Você está na página 1de 11

Ali Syariati - 10508058

GREEN CHEMISTRY

B
erbicara mengenai kimia rasanya tidak akan pernah ada

habisnya. Setiap bagian dari kehidupan kita sehari-hari,

mulai dari kita bangun tidur di pagi hari hingga kita kembali

ke tempat tidur pada malam harinya pasti berkaitan dengan kimia.

Sebagai contoh saat kita mandi, sabun yang digunakan merupakan

salah satu produk hasil reaksi kimia, yaitu reaksi penyabunan atau esterifikasi. Dan masih

banyak lagi contoh yang menunjukkan bahwa kimia merupakan hal yang sangat dekat

kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari.

Perkembangan dunia kimia pun semakin pesat, baik dalam bidang teknologi

maupun sains. Seiring dengan perkembangan tersebut, di sisi lain terdapat hal lain yang

tidak kalah penting, yakni masalah lingkungan. Sudah sewajarnya bahwa kimia bekerja

dengan berbagai bahan-bahan organik ataupun bahan kimia lain yang berbahaya. Namun, di

sisi lain bahan-bahan organik atau bahan lain yang berbahaya tersebut pun merupakan

masalah bagi lingkungan. Selain dalam hal degradasinya, penanganan masalah limbah organik

pun tidak sembarangan. Dibutuhkan perlakuan-perlakuan khusus atau penambahan reagen

lain agar limbah organik tersebut tidak sampai mencemari lingkungan.

Selain itu, isu lingkungan akibat

perubahan iklim yang terjadi di bumi kita saat ini

merupakan salah satu hal yang sedang ramai

diperbincangkan. Sehingga setiap aspek yang

berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan tersebut

sebisa mungkin haruslah dikurangi, begitu juga

hubungannya antara kimia dengan lingkungan. Hal inilah


Ali Syariati - 10508058

yang melatarbelakangi Paul Anastas mengonsep 12 prinsip mengenai Green Chemistry atau

Kimia Hijau. Paul Anastas merupakan tokoh utama yang mencetuskan ide Green Chemistry

dan dijuluki Bapak Green Chemistry. Beliau memperoleh gelar B.S dari University of

Massachusetts di Kota Boston dan menyelesaikan MA dan Ph.D bidang kimia di Brandeis

University. Banyak sekali tulisan tentang sains dan sustainability yang telah dibuatnya.

Bersama John Warner beliau membuat buku yang berjudul Green Chemistry: Theory and

Practice yang memuat tentang 12 prinsip dari pada Green Chemistry . Penghargaan -

penghargaan yang telah diraihnya diantaranya dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika

(EPAs), Medali Green Chemistry pemerintah Kanada, Chemical Society Award negara

Yunani, Scientific American 50 Award dan The Heinz Award bidang lingkungan. Ini

merupakan suatu bukti dedikasi dan kompetensi yang tinggi terhadap masalah lingkungan.

Terakhir beliau menjabat sebagai direktur Pusat Green Chemistry and Green

Engineering Universitas Yale dan juga memegang jurusan kimia dan teknik kima di School

of Forestry & Environmental Studies. Adapun riset yang ditekuninya ialah desain proses

kimia dan senyawa kimia yang aman untuk menggantikan senyawa kimia yang cenderung

beracun.

Karena dedikasi dan keilmuannya Sang bapak Green Chemistry ini ditunjuk

oleh President Barrack Husein Obama menjadi kepala riset dan pengembangan pada Badan

Perlindungan Lingkungan Amerika (EPAs). Jabatan baru di EPAs menyebabkan ia harus

meninggalkan Yale. Namun demikian beliau berjanji riset, pendidikan dan kebijakan di

Pusat Green Chemistry dan Green Engineering terus dilanjutkan sesuai cita-cita beliau

yakni menemukan suatu teknologi kimia baru yang ramah lingkungan namun tetap

menguntungkan secara ekonomis.

Paul Anastas mengonsep beberapa hal mengenai Green Chemistry atau Kimia

Hijau. Green Chemistry itu sendiri merupakan suatu falsafah atau konsep yang mendorong

desain dari sebuah produk ataupun proses yang mengurangi penggunaan dan penghasilan
Ali Syariati - 10508058

zat-zat berbahaya. Konsep Green Chemistry itu sendiri berasal dari Kimia Organik, Kimia

Anorganik, Biokimia, Kimia Analitik, dan Kimia Fisik. Bagaimanapun juga, konsep ini

cenderung mengarah ke aplikasi pada sektor industri. Terkadang orang beranggapan bahwa

Green Chemistry sama halnya dengan Enviromental Chemistry namun sebenarnya keduanya

mencakup hal yang berbeda. Perbedaannya adalah pada Green Chemistry lebih berfokus

pada usaha untuk meminimalisir penghasilan zat-zat berbahaya dan memaksimalkan efisiensi

dari penggunaan zat-zat (substansi) kimia. Sedangkan, Environmental Chemistry lebih

menekankan pada fenomena lingkungan yang telah tercemar oleh substansi-substansi kimia

tersebut. Berikut merupakan 12 konsep dari Green Chemistry:

1. Mencegah terbentuknya sampah sisa proses kimia dengan cara merancang

sintesa kimia yang mencegah terbentuknya sampah atau polutan.

