Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Secara filosofis, konstitusi suatu negara harus berubah dan diubah. Hal ini disebabkan oleh
perubahan kehidupan manusia, baik dalam kehidupan internal yang meliputi pikiran,
kemampuan diri dan kebutuhan hidupnya, maupun kehidupan eksternalnya yang berkaitan
dengan orang lain, lingkungan hidupnya seperti lingkungan sosial, kultural dan natural. Juga, hal
yang berkaitan dengan tata nilai dan tata struktur masyarakat sesuai dengan tuntutan
perkembangan yang dihadapinya. Konstitusi adalah produk masyarakat yang senantiasa berubah.
Maka, menolak perubahan konstitusi pada hakikatnya menolak kesemestian hidup yang harus
dijalaninya.
Pada umumnya, ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan konstitusi suatu negara, yakni
faktor ekonomi, politik dalam-luar negeri dan kepentingan politik kelompok mayoritas. Faktor
pertama, yakni ekonomi, terkait dengan jantung kehidupan suatu negara. Kemapanan ekonomi
menyokong kesejahteraan rakyatnya. Faktor kedua, kondisi politik dalam-luar negeri, salah satu
faktor yang mengharuskan suatu negara mengubah kontitusinya. Pergaulan bangsa-bangsa sering
mengakibatkan keterikatan dan/atau ketergantungan suatu negara terhadap negara lain. Ada
kalanya juga bahwa kontitusi berisi ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan keinginan politik
mayoritas (faktor ketiga). Apabila dalam perkembangan selanjutnya kelompok politik mayoritas
di parlemen berubah, maka mereka yang menjadi kelompok mayoritas akan memasukkan
beberapa ketentuan untuk mengakomodasikan kepentingan politik mereka.
Bahasa yang populer dalam perubahan UUD adalah amandemen. Beberapa kategori arti
amandemen adalah sebagai berikut:
a. Membuat, berarti mencipta pasal baru;
b. Mengubah, berarti mengganti suatu pasal tertentu dengan pasal baru;
c. Mencabut, berarti menyatakan suatu pasal tidak berlaku, tanpa menggantinya dengan pasal
baru;
d. Menyempurnakan, berarti menambah suatu sub-diktum baru pada diktum dari suatu pasal;
e. Memberi interpretasi baru pada suatu pasal.
Dalam kontitusi bangsa Indonesia, batasan amandemen tertuang dalam pasal 37 UUD 1945.
pasal ini memberi batasan amandemen yang berlaku hanya untuk pasal-pasal dan tidak termasuk
Pembukaan, amandemen mengacu pada Pembukaan dan harus mengikuti prosedur yang
diisyaratkan pasal 37.
2. Latar Belakang dan Dasar Yuridis (Amandemen UUD 1945)
1. Latar Belakang
Pasca amandemen UUD 1945 semakin jelas bahwa negara Indonesia didasarkan pada sendi
kedaulatan rakyat dan merupakan sebuah negara hukum yang secara eksplisit dirumuskan dalam
pasal 1 ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang berbunyi, Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD (ayat 2) dan Negara Indonesia adalah negara hukum (ayat 3).
Realitas demikian juga ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan yang dengan
tegas menyatakan bahwa Indonesia berdasarkan hukum (rechtsstaat). Prinsip kedaulatan rakyat
tercermin dari hubungan kerja antar lembaga negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat, kekuasaan negara diorganisasikan melalui dua pilihan cara, yakni sistem
pemisahan kekuasaan (separation of power) atau pembagian kekuasaan (distribution of power).
Hubungan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan dan kondisi masyarakat. Sejak tanggal 17 Agustus 1945 sampai 14 November 1945
Indonesia menganut sistem presidensiil di bawah Presiden Sukarno. Akibat perkembangan
politik terkait dengan kedudukan Indonesia di mata dunia internasional, maka tanggal 16
Oktober 1945 KNIP diserahi fungsi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Dengan demikian, terjadi pergeseran hubungan kekuasaan legislatif
dan eksekutif yang konsekuensinya struktur ketatanegaraan Indonesia berubah dari sistem
presidensiil ke parlementer mulai tanggal 14 November 1945. Sistem ini berlaku hingga
keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sejak Dekrit Presiden tersebut, dengan kembalinya UUD
1945 sebagai dasar negara, Indonesia kembali menganut sistem presidensiil. Sistem ini dengan
landasan UUD 1945 tetap dianut oleh bangsa Indonesia pada masa demokrasi terpimpin (1959-
1966), Orde Baru (1966-1998) hingga tahun 1999 sebelum babak baru perubahan UUD 1945.
Dalam perkembangan sejarah politik Indonesia telah terjadi dinamika dan perubahan hubungan
kekuasaan legislatif dengan eksekutif sebelum dilakukan amandemen UUD 1945. Akan tetapi,
tujuan Indonesia merdeka tetap belum tercapai. Hal ini melahirkan tuntutan reformasi
masyarakat Indonesia yang mengakibatkan lengsernya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei
1998.
Ada beberapa sebab ketidakberhasilan UUD 1945 sehingga perlu diamandemen. Pertama,
struktur UUD 1945 memberi kekuasaan yang besar terhadap pemegang kekuasaan eksekutif
(presiden). Pada diri presiden terpusat kekuasaan menjalankan pemerintahan (chief excutive)
yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (memberi
grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi). Kedua, struktur UUD 1945 tidak cukup memuat sistem
yang biasa disebut check and balances (kekuasaan untuk saling mengawasi dan mengendalikan)
antara cabang-cabang pemerintahan. Ketiga, terdapat berbagai ketentuan yang tidak jelas yang
membuka penafsiran yang berbeda-beda. Keempat, tidak ada kelaziman bahwa UUD memiliki
penjelasan resmi. Dalam praktik ketatanegaraan baik secara hukum maupun kenyataan,
Penjelasan UUD 1945 diperlakukan dan mempunyai kekuatan hukum seperti UUD (batang
tubuh).
