak terlibat. Melaporkan efek pengobatan
kepada therapis Peran dokter
Melakukan Terapi somatik, terapi interpersonal. dan mengajarkan klien tentang
penyakitnya.

III. Prevensi Primer, Sekunder, Tersier dalam Keperawatan Jiwa


a) Pencegahan Primer
Fokus :
Pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pecegahan
terjadinya gangguan jiwa.
Tujuan :
Mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
jiwa.
Target :

12
Anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan
kelompok umur yaitu : anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas :
Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program
sosialisasi, manejemen stres, persiapan menjadi orang tua.
Program dukungan sosial pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan
pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal.
Program penccegahan penyalahgunaan obat
Program pencegahan bunuh diri
b) Pencegahan Sekunder
Fokus :
Deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.
Tujuan :
Menurunkan kejadian gangguan jiwa.
Target :
Anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan
gangguan jiwa.
Aktivitas :
Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lainnya, penemuan langsung.
Melakukan penjaringan kasus.
c) Pencegahan tersier
Fokus :
Peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa.
Tujuan :
Mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
Target :
Anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktivitas :
Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat
seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), pelayananan terdekat yang terjangkau masyarakat.

13
Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri.
Program sosialisasi.
Program mencegah stigma.

14
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan
terstruktur untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Hal ini
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh tenaga kesehatan mental maupun perawat
untuk menolong seseorang dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme
penyelesaian masalah yang positif untuk mengatasi stresor atau cemas yang dialaminya.
Ada 6 model konseptual keperawatan yang dimasukkan dalam makalah ini yaitu
konsep psikoanalisa, innterpersonal, sosial, eksistensial, terapi suportis, dan medis.
Prevensi dalam keperawatan jiwa meliputi prevensi primer, sekunder, tersier yang
prevensi itu dilakukan sesuai dengan urutan dari sebelum ada gejala sampai proses
penyembuhan setelah terjadinya masalah kejiwaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, A. Muhith,A. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Perry & potter.1999. Fundamental keperawatan.Jakarta : EGC

Stuart, Gail.W & Sunndeen, Sandra J. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa.Jakarta: EGC

UI, Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta :
Universitas Indonesia

Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN). Arifah
Territoire. Diakses pada tanggal 24 May 2012 dari
http://arifahpratidina.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health
nursing. html

16

Você também pode gostar