Você está na página 1de 5

Anak Lamban Akibat Gangguan Perkembangan Koordinasi

(GPK)
13.04.2017

Adi, anak laki-laki umur 9 tahun, sehat, namun terkesan gerakannya lamban dan tidak dapat
bersepeda bersama teman-temannya. Ia telah mencoba bermain dalam kelompok olahraga, tapi
selalu gagal hingga akhirnya memilih menarik diri. Adi masih dibantu ibunya dalam berpakaian.
Sekilas Adi tampak lamban dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari.

Pada pertemuan antara guru dengan orangtua, gurunya juga menjelaskan kalau Adi sebenarnya
anak cerdas tapi tulisannya kurang rapi, tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan
berakibat nilai sekolahnya rendah.

Baca juga: MENGENAL KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN UMUM PADA ANAK

Cerita tersebut adalah gambaran anak lamban yang tidak jarang ditemukan. Istilah anak lamban
di sini sebenarnya adalah terjemahan bebas dari clumsy child. Dalam terminologi terbaru, ini
disebut Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK), sebagai terjemahan dari Developmental
Coordination Disorder yang artinya gangguan keterampilan motor (alat gerak) yang berpengaruh
terhadap kemampuan untuk melakukan tugas umum sehari-hari. Gangguan ini bukan karena
kelainan visus, mental retardasi atau palsi serebral tetapi karena ketidakmampuan melakukan
koordinasi antara beberapa fungsi sensoris, gerak kasar dan halus.
Anak yang mengalami GPK ini perlu mendapat perhatian orangtua dan guru sekolah dasar
mengingat dampaknya terhadap tumbuh kembang anak. Gangguan pertumbuhan yang dimaksud
di sini yaitu anak menjadi gemuk/obesitas karena menarik diri dari aktivitas fisik.

Gangguan perkembangan dapat berupa prestasi belajar/akademik yang rendah, sering gagal
dalam ujian karena tulisan yang jelek dan lamban. Di dalam keluarga, kemandirian anak kurang,
sering dibantu oleh anggota keluarga lain, cenderung terjadi kecelakaan seperti menjatuhkan
barang.

Gangguan perkembangan lainnya berupa :

Di lingkungan sosial, aktivitas fisik bersama teman bermain berkurang dan penolakan
oleh teman kelompok bermainnya, anak lebih senang bermain dengan anak yang lebih
kecil umurnya
Emosi dan perilaku, cepat marah bila anak mengalami kesulitan dengan tugas sehari-hari
Kepercayaan diri rendah atau tidak ada, karena sering disebut sebagai anak lamban atau
ceroboh
Baca juga: TIPS MELATIH ANAK BERDIRI DAN BERJALAN

Mengingat dampak GPK ini terhadap tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu mengenal
gejala dan cara membantu anak.

Gejala anak lamban/GPK pada usia pra-sekolah :

Terlambat dalam perkembangan motor kasar dan halus


Sering menabrak benda, mudah jatuh, makan cenderung berantakan dan lebih memilih
menggunakan tangan, kesulitan dalam menggenggam pensil atau menggunakan gunting

Gejala anak lamban pada usia sekolah :

Aspek fisik :

Mudah terjatuh bila berjalan atau lari, tidak dapat memperkirakan jarak secara akurat
Kesulitan beraktivitas fisik bersama teman seperti bermain sepak bola
Komentar guru olahraga: lamban dan kesulitan mempelajari aktivitas fisik yang baru

Aspek belajar:

Sering mengubah postur tubuh selama menulis untuk menyesuaikan posisi buku, lambat
dalam menyalin/menulis, tulisan tangan jelek karena kesulitan dalam memanipulasi
pulpen
Tidak dapat memotong, melipat ketika melakukan kerajinan tangan

Aspek perawatan diri

Sulit mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, sehingga tampak lusuh


Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman
Penelitian menunjukkan GPK ini tidak akan menghilang dengan usia. Namun, anak akan
menunjukkan perbaikan yang jelas setelah pelatihan

Tips untuk orangtua

1. Konsultasikan anak ke klinik tumbuh kembang bila ada kecurigaan GPK seperti:
terlambat mencapai tonggak perkembangan motor (jalan, merangkak, duduk), menabrak
benda, clumsiness, lamban, prestasi buruk dalam olahraga, tulisan tangan yang jelek.
Dalam hal ini penting deteksi dini agar dapat diberikan pelatihan yang tepat sedini
mungkin untuk meminimalkan gejala , di samping untuk meningkatkan kepercayaan diri.