2. Dasar Yuridis
MPR melakukan amandemen UUD 1945 dengan berpedoman pada ketentuan pasal 37 UUD
1945. Naskah UUD 1945 yang menjadi obyek perubahan adalah UUD 1945 yang ditetapkan
oleh Panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum
melakukan amandemen UUD 1945, MPR dalam sidang Istimewa MPR tahun 1998, mencabut
Ketetapan MPR Nomor IV MPR/1983 tentang Referendum yang mengharuskan terlebih dahulu
penyelenggaraan referendum secara nasional dengan persyaratan yang demikian sulit.
Dalam melakukan amandemen terhadap UUD 1945, fraksi-fraksi di MPR menyepakati
beberapa keputusan yang dikenal dengan lima kesepakatan. Pertama, tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945 karena merupakan pernyataan kemerdekaan Indonesia, dasar negara dan
tujuan berdirinya negara. Kedua, tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Ketiga, tetap mempertahankan sistem pemerintahan presidensiil yang bertujuan
mempertegas dan memperkokoh sistem pemerintahan Indonesia. Keempat, Penjelasan UUD
1945 yang memuat hal-hal normatif dimasukkan ke dalam pasal-pasal, misalnya pasal 24 UUD
1945 tentang kekuasaan kehakiman. Kelima, perubahan dilakukan dengan cara adendum.
Artinya, semangat naskah asli UUD 1945 dan amandemen pertama, kedua, ketiga dan keempat
adalah satu kesatuan dan tidakBOLEH dipisahkan.
MPR menganggap amandemen UUD 45 masih dibutuhkan. Hanya saja amandemen itu harus
dilakukan secara komprehensif. Alasanya ada sejumlah pasal-pasal yang memerlukan
penyempurnaan untuk pengelolaan ketatanegaraan yang lebih baik. Pada intinya FKB
mendukung perubahan amandemen terhadap UUD 45. Namun harus dilakukan secara
komprehensif. Disamping itu, Perlunya amandemen itu karena adanya kebutuhan untuk
pengeloaan negara secara baik, misalnya ada beberapa pasal ketatanegaraan yang perlu
penyempurnaan.
Pakar hukum Dr Adnan Buyung Nasuiton mengusulkan perlu dibentuk komisi negara yang
mengkaji secara khusus amandemen UUD 45. Sehingga perubahan dan perbaikan terhadap UUD
45 hasil amandemen tidak menimbulkan persoalan baru. Perubahan UUD 45 hasil amandemen
perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak bisa dilakukan secara parsial, lebih jauh Adnan
mengkhawatirkan jika perubahan UUD 45 itu dilakukan secara parsial, atau bagian demi bagian
dan tanpa melihat konteksnya secara luas atau tanpa dibarengi suatu konsep perubahan baru.
Justru akan menyisakan persoalan baru yang sarat dengan tumpang tindih.
Menurutnya, sampai saat ini ada beberapa kelompok yang menolak hasil amandemen UUD 45
dan menuntut kembali ke UUD 45 yang asli. Keberatan itu, sebenarnya terkait dengan tiga hal,
pertama-persoalan konsep negara [staatsidee] yang berkenaan dengan paham kedaulatan rakyat
dan pemeritahan demokratis konstitusional. Kedua, persoalan dasar negara yang mencakup dasar
Negara Islam Vs Pancasila yang dikhawatirkan adalah munculnya kekuatan yang memaksakan
memasukkan Islam yang secara substantif menggeser Pancasila sebagai dasar negara. Dan
ketiga, soal kepentingan politik yang menyangkut pemilihan presiden dan wakil presiden secara
langsung oleh rakyat dan tidak melalui forum MPR.
Yang jelas, kata Adnan, hasil amandemen ke empat UUD 45 telah membawa perbaikan,
diantaranya pembatasan masa kekuasaan presiden, adanya perlindungan hak azasi manusia dan
jaminan kesejahteraan rakyat. Sejumlah perubahan mendasar itu cukup baik, namun masih ada
kelemahannya, secara konseptual maupun teknis yuridis.
2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang
kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy yakni
kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional
yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan fleksibel sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di
amandemen).
4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur
hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga
Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung
ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi
hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah.
Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek penyelengaraan negara yang tidak
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada presiden.
b. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakat.
c. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal
karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
d. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru yang berkembang
adalah sistem monopoli dan oligopoli.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensiil.
Dalam Ilmu Negara pengertian tentang bentuk Negara sejak dahulu kala dibagi menjadi dua
yaitu: monarchie dan republik. Untuk menentukan suatu Negara itu berbentuk monarchie dan
republik, dalam Ilmu Negara banyak macam ukuran yang dipakai. Antara lain Jellinek memakai
sebagai kriteria bagaimana caranya kehendak negara itu dinayatakan. Jika kehendak Negara itu
ditentukan oleh satu orang saja, maka bentuk Negara itu monarchie dan jika kehendak Negara itu
ditentukan oleh orang banyak yang merupakan suatu majelis, maka bentuk negaranya adalah
republik. (Jellinek, 1914 : 665). PendapatJellinek ini tidak banyak penganutnya karena banyak
mengandung kelemahan. Faham Duguit lebih lazim dipakai, yang menggunakan sebagai kriteria
bagaimana caranya kepala Negara itu diangkat. Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan
hak waris atau keturunan maka bentuk negaranya disebut monarchie dan Kepala Negaranya
disebut raja atau ratu. Jika kepala negara dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa
jabatan yang ditentukan, maka bentuk negaranya disebut republik dan Kepala Negaranya adalah
seorang Presiden. (Duguit, 1923 : 607) Jadi menurut ketentuan yang telah dijelaskan di atas
maka negara Indonesia mempunyai bentuk negara sebagai republik. Hal ini didasarkan atas cara
pemilihan presiden, bahkan bukan hanya oleh majelis melainkan langsung dipilih oleh rakyat.
