Você está na página 1de 17

ANALISIS KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN


BAHAN YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK
TEMBAKAU BAGI KESEHATAN

Oleh:

Kelompok 9

Sindi Paratika 101311133021

Azizah Anisafitri 101311133182

Jaqueline Keirina 101311133244

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 3
BAB II RINGKASAN KEBIJAKAN ............................................................................................ 5
2.1 Fungsi Kebijakan ............................................................................................................. 5
2.2 Kedudukan Kebijakan...................................................................................................... 5
2.3 Tipe Kebijakan ................................................................................................................. 6
2.4 Tujuan Kebijakan ............................................................................................................. 6
2.5 Isi Pokok Kebijakan.......................................................................................................... 6
BAB III KAJIAN DASAR KEBIJAKAN ....................................................................................... 10
3.1 Model Pendekatan .......................................................................................................... 10
BAB IV PASAL BERMASALAH DAN PENYEMPURNAAN PIKIRAN ........................................ 11
BAB V PREDIKSI KEBERHASILAN DAN KONSEKUENSI ......................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 17

2
BAB I

LATAR BELAKANG

Rokok merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan paling tinggi di

Indonesia. Dampak negatif merokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif

saja, melainkan pada perokok pasif juga. Berdasarkan hasil Litbang pada tahun

2013, terjadi peningkatan kematian prematur akibat penyakit terkait tembakau

dan peningkatan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau. Selain itu

kerugian ekonomi akibat rokok lebih tinggi dibandingkan dengan cukai rokok

yang diterima oleh negara. Oleh karena itu diperlukan peraturan yang mengarur

dan melindungi masyarakat dari dampak merokok baik untuk perorangan,

keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Pembangunan kesehatan sebagai salah

satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat tersebut, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan di mana salah

satu upaya dimaksud adalah pengamanan Zat Adiktif yang diatur dalam Pasal

113 sampai dengan Pasal 116 dan Pasal 199 Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan. Dalam Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa Produk Tembakau

merupakan Zat Adiktif. Dalam kaitannya dengan bidang kesehatan, konsumsi

Produk Tembakau terutama Rokok, menjadi masalah tersendiri, karena

sebenarnya di dalam Produk Tembakau yang dibakar terdapat lebih dari 4.000

(empat ribu) zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang

bersifat karsinogenik. Dampak negatif penggunaan tembakau pada kesehatan

telah lama diketahui, dan kanker paru merupakan penyebab kematian nomor

3
satu di dunia, di samping dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi,

penyakit darah, enfisema, stroke, dan gangguan kehamilan dan janin yang

sebenarnya dapat dicegah.

Gencarnya iklan, promosi, dan sponsor Rokok berdampak pada semakin

meningkatnya prevalensi merokok pada anak-anak. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa iklan, promosi, dan sponsor Rokok menimbulkan keinginan

anak-anak untuk mulai merokok, mendorong anak-anak perokok untuk terus

merokok dan mendorong anak-anak yang telah berhenti merokok untuk kembali

merokok.

Pengaturan iklan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan belum optimal untuk

mencegah meningkatnya perokok pemula dan mengingat bahwa Produk

Tembakau telah dinyatakan sebagai Zat Adiktif berdasarkan Pasal 113 ayat (2)

Undang-Undang Kesehatan, maka Pemerintah perlu melakukan pengendalian

terhadap iklan, promosi, dan sponsorship Produk Tembakau.

Perlindungan terhadap bahaya paparan asap Rokok orang lain (perokok

pasif) perlu dilakukan mengingat risiko terkena penyakit kanker bagi perokok

pasif 30% (tiga puluh persen) lebih besar dibandingkan dengan yang tidak

terpapar asap Rokok. Perokok pasif juga terkena penyakit lainnya seperti

perokok antara lain penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh asap Rokok.