2. Bila terbukti anak mengalami GPK, orangtua berperan penting dalam membantu anak
baik di rumah maupun di sekolah.

Hal yang dapat dikerjakan orangtua :


Dorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang disukainya.
Perkenalkan kegiatan individu dahulu (misal: berenang), kemudian berkelompok.
Dorong anak berinteraksi dengan temannya melalui kegiatan lain (misalnya musik, seni).
Pilihkan pakaian yang mudah dipakai atau dilepas.
Dorong anak melakukan kegiatan praktis sehari-hari terutama yang banyak menggunakan
koordinasi tangan dan kaki, dan tonjolkan kelebihan anak.
Bekerja sama dengan guru, bahas kesulitan anak dan cara mengatasinya.

Guru mungkin perlu melakukan hal berikut:

Pastikan posisi anak sudah sesuai dengan meja kerjanya. Kaki anak harus menginjak
lantai, lengan harus ditopang di atas meja dengan nyaman.
Menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk anak.
Menyediakan waktu ekstra bagi anak untuk menyelesaikan tugas akademik.
Memperkenalkan komputer untuk mengurangi jumlah tulisan tangan.
Fokus pada tujuan dari pelajaran yang diberikan.
Metode presentasi lain agar anak dapat menunjukkan pemahaman subjek, misalnya,
menggunakan gambar untuk menggambarkan ide mereka

Dalam edukasi fisik :

Buat partisipasi, bukan kompetisi, karena partisipasi adalah tujuan utama


Hargai usaha anak, bukan keterampilan. Beri dorongan umpan balik positif
Gabungkan kegiatan yang memerlukan respon koordinasi lengan dan kaki
Biarkan anak mengambil peran kepemimpinan
Modifikasi peralatan untuk mengurangi risiko cedera.

Baca juga: Aktivitas Fisik pada Anak

Apa penyebab GPK?

Penyebabnya belum pasti. Banyak teori /hipotesis tentang penyebab GPK. Salah satunya adalah
adanya ketidakmampuan anak untuk mengintegrasikan informasi sensorik yang masuk ke otak
untuk menghasilkan gerakan yang terampil.

Berapa banyak anak yang mengalami GPK?

Diperkirakan sekitar 5 - 15% pada populasi sekolah dasar dan paling sedikit 5 - 6% dari semua
anak. Perbandingan rasio laki-laki : perempuan = 2 : 1.

Apakah anak GPK juga mempunyai gangguan perkembangan lain?

Penelitian menunjukkan hampir 50% anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) mengalami GPK, demikian pula kesulitan belajar dan gangguan bahasa spesifik juga
dapat disertai GPK.
Daftar Pustaka

Zwicker JG, Missiuna C, Harris SR, Boyd LA. Developmental coordination disorder : A
review and update. European Journal of Paediatric Neurology 2012; 16 : 573-581.
Missiuna C. Does your child have DCD ?.Todays kids in motion. 2003: 22-24. Diakses
pada : 8 oktober 2015. Diunduh dari : http:// dcd.canchild.ca/
Missiuna C, Rivard L, Pollock N. Children with Develeopmental Coordination Disorder :
at home, at school, and in the community. 2011 : 5 8. Diakses pada : 8 oktober 2015.
Diunduh dari : http://www.canchild.ca
Missiuna C, Gaines R, Soucie H, McLean J. Parental questions about developmental
coordination disorder: A synopsis of current evidence. Paediatr Child Health 2006; 11(8)
: 507- 512.
What is DCD. Diakses pada : 23 september 2015. Diunduh dari :
http://www.mscdevelopmentaldisorders.org

Penulis : Dr. Jenni K. Dahliana, Sp.A

Reviewer : DR. Dr, Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Você também pode gostar