Bentuk pemerintahan republik bertujuan untuk mengatur relasi antar setiap lembaga-lembaga
negara. Maka, terbentuklah sistem pemerintahan Republik Indonesia:
1) Indonesia adalah negara yang berdasar hukum
2) Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi
3) Kekuasaan negara tertinggi berada di tangan MPR
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi
5) Menteri-menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR
6) Kekuasaan kepala negara terbatas
7) Presiden tidak dapat membubarkan DPR
8) DPR mengawasi jalannya pemerintahan
9) DPR berhak memanggil presiden jika kebijakan presiden melanggar ketentuan hukum.
Jadi, dalam kelembagaan ada lembaga tertinggi dan tinggi negara. Kedaulatan ada ditangan
rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh DPR.
Istilah system pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan. Kata
sistem merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan,
jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan merupakan perbuatan, cara, hal, urusan dalam
memerintah. Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
Jadi sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian
tujuan dan fungsi pemerintahan. Dan system pemerintahan negara menggambarkan adanya
lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara
dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan pemerintahan negara
pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan
negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang
berada dalam satu system pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang
untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia. Dalam sistem pemerintahan
presidensial, badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan serta kekurangan dari sistem pemerintahan presidensial.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau
pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa
konstitusi negara itu berisi
1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau
amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali,
yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen
itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat
tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru.
Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu
2004.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsure-unsur dari sistem pemerintahan parlementer
dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap
memiliki kekuasaan megawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal
itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut,
antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance,
dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan
fungsi anggaran.
Sistem Politik
Sistem merupakan sesuatu yang berhubungan satu sama lain sehingga membentuk satu
kesatuan.
Politik merupakan cara, siasat, seni untuk mencapai tujuan tertentu (politik = policy =
kebijakan)
Sistem politik adalah suatu mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik
dalam hubungannya satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang ajeg, yang
mengandung dimensi waktu, yaitu masa lampau, kini, dan yang akan datang.
Pancasila berfungsi sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan politik bangsa
Indonesia. Hal ini tampak dalam keberhasilan bangsa Indonesia menjabarkannya menjadi
program-program dan aturan-aturan permainan dalam proses mewujudkan dan mengembangkan
jati diri bangsa sebagai sistem politik Demokrasi Pancasila. Keberhasilan ini didukung dengan
suatu evaluasi yang obyektif tentang realita kehidupan politiknya dari waktu ke waktu sehingga
apa yang dicita-citakan bersama dapat terwujud dengan baik. Jika ditinjau dari bidang politik,
maka demokrasi lebih dimaksudkan sebagai kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Sebagai
perwujudannya, masyarakat berpartisipasi dalam menyumbangkan pandangannya demi keutuhan
hidupnya dan negara.
Negara sering diartikan sebagai organisasi teritorial suatu bangsa. Akan tetapi, hal itu dianggap
tidak cukup. Oleh karena itu, Konferensi montevideoyang dilaksanakan pada 1993 menetapkan
bahwa suatu negara baru bisa diakui jika memiliki
Tugas pemerintah selalu berusaha untuk memberikan tiga bentuk pelayanan, yakni :
1. Menciptakan tatanan (order)dalam bentuk jaminan keamanan guna memproteksi hak-hak milik
warga.
2. Menyediakan fasilitas umum (public goods) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai anggota masyarakat;
3. Berusaha mengangkat derajat persamaan antara sesama manusia (equality) sehingga tidak ada
pihak yang merasa terpinggirkan, melainkan memiliki kesempatan yang sama atas prinsip
keadilan untuk memperoleh akses dalam berusaha dan fasilitas lainnya yang disediakan oleh
pemerintah.
Menciptakan Tatanan
Menciptakan dan memelihara tatanan dalam masyarakat dipandang sebagai bentuk pelayanan
yang paling tua usianya dari dua bentuk pelayanan yang paling tua usianya dari dua bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh negara kepada warganya. Menciptakan tatanan dimana
pemerintah berusaha menegakkan aturan atau hukum yang bisa memberi perlindungan kepada
setiap anggota masyarakat, termasuk melindungi hak-hak milik pribadi mereka.
Thomas Hobes (1588-1679) menilai bahwa tujuan pemerintah untuk melindungi hak-hak milik
warga merupakan fungsi yang paling penting suatu pemerintahan. Dalam
bukunya Leviathan yang ditulis pada tahun 1651, Hobbes menggambarkan bahwa suatu
masyarakat tanpa diatur oleh pemerintah akan melahirkan suatu kehidupan yang alami, dimana
manusia bisa jadi buas, mermpok, dan saling membunuh dengan sesamanya (homo-homoni-
lupus). Lebih lanjut Hobes menilai suatu kehidupan yang sifatnya alami tanpa aturan akan
menimbulka kehidupan yang sunyi, buruk, menjijikkan, brutal, dan tidak berlangsung lama. Ia
percaya bahwa penegakan hukum dan aturan serta penghargaan untuk mengembalikan
kedaulatan pada harkat diri manusia akan memberi garansi dalam bentuk perlindungan keoada
yang lemah, dan perlawanan terhadap penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak yang merasa kuat.