4
BAB II

RINGKASAN KEBIJAKAN

2.1 Fungsi Kebijakan

Fungsi kebijakan Peraturan Pemerintah RI No. 109 Tahun 2012 merupakan

kebijakan publik. Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dipilih oleh

pemerintah yang mempunyai pengaruh penting terhadap sejumlah banyak orang

(Mac Rae dan Wilde). Peraturan Pemerintah RI No. 109 Tahun 2012 ini termasuk

kebijakan publik karena peraturan ini mengatur mengenai produk tembakau,

tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah, penyelenggaraan, peran

serta masyarakat, pembinaan dan pengawasan. Hal tersebut dapat dilihat pada

Bab 1 ketentuan umum pada pasal 3.

Pasal 3 : Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai:

a. Produk Tembakau;

b. tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

c. penyelenggaraan;

d. peran serta masyarakat; dan

e. pembinaan dan pengawasan.

2.2 Kedudukan Kebijakan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau

Bagi Kesehatan termasuk Kedudukan Meso karena kebijakan ini merupakan

sebuah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah.

2.3 Tipe Kebijakan

Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 termasuk dalam tipe kebijakan

sebagai berikut :

1. Regulasi

5
2. Melindungi

3. Mengatur

2.4 Tujuan Kebijakan

Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 memiliki beberapa tujuan sesuai

dengan pasal 2 ayat (2), yaitu:

1. Melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan

lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan Zat

Adiktif dalam Produk Tembakau yang dapat menyebabkan penyakit,

kematian, dan menurunkan kualitas hidup;

2. Melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan hamil

dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi

penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung Zat

Adiktif berupa Produk Tembakau;

3. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya

merokok dan manfaat hidup tanpa merokok;

4. Melindungi kesehatan masyarakat dari asap Rokok orang lain.

2.5 Sifat Kebijakan

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau ini bersifat eksternal

karena berlaku dalam waktu yang panjang dan didalamnya terdapat sanksi.

2.5 Isi Pokok Kebijakan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau

terdiri dari 8 BAB dan 65 Pasal yang membahas beberapa hal, antara lain:

1. Produk tembakau

2. Bentuk tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

3. Pengendalian iklan rokok dan tembakau

6
4. Penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok

5. Peran yang dapat dilakukan masyarakat dalam rangka Pengamanan

Tembagau sebagai Zat Adiktif bagi kesehatan.

6. Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggaraan

2.5.1 BAB I Ketentuan Umum

Berisi definisi mengenai zat adiktif, produk tembakau, rokok, nikotin, tar, iklan

niaga produk tembakau, promosi produk tembakau, sponsor produk tembakau,

label, kemasan, Kawasan Tanpa Rokok, setiap orang, pemerintah pusat,

pemerintah daerah, menteri, dan kepala badan. Serta berisi fungsi dan tujuan

dari penyelenggaraan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat

adiktif berupa produk tembakau.

2.5.2 BAB II Produk Tembakau

Berisi penjelasan tentang produk tembakau yang dimaksud dalam peraturan

pemerintah ini. Produk tembakau lain yang termasuk dalam ketentuan ini

ditujukan bagi varian produk tembakau lain yang akan ada di kemudian hari

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

penggunaannya juga akan membahayakan bagi kesehatan.

2.5.3 BAB III Tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Berisi tentang tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam

mengatur, menyelenggarakan, membina, mengawasi, menyediakan akses

terhadap informasi dan edukasi atas pengamanan bahan yang mengandung zat

adiktif berupa produk tembakau. Selain itu pemerintah dan pemerintah daerah

juga mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan serta diversifikasi

produk tembakau.

7
2.5.4 BAB IV Penyelenggaraan

Berisi tentang penyelenggaraan yang meliputi produksi dan impor,

peredaran, perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil, serta

Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

1. Pada bagian kesatu membahas tentang kepentingan umum.

2. Pada bagian kedua membahas tentang ketentuan produksi dan impor

produk tembakau.

3. Pada bagian ketiga membahas tentang peredaran rokok, ketentuan iklan

rokok, ketentuan kemasan rokok, ketentuan promosi rokok.

4. Pada bagian keempat membahas tentang perlindungan khusus bagi anak

dan perempuan hamil.

5. Pada bagian kelima membahas tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

2.5.5 BAB V Peran Serta Masyarakat

Pada bab V berisikan peran serta masyarakat dalam rangka pengamanan

bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan,

pelaksanaan peran masyarakat, peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah guna

meningkatkan peran masyarakat.