2. Merancang bahan kimia dan produk turunannya yang aman yang menghasilkan

produk kimia yang efektif tapi tanpa atau rendah efek racunnya.

3. Merancang sintesa kimia yang jauh berkurang efek bahayanya, berarti

merancang proses dengan menggunakan dan menghasilkan senyawa yang memiliki

sedikit atau tanpa efek beracun terhadap manusia dan lingkungan.

4. Memanfaatkan asupan proses kimia dari material terbaharukan. Bahan baku dari

produk agrikultur atau aquakultur bisa dikatakan sebagai bahan baku

terbaharukan, sedangkan hasil pertambangan dikatakan sebagai bahan tak dapat

diperbaharui.

5. Menggunakan katalis. Reaksi yang memanfaatkan katalis memiliki keunggulan

karena hanya menggunakan sedikit material katalis untuk mempercepat dan

menaikkan produktifitas dan proses daur reaksi.

6. Menghindari proses derivatisasi tehadap senyawa kimia. Artinya menghindari

tahapan pembentukan senyawa antara atau derivat ketika melakukan reaksi,

karena agen derivat tersebut menambah hasil samping atau hanya terbuang

percuma sebagai sampah.


Ali Syariati - 10508058

7. Memaksimalkan ekonomi atom dengan jalan merancang proses sehingga hasil

akhir mengandung proporsi maksimum terhadap asupan awal proses sehingga

tidak menghasilkan sampah atom.

8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman dengan cara mencoba

menghindari penggunaan pelarut, agen pemisah, atau bahan kimia pembantu

lainnya. Pelarut digunakan seminimal mungkin dan tidak menimbulkan masalah

pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan dan atmosfer. Air adalah

contoh pelarut segala (universal solvent) yang ramah lingkungan.

9. Meningkatkan efisiensi energi yaitu melakukan reaksi pada kondisi mendekati

atau sama dengan kondisi alamiah, misalnya suhu ruang dan tekanan atmosfer.

10. Merancang bahan kimia dan produknya yang dapat terdegradasi setelah

digunakan menjadi material tidak berbahaya atau tidak terakumulasi setelah

digunakan.

11. Analisis pada waktu bersamaan dengan proses produksi untuk mencegah polusi.

Dalam sebuah proses, dimasukkan tahapan pengawasan dan pengendalian

bersamaan dengan dan sepanjang proses sintesis untuk mengurangi

pembentukan produk samping.

12. Memperkecil potensi kecelakaan yaitu merancang bahan kimia dan wujud

fisiknya yang dapat meminimalkan potensi kecelakaan kimia misalnya ledakan,

kebakaran, atau pelepasan racun ke lingkungan.

Terdapat beberapa hal penting yang digarisbawahi pada Green Chemistry ini,

yaitu:

Pengurangan jumlah limbah dari sumbernya

Penggunaan katalis untuk mengefisienkan bahan kimia yang digunakan

Penggunaan Bahan Kimia yang tidak beracun

Penggunaan Energi yang dapat diperbaharui

Pengembangan efisiensi atom


Ali Syariati - 10508058

Penggunaan sistem Solvent Free atau pelarut yang dapat diperbaharui oleh

lingkungan

Konsep yang sangat baik dari Green Chemistry ini hanya akan sia-sia apabila

dalam aplikasinya tidak didukung oleh seluruh elemen yang berhubungan dengan kimia.

Sehingga untuk memicu Sense of Green Chemistry terdapat beberapa penghargaan yang

ditujukan kepada individu ataupun industri untuk memajukan dan mengaplikasikan konsep

Green Chemistry itu sendiri. Dampak dari penghargaan ini sudah sangat terasa. Terbukti

dari banyaknya penghargaan yang diberikan pada ratusan orang dan industri yang telah

mendapatkan penghargaan ini.

Tek lengkap rasanya apabila

berbicara mengenai Green Chemistry tanpa

mengenal tokoh yang satu ini, Profesor James

Clark. Profesor James Clark adalah Direktur

Pusat Green Chemistry untuk Industri, pendiri

GCN (Green Chemistry Network) dan editor

khusus RSC jurnal Green, ketua Penerapan kimia

dan industri University of York dan kepala Pusat

Clean Technology yang menjadi wadah kolaborasi

antara ilmuwan riset dengan kalangan industri

untuk mengembangkan teknologi Green

Chemistry yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Alumni Kings College kota London ini telah banyak menulis bukubuku publikasi

ilmiah