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh John Locke (1632-1704)
Seorang filsuf kelahiran Inggris. Locke dalam bukunya Two Treaties on Government (1960)
menekankan bahwa proteksi terhadap kehidupan, kemerdekaan, dan hak-hak milik pribadi warga
menjadi tujuan dasar setiap pemerintahan. Sayangnya tidak semua orang percaya bahwa
perlindungan terhadap hak-hak milik pribadi seseorang harus menjadi tugas pemerintah.
Karl Max (1818-1883)
Yang hidup dua abad sesudah Hobbes dan John Locke justru menolak kepemilikan hak-hak
pribadi, dan harus digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Marx menginginkan agar
semua tanah dan fasilitas produksi yang digunakan untuk kepentingan masyarakat diserahkan
kepada negara untuk mengaturnya. Pandangan Marx ini melahirkan teori ideologi komunis yang
kemudian mengalami reformasi pada tahun 1990 ketika Michael Gorbachev menjadi Presiden
Uni Soviet (sekarang Rusia).
Melalui tatanan yang dibentuk, pemerintah dapat menggunakan kekuasaannya untuk menarik
pajak dari masyarakat dan menciptakan sumber-sumber pendapatan hasi daerah (PAD) untuk
mendanai penyediaan fasilitas umum. Misalnya jalan raya, sumber air minum, pasar, rumah
sakit, gedung sekolah, pelabuhan, listrik, sanitasi,terminal dan taman-taman kota. Fasilitas umum
yang disediakan harus memberi manfaat kepada semua warga karena bisa saja terjadi apa yang
disediakan itu justru menimbulkan kontraproduktif dimana masyarakat merasa tidak
membutuhkannya.
Selain kesenjangan sosial dari sisi ekonomi, pada sebuah negara yang struktur
masyarakatnyabersifat multietnis, isu mayoritas dan minoritas menjadi sumber kerawanan, dan
sering dijustifikasi sebagai alat pembenaran untuk merongrong kebijakan pemerintah. Untuk itu
perlindungan kepada kelompok minoritas dengan cara memberi kesempatan yang sama untuk
berusaha memperoleh pendidikan, perumahan, dan hak-hak politik harus dikedepankan.
Persamaam (equality)
Persamaan politik (political equality) adalah penggunaan hak seseorang dalam menentukan sikap
politiknya, yakni satu orang satu suara (one man one vote). Demikian juga dalam hal persamaan
sosial (social equality). Setiap orang memiliki peluang atau kesempatan yang sama bukan saja
dalam mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan dan status, tetapi juga dalam mendapatkan
hasil yang sama misalnyasistem penggajian tidak ada perbedaan antara pekerja wanita dan
pekerja laki-laki.
Menjadi tugas pemerintah ialah melindungi kehidupan dan hak-hak milik pribadi setiap orang
yang hidup dalam negaranya. Oleh karena itu, sangat suli dibayangkan jika dalam suatu negara
yang superpower dengan mengutamakan perlindungan seperti Amerika Serikat orang hidup
dalam rasa ketakutan. Rasa takut yang terjadi di Amerika sangat kontras dengan apa yang terjadi
di Eropa Timur ketika rezim komunis masih berkuasa.
Ideologi
Bagaimana pemerintah bisa memelihara tatanan, menyediakan fasilitas umum dan meningkatkan
harkat kebersamaan setiap anggota masyarakat. Salah satu label yang sering digunakan untuk
menandai suatu aliran atau ideologi adalah pemakaian kata isme seperti Liberalisme,
kapitalisme, sosialisme komunisme dan semacamnya.
Ideologi adalah seperangkat ide hasil pikiran dari seseorang atau kelompok yang berisi
pandangan hidup atau cara-cara yang dapat dilakukan secara logis dalam hubungannya dengan
kepatutan orang lain untuk mengikutinya.
Salah satu ide yang sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan ekonomi yakni adanya asumsi
bahwa tujuan seseorang menjual barang dan jasa ialah untuk mendapatkan materi sebanyak
mungkin. Pengertian disini menunjukkan adanya seperangkat ide yang berkaitan dengan ideologi
ekonomi yang disebut kapitalisme.
Ideologi yang berkaitan dengan kekuasaan(pemerintah)
Totalitarisme
Anarkisme
Libertarian
Ideologi yang berkaitan dengan ekonomi
Kapitalisme
Sosialisme
Ideologi yang berkaitan dengan sikap politik
Liberarisme
Konservatisme
Totalitarisme
Totalitarisme ialah suatu bentuk ideologi yang menekankan perlunya pemerintah memiliki
kekuasaan yang tak terbatas. Sebuah pemerintahan yang menganut ideologi totalitarian akan
mengendalikan semua sektor kehidupan masyarakat.
Anarkisme ialah sebuah bentuk ideologi yang berlawanan dengan totalitarisme. Anarkisme
menentang semua bentuk penguasaan pemerintah karena sebagai filsafat politik anarkisme
mengedepankan nilai-nilai kebebasan.
Libertarian
Libertarian memiliki pengecualian terhadap hal-hal yang bisa melindungi hak-hak kepemilikan
dan kelanjutan hidup masyarakat. Libertarian secara tersamar mengakui bahwa pemerintah pada
dasarnya diperlukan, tetapi kalau tidak bisa sedapat mungkin dalam kapasitas terbatas.
Libertarian sangat vokal terhadap pemerintah dalam hal pengelolaan masalah-masalah sosial dan
ekonomi.
Perlu diketahui istilah libertarian dengan liberal bisa membingungkan jika tidak disimak secara
hari-hati sebab kedua istilah itu mirip, namun sangat berbeda dalam praktik. Libertarian
mengakar pada kata liberty yang artinya tidak berada dalam pembatasan pemerintah, sementara
terminologi liberalisme mengakar pada kata liberal yang artinya yang artinya dermawan atau
toleran. Oleh karena itu liberal diartikan sebagai gerakanuntuk mendukung kebijakan pemerintah
dalam mendanai program-program sosial untuk kepentingan masyarakat.
Kapitalisme
Kapitalisme sebagai ideologi berkaitan dengan sistem pengelolaan kegiatan ekonomi. Berbeda
dengan sosialisme dan komunisme, maka pengelolaan ekonomi menurut aliran kapitalisme
memberi keluasan kepada pihak swasta tanpa banyak campur tangan pemerintah. Ini sejalan
dengan pernyataan bahwa pemerintah yang efektif adalah pemerintah yang tidak banyak
memerintah.
Ideologi laisezz faire menginginkan adanya kompetensi ekonomi bebas yang mencakup
pengaturan hukum dan tatanan yang dapat melindungi hak-hak pribadi serta memperkuat
pertahanan negara dalam melawan serangan negara lain. Sistem ini juga menginginkan adanya
persaingan bebas antar swasta sehingga semua keputusan yang dibuat ditentukan oleh kekuatan
pasar dan hukum ekonomi.
Sosialisme
Sosialisme merupakan suatu sistem ekonomi yang mengandung makna menciptakan persamaan
(equality), keadilan serta mengakhiri eksploitasi orang kaya terhadap orang-orang miskin.
Dalam sistem pemerintahan, ada beberapa negara yang tadinya menggunakan label Sosialis
Demokrasi, menganut prinsip bahwa negara memiliki kekuasaan untuk mengatur ekonomi,
namun memberi keluasan kepada masyarakat untuk bebas menyatakan pendapat, beragama dan
berkompetensi.
Seperti halnya dengan paham komunis, sosialisme merupakan sistem ekonomi berdasarkan teori
Marxis, namun dalam praktiknya kedua sistem ini memiliki perbedaan hak-hak pribadi, dan
kekuasaan pemerintah dalam pemilikan dan pengoperasian ekonomi.
Selama beberapa dekade terakhir, sosialisme memiliki perbedaan paham komunis. Oleh karena
itu komunis biasanya didefenisikan sebagai suatu sistem ekonomi politik di mana partai komunis
diakui sebagai satu-satunya pemegang otoritas yang memiliki kewenangan untuk mengontrol
produksi, distribusi, dan pertukaran barang dan jasa.
Dalam beberapa hal, sosialis dan komunis kadang berkolaborasi dalam menentang musuh-
musuhnya. Kelompok sosialis dan komunis memiliki perbedaan yang tajam dimana satu sama
lainnya menuduh telah mengkhianati perjuangan sosialisme yang benar.
Liberalisme
Konsep liberalisme yang berkembang akhir-akhir ini berbeda dengan apa yang dimaksudkan
liberalisme di eropa pada abad ke 18-19. Liberalisme berkembang pada massa itu disebut
liberalisme klasik atau liberalisme negatif. Liberalisme klasik atau liberalisme
negatif.Liberalisme klasik yang diikat oleh monarki mengacu pada filosofi yang memandang
individu harus bebas dari belenggu ekonomi, politik agama, dan moral.
Menurut roosevelt liberalisme positif tidak saja menginginkan adanya kebebasan bagi
masyarakat, tetapi juga menginginkan pemerintah mengambil tindakan positif untuk melindungi
kehidupan masyarakat dari keterpurukan ekonomi dan kerusakan fasilitas umum, misalnya
penyediaan air minum, listrik, transfortasi, lingkungan hidup, jalan raya gedung sekolah, dan
rumah sakit.
Dengan cara itu Rooselvalt berharap setiap orang bisa hidup layak dan bebas untuk menikmati
kemerdekaan intelektualnya. Demikian pula dalam aktivitas yang berkaitan nonekonomi,
pemerintah diminta meminimalisasi campur tangan terhadap kehidupan moral, agama dan
intelektualnya.
Konservatisme
Ide konservatif yang berkembang di Amerika pada dasarnya mengakar dari kehidupan
fedeolisme yang ada ada di eropa pada abad ke-18 dan 19. Konservatif tradisional dimaksudkan
untuk melestarikan nilai-nilai dan lembaga-lembaga tradisional masyarakat guna menentang
perubahan radikal yang dilakukan oleh kelompok liberal. Aliran ini beranggapan masyarakat
akan menjadi baik jika setiap orang bisa hidup dengan menempatkan diri secara khusus dalam
hierarchy sosial. Dalam urusan ekonomi, hampir semua penganut aliran konservatisme sepaham
dengan pandangan Milton Friedman dan Friedrich von Hayek bahwa pemerintah sedapat
mungkin meminimalisasi campur tangan dalam bisnis swasta.
Kedua aliran tersebut, baik liberalisme maupun konservatisme telah menjadi ideologi bagi
masyarakat amerika serikat dalam bersikap dan bertindak terhadap hal-hal yang menyangkut
kehidupan mereka, baik dalam hal ekonomi, politik, sosial dan moral.
Berbeda dengan kaum konservatisme, kaum liberal justru menginginkan agar pemerintah tidak
banyak menggunakan kekuasaan dalam hal yang berkaitan dengan tatanan. Dalam kasus perilaku
homo seksual misalnya, kaum liberal lebih toleran sementara untuk hal-hal yang berkaitan
dengan perjuangan untuk mencipatakan persamaan dan pemerataan dalam kesempatan berusaha
dan mendapatkan fasilitas, misalnya perumahan, pendidikan, lapangan kerja, perlindungan pada
kelompokm minoritas, penderita cacat tubuh, dan persamaan menggunakan hak suara pemilu,
kaum liberal menginginkan agar pemerintah menggunakan kekuasaan dalam bentuk hukum dan
aturan demi kepentingan masyarakat banyak.
Kalangan konservatif juga tidak menentang upaya persamaan, tetapi tidak menekankan agar
pemerintah menggunakan kekuasaan untuk itu. Aliran liberal menginginkan agar dunia usaha di
dorong untuk berkompetisi menurut pasar bebas sehingga ia memiliki daya saing yang tinggi.
Dengan daya saing yang tinggi, pada akhirnya menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
dengan nilai pasar yang tinggi pula.
2.2 Demokrasi
Kata demokrasi terdiri atas dua akar kata yang berasal dari bahasa yunani, yakni demos yang
artinya rakyat atau orang banyak dan kratos yang artinya kekuasaan. Jadi demokrasi dalam
pemahaman bahasa yunani kuno berarti kekuasaan yang berada di tangan rakyat.
Demokrasi merupakan sebuah istilah yang sangat populer, namun memiliki sejuta makna
menurut kepentingan pemakai, seperti yang sering di tulisoleh para kritikus dengan sinis.
Demokrasi bukan merupakan suatu objek yang nyata yang bisa dirasa dan dilihat, karena itu
pemahaman demokrasi bisa dirasakan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Konsep klasik demokrasi diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh banyak
pihak rule by the many atau by the people. Demokrasi berfokus pada dua hal penting yang
saling berkaitan, yakni representasi (perwakilan) dan partisipasi.
Oleh sebab itu esensi demokrasi menurut Young dalam Gan dkk (2004) adalah proses
penyelesaian sesuatu yang ideal sehingga tidak pernah tercapai secara secara penuh, akan tetapi
Young lebih jauh menjelaskan bahwa demokrasi mengandung aspek-aspek pemerataan politik,
kebebasan publisiti, representasi dan ketetapan hati yang diterima secara luas. Dalam demokrasi
politik harus mencakup pelaksanaan pemerintahan yang dijalankan menurut hukum (rule of law),
memajukan individu dan kebebasan politik, serta pemilihan umum yang jujur dan bebas.
Menurut Jeff Haynes, ada dua faktor yang mendorong meluasnya demokratisasi pada era global,
yakni perkembangan domestik dan global. Faktor utama bersumber dari tekanan masyarakat
yang sudah sulit diabaikan oleh negara. Faktor kedua dipicu oleh tiga perkembangan penting
yang terjadi di tingkat global.
Selain pandangan Haynes, juga terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan (forces)
pendorong terjadinya gelombang demokrasi di negara-negara tersebut, terutama disebabkan
adanya hal-hal berikut.
1. Kemajuan teknoligi komunikasi dan informasi yang tidak bisa di kendalikan oleh penguasa
2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelas menengah
3. Jatuhnya sistem pemerintahan dan ideologi komunis, fascis dan otoriter, termasuk demokrasi
terpimpin.
4. Makin besarnya Amerika untuk mendukung gerakan reformasi yang mengedepankan
demokratisasi keadilan dan hak asasi manusia.
Suatu pemerintahan yang demokratis menurut defenisi ranney memiliki empat prinsip dasar,
yakni :
1. Kedaulatan diartikan sebuah negara modren dibentuk oleh seperangkat organisasi politik yang
memiliki kekuasaan untuk membuat undang-undang agar bisa diikuti oleh semua orang yang
berada dalam teritori suatu negara.
2. Prinsip persamaan politik maksudnya bahwa setiap warga negara yang dewasa, memiliki
kesempatan yang sama seperti warga negara dewasa lainnya untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan politik.
3. Prinsip Konsultasi mensyaratkan dua pengaturan. Pertama, sebuah negara yang menganut
sistem pemerintahan demokrasi mesti memiliki lembaga kelengkapan, melalui mana
pemerintah bisa mengetahui apa yang diinginkan oleh masyarakat. Kedua berdasarkan referensi
pertama tadi, pemerintah akan melihat apakah keputusan yang diambil disetujui atau tidak.
4. Pronsip Dijalankan oleh mayoritas merupakan prinsip yang paling esensial dalam suatu negara
yang menganut sistem pemerintahan demokratis.ena kapanpun suatu pemerintahan
menekankan kedaulatan ada di tangan rakyat, berarti suatu pemerintahan harus di susundan
dijalankan oleh kekuasaan yang mayoritas.
Menurut Dalton dan Ranney yang di maksud pengaturan yang di jalankan oleh mayoritas adalah
jika suatu suatu masyarakat tidak setuju atas suatu isu atau masalah, pemerintah sebaiknya
bertindak menurut keinginan jumlah yang besar dari pada jumlah yang kecil
Ini berarti pemerintahan dijalankan oleh yang memegang pertarungan (majority rule) dimana
setiap orang bebas memilih siapa saja yang dikehendaki menurut hati nuraninya sehingga orang
yang di pilih bisa mewakili orang-orang yang mendukungnya, termasukorang-orang yang tidak
mendukungnya.
Jadi Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dijalankan melalui proses pemilihan
yang dilakukan secara jujur dan terbuka, dimana semua kelompok yang ikut bertarung siap
menerima hasilnya sebagai suatu realitas yang harus dihormati dan ditaati.
Melvin I. Urofsky, guru besar sejarah dan kebijakan publik pada Virginia Commonwealth
University mengajukan sebelas prinsip soko guru sistem pemerintahan yang demokratis, yaitu :
1. Desentralisasi/Otonomi Daerah
Tujuan dilaksanakannnya desentralisasi atau otonomi daerah adalah pemberian kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk mengurus masalah-masalah yang bisa diselesaikan pada tingkat
daerah. Tanpa melakukan pendelegasian wewenang ke tingkatbawah, akan menimbulkan
penumpukan pekerjaan di tingkat pusat.