2.5.6 BAB VI Pembinaan dan Pengawasan

Berisikan dengan kewenangan Menteri, Kepala Badan, dan Pemerintah

Daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan

pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi kesehatan serta

pengembangan dalam rangka diversifikasi Produk Tembakau yang

penggunaanya akan membawa manfaat bagi kesehatan.

2.5.7 BAB VII Ketentuan Peralihan

Berisikan terkait pihak yang memproduksi dan/atau mengimpor, pihak yang

mengiklankan dan/atau mempromosikan, dan pihak yang memproduksi,

mengimpor, dan/atau mengedarkan Produk Tembakau.

8
2.5.8 BAB VIII Ketentuan Penutup

Berisikan tentan semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi Kesehatan dinyatakan

masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012.

9
BAB III

KAJIAN DASAR KEBIJAKAN

3.1 Model Pendekatan

3.1.1 Institiusional Model

Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 ini melibatkan beberapa

institusi di dalamnya, yaitu:

a. Pemerintah Daerah

b. Industri rokok

3.1.2 Group Model

Pendekatan pada peraturan ini merupakan group model karena ini

dikaji oleh pihak-pihak yang berkompeten dan berkepentingan.

Peraturan ini kemudian ditetapkan sebagai peraturan yang mengatur

tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

10
BAB IV

PASAL BERMASALAH DAN SOLUSI PENYEMPURNAAN

1. Peraturan Pengujian Kandungan Kadar Nikotin dan Tar

Pasal 10 ayat (1)

Setiap orang yang memproduksi Produk Tembakau berupa Rokok harus

melakukan pengujian kandungan kadar Nikotin dan Tar per batang untuk

setiap varian yang diproduksi.

Pasal 10 ayat (2)

Ketentuan mengenai pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku terhadap Rokok klobot, Rokok klembak menyan, cerutu, dan

tembakau iris.

Pasal tersebut menunjukkan bahwa peraturan ini memberikan kemudahan

bagi industri rokok klobot, rokok klembak menyan, cerutu, dan tembakau iris.

Selain itu peraturan ini tidak menjelaskan Industri nasional dan industri kecil

yang dimaksud dalam peraturan ini seperti apa.

Rekomendasi : Perlu pembuatan peraturan tentang rokok klobot, rokok

klembak menyan, cerutu, dan tembakau iris yang mengatur

tentang sasaran konsumen dan pendistribusian.

2. Pengendalian Iklan Produk Tembakau

Pasal 29

Selain pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27, iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul

21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat.

11
Pasal 27

Pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal

26, antara lain dilakukan sebagai berikut:

a. mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan

sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total durasi iklan

dan/atau 15% (lima belas persen) dari total luas iklan;

b. mencantumkan penandaan/tulisan 18+ dalam Iklan Produk Tembakau;

c. tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud atau

bentuk Rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merek

Produk Tembakau;

d. tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah Rokok;

e. tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan

manfaat bagi kesehatan;

f. tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan;

g. tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok;

h. tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam bentuk

gambar dan/atau tulisan;

i. tidak ditujukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil;

j. tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan; dan

k. tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Pada pasal 29 sudah sangat jelas bahwa terdapat batasan waktu penyiaran

iklan rokok, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat iklan rokok yang

ditayangkan diluar waktu yang sudah ditentukan pada pasal tersebut.

Rekomendasi : Seharusnya pasal 29 memiliki sanksi yang jelas bagi pihak-

pihak yang melanggar agar memiliki efek jera dan peraturan

ini bersifat mengikat.

12
3. Peraturan Larangan Anak di Bawah Usia 18 tahun

Pasal 46

Setiap orang dilarang menyuruh anak di bawah usia 18 (delapan belas)

tahun untuk menjual, membeli, atau mengonsumsi Produk Tembakau.

Pada pasal tersebut terdapat larangan untuk menyuruh maupun menjual

rokok pada orang hamil dan anak-anak dibawah umur. Namun seperti yang

kita tahu hal tersebut tidak dapat dipatuhi sampai sekarang. Masih banyak

anak-anak berstatus pelajar yang membeli rokok. Hal tersebut dikarenakan

pasal 46 ini tidak memiliki sanksi yang mengikat.