1. Pembuatan undang-undang
Peraturan yang dibuat selain dimaksudkan untuk memelihara tatanan dalam mengatur mastarakat
yang dia pimpin, juga menjaga kelanggengan kekuasaan yang dimilikinya
Di indonesia pembuatan undang-undang dilakukan oleh Dewan perwakiolan rakyat yang
bekerjasama dengan presiden (eksekutif). Di tingkat daerah dan kota juga ada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang dapat membuat peraturan dengan bekerjasama gubernur dan bupati.
Sebuah negara, organisasi atau institusi baru dinamakan demokratis bila memungkinkan
terjadinya komunikasi tanpa hambatan. Untuk itu pers sebagai salah satu pilar dalam penegakan
demokrasi harus dibebaskan dari intervensi pemerintah dan memberi perlindungan kepada siapa
saja (sumber) yang ingin mengemukakan pikiran dan pendapatnya.
Demokrasi bukan hanya cara, alat, atau proses, tetapi adalah nilai-nilai atau norma-norma yang
harus menjiwai dan mencerminkan keseluruhan proses kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Demokrasi bukan hanya kriteria dalam merumuskan cara atau proses untuk mencapai tujuan,
melainkan tujuan itu sendiri harus mengandung nilai-nilai atau norma-norma demokrasi.
Demokrasi memiliki roh atau inti yang tidak lain adalah hak-hak dasar dan hak asasi manusia,
yang merupakan kriteria objektif dan universal untuk menilai kemajuan peradaban suatu bangsa.
Kompetensi Dasar
1. sumber dari segala sumber hukum atau sumber tata tertib dalam negara
2. ideologi negara
3. pandangan hidup bangsa
4. jiwa dan kepribadian bangsa
5. cita-cita moral dan cita-cita hukum
6. sikap hidup, dan sistem nilai yang tidak dapat dibuktikan kebenaran dan kesalahannya.
Pengertian Dasar Negara
Dasar negara merupakan suatu norma dasar bagi suatu negara,juga menjadi sumber bagi
perundangan negara.
Sebagai norma dasar,dasar negara menjadi norma tertinggi dalam suatu negara.
Dasar negara merupakan landasan penyelenggaraan pemerintahan negara bagi setiap
negara. Atau dengan kata lain Dasar negara juga berarti pedoman dalam mengatur kehidupan
penyelenggaraan ketatanegaraan negara yang mencakup berbagai bidang kehidupan.
Setiap negara memiliki dasar negara yang berbeda. Dan perbedaan ini dipengaruhi oleh :
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat memaksa,yaitu mengikat dan memaksa semua
warga negara untuk tunduk kepada Pancasila, dan siapa yang melanggar harus ditindak
berdasarkan aturan hukum yang berlaku diIndonesia, dan jika ada peraturan hukum yang
bertentangan dengan Pancasila maka peraturan tersebut harus dicabut.
Karena Belanda tidak dapat menghadapi serangan armada Jepang,maka pada tanggal 8 Maret
1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang,dan sejak saat itu mulailah masa
pendudukan Jepang di Indonesia.
Meskipun dalam masa pendudukan Jepang ini bangsa Indonesia mengalami siksaan dan
penderitaan karena diperlakukan semena-mena, tidak manusiawi, namun demikian juga
membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia seperti :
Pembentukan BPUPKI
Jepang dalam perang Asia Timur Raya mulai mengalami kekalahan dan meminta bantuan
kepada bangsa Indonesia dengan berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia dikelak kemudian hari, janji ini diberikan pada tanggal 7 September 1944.
Sementara itu Jepang semakin terdesak oleh sekutu. Dan pada tanggal 1 Maret 1945
Jepang memberikan janji kemerdekaannya yang kedua kepada bangsa Indonesia.
Janji kedua itu adalah :
1. akan dibentuk suatu badan yang dinamakan badan untuk menyelidiki usaha persiapan
Kemerdekaan,disingkat Badan Penyelidik
2. akan didirikan suatu sekolah namanya kenkoku Gakuin, dimana akan diajarkan pengetahuan
politik,dan yang akan memberi pelajaran disekolah tersebut adalah pemimpin kita seperti Bung
Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji
tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yang disebut BPUPKI atau Dokuritzu Zyunbi Tioosakai
Badan ini beranggotakan 60 orang ditambah ketua dan 2 orang wakil ketua yaitu :
Ketua Dr. Radjiman Wediodiningrat dan sebagai wakil ketua Indonesia R.P. Soeroso dan Wakil
ketua orang Jepang yaitu Iclubangse.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang BPUPKI dibentuk
dan secara resmi dilantik padatanggal 28 Mei 1945
Dengan terbentuknya badan ini, bangsa Indonesia mendapat kesempatan secara legal untuk
membicarakan dan mempersiapkan keperluan kemerdekaan Indonesia seperti antara lain :
mempersiapkan UUD
mempersiapkan Dasar Negara
mempersiapkan Tujuan Negara
Bentuk Negara
Sistem pemerintahan
b). Penyusunan konsep rancangan dasar negara dan rancangan UUD sebagai konstitusi
negara Indonesia merdeka.
Dalam penyusunan rancangan dasar Negara dan rancangan UUD, BPUPKI bersidang sebanyak
dua kali yaitu :
Menurut Mr.R. Soepomo konsep dasar Indonesia Merdeka adalah sebagai berikut :
Paham Negara Kesatuan. Yaitu Negara mengatasi segala paham golongan dan perseorangan
Hubungan negara dan agama.yaitu urusan agama terpisah dengan urusan negara.artinya setiap
orang merdeka memeluk agama yang disukainya.
Sistem badan permusyawaratan.yaitu kedudukan kepala negara dalam negara persatuan sangat
penting,dan harus menjadi pemimpin negara yang sejati,bersatu dengan rakyatnya.
Sosialisme negara yaitu Negara bersifat kekeluargaan dalam lapangan ekonomi.
Hubungan antar bangsa yaitu negara Indonesia yang berdasarkan semangat kebudayaan
Indonesia yang asli dengan sendirinya merupakan negara Asia timur raya.
(c). Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945 )
Menurut Ir Soekarno rumusan dasar negara merdeka adalah sebagai berikut :
Indonesia merdeka.Oleh karena itu BPUPKI membentuk panitia kecil berjumlah sembilan
orang Karena jumlah mereka ada sembilan orang,mereka disebut juga panitia sembilan atau tim
perumus.Panitia kecil ini pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan rancangan dasar
negara Indonesia merdeka yang dikenal sebagai Piagam Charter atau Piagam Jakarta.
Ciri hukum internasional penting lainnya, tidak ada lembaga atau institusi yang dapat melakukan
pemaksaan dipatuhinya norma internasional yang ada, walaupun dalam perkembangannya, terus
diciptakan aneka prosedur untuk penyelesaian sengketa jika tidak dipenuhi atau dipatuhinya
kewajiban internasional oleh sebuah negara terhadap negara lainnya, seperti mekanisme
perantaraan, angket, konsiliasi, atau arbitrase. Terkadang, jika tidak ada prosedur yang dapat
diterima dan dapat menyelesaikan sengketa secara efektif, sebuah negara atau beberapa negara,
secara sepihak melakukan dan menggunakan kekerasan bersenjata.
Sejak ditetapkannya, Piagam PBB, penggunaan kekerasan bersenjata secara sepihak oleh negara,
dilarang untuk menyelesaikan hampir semua masalah yang terjadi di dunia. Biasanya dilakukan
penerapan sanksisanksi walaupun perlakuan atau penerapan sanksi juga mendapat keberatan
yang besar. Sebagai contoh, sanksi embargo ekonomi, terhadap negara yang dinilai melanggar
perjanjian internasional, tnengundang polemik, karena bukan raja berakibat kepada aparat
negara, yang telah melakukan pelanggaran, tetapi juga berakibat negatif terhadap penduduk atau
rakyat di negara bersangkutan. Sebagai catatan, agresi militer pimpinan Amerika Serikat dan
negara-negara pendukungnya, merupakan bentuk tradisional penyelesaian masalah dunia, yang
dilarang oleh Piagam PBB.
Ciri Khas Hukum Internasional untuk Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
Hukum internasional yang umum, hanya mengatur negara sebagai subjek hukum internasional.
Hukum internasional hak asasi manusia berbeda, meskipun status individu sebagai subjek
internasional belum diatur secara sempurna, namun hukum internasional hak asasi manusia
sudah mengakui individu, sebagai subjek hukum internasional.
Sebagai subjek hukum internasional, individu, pada umumnya belum berperan secara mandiri,
karena jika terjadi kejahatan atau pelanggaran hak asasi manusia, tnaka setidak-tidaknya negara,
ditempatkan dalam entitas yang bertanggung jawab atas terjadinya kejahatan dan pelanggaran
hak asasi, atau setidak-tidaknya, negara dap& dinilai telah lalai dalam kewajiban
internasionalnya mencegah kejahatan yang terjadi, atau sebaliknya negara tempat terjadinya
kejahatan dapat menuntut pihak-pihak yang melakukan kejahatan.
Perkembangan hukum internasional, terutama setelah Perang Dunia ke-1, telah memberikan
status kepada individu sebagai subjek hukum internasional yang mandiri dalam tata hukum
internasional. Pembentukan pengadilan internasional Nuremberg dan Tokyo, telah mendudukan
individu, sebagai subjek hukum yang dituntut atas kejahatan perang yang dilakukannya.
Selanjutnya, individu dalam hukum internasional hak asasi manusia, dalam perkembangannya
juga dapat membela hak-haknya secara langsung, awalnya berlaku menurut hukum masyarakat
Erope dalam Konvensi Eropa, serta berlaku dalam Konvensi Amerika.Individu dapat membela
dirinya sendiri, juga dikenal dalam hukum pegawai negeri internasional.
Pengakuan individu dalam hukum internasional hak asasi manusia, juga dicantumkan dalam
Pasal 14 Konvensi Penghapusan Diskriminasi Rasial, dan Protokol Opsional Kovenan Hak-hak
Sipil dan Politik, yang memberikan hak petisi atau prosedur pengaduan bagi individu. Demikian
juga hak buruh untuk menyampaikan pengaduan yang diatur dalam konvensi ILO.
Sistem hukum internasional hak asasi manusia, juga telah mengakibatkan munculnya kewajiban
korporasi internasional bertindak sesuai dengan norma dan standar hak asasi manusia. Dalam
konteks ini, penting untuk mencatat perkembangan terbaru, saat dikeluarkannya sebuah resolusi,
yang diadopsi pada 13 Agustus 2003, yang menyatakan korporasi trans/multinasional
(TNCs/MNCs) perlu terikat dengan hukum internasional hak asasi manusia. Namun, mekanisme
ini masihlah jauh dari sempurna, karena Sub-Komisi belum dapat melakukan fungsi pengawasan
terhadap masalah Sebagai penutup, hukum internasional hak asasi manusia, juga memberikan
perhatian besar kepada organisasi non-pemerintah (non-governmental Organisation) untuk
berperan aktif dan terlibat dalam promosi dan perlindungan hak asasi manusia di dunia.
Perserikatan Bangsa-bangsa, dapat memberikan status konsultatif (consultative status) kepada
organisasi non-pemerintah, untuk terlibat dalam forum-forum internasional yang membahas isu
dan problem hak asasi manusia.