Rekomendasi : Pada pasal tersebut seharusnya terdapat sanksi yang jelas

bagi pihak-pihak yang menyuruh anak di bawah usia 18

tahun untuk menjual, membeli,dan mengonsumsi produk

tembakau agar peraturan ini dapat berjalan optimal dan

memberikan efek jera serta mengikat.

4. Penyelenggaraan Pengamanan Bahan

Pasal 49

Dalam rangka penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat

Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan, Pemerintah dan

Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok.

Ternyata masih banyak daerah-daerah yang belum memiliki Kawasan

Tanpa Rokok maupun peraturan daerah yang mengatur tentang Kawasan

Tanpa Rokok.

Rekomendasi : Perlu pembuatan peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa

Rokok (KTR) atau Kawasan Terbatas Merokok (KTM)

sebagai penunjang diberlakukannya pasal ini.

13
5. Pihak Terkait Upaya Pengembangan Diversifikasi Produk Tembakau

Pasal 58 ayat (1)

Menteri, menteri terkait, Kepala Badan, dan Pemerintah Daerah melakukan

upaya pengembangan dalam rangka diversifikasi Produk Tembakau yang

penggunaannya akan membawa manfaat bagi kesehatan.

Pada pasal ini juga tidak dijelaskan bagaimana upaya pengembangan

diversifikasi tembakau yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan

seperti apa.

Rekomendasi : Perlu adanya penjelasan lebih lanjut mengenai bentuk atau

kegiatan dari upaya pengembangan dalam diversifikasi

produk tembakau yang dilakukan oleh Menteri, menteri

terkait, Kepala Badan, dan Peraturan Daerah.

14
BAB V

PREDIKSI KEBERHASILAN DAN KONSEKUENSI

5.1 Prediksi Keberhasilan

Peraturan terkait Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa

Produk Tembakau Bagi Kesehatan akan berhasil jika :

1. Pemerintah menetapkan dan membangun kawasan tanpa rokok

diwilayahnya sesuai dengan undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal

115 ayat 1 dan PP Nomor 109 Tahun 2012.

2. Kuatnya penegakan hukum dalam semua hal terkait pengendalian

produk tembakau/rokok baik yang berdampak pada aspek kesehatan

maupun pada aspek perilaku, sosial, etika sosial dan lingkungan.

3. Harmonisasi kebijakan publik dalam rangka membangun dan

memperkuat komitmen dan memrlukan penyerasian kebijakan ekonomi

makro dan mikro.

4. Industri rokok wajib menayangkan iklan rokok sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan pada peraturan ini guna mencegah paparan iklan rokok

pada anak dibawah usia 18 tahun, sehingga anak-anak dibawah umur

tidak memiliki rasa keingintahuan terhadap rokok/produk tembakau

lainnya.

5.2 Konsekuensi

1. Komitmen industri untuk mencantumkan aspek kesehatan dalam setiap

tahapan maupun produk tembakau, sehingga sudah semestinya industri

mendukung berbagai peraturan dalam upaya pengendalian dampak

konsumsi tembakau terhadap kesehatan.

2. Dengan diberlakukannya peraturan ini maka penualan rokok/produk

tembakau akan berdampak baik secara langsung maupun tak langsung.

15
jika peraturan ini diberlakukan dan ditaati oleh semua pihak maka

kemungkinan yang terjadi adalah adanya penurunan jumlah oenjualan

rokok.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ediyanto. Kebijakan Publik. via [online]

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&

cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiFncnhvc_QAhUiR48KHeDTCkIQFghTM

Ak&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F8530%2F3%2FBAB%2520

2%2520-%252007401241045.pdf&usg=AFQjCNGef8-

mDLZOEet3lEVGdwrJSE4MiA&sig2=BwPkSp4sWX8cXgotNhqEkQ Pada

tanggal 30 November 2016

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang

Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk

Tembakau Bagi Kesehatan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

17

Você também pode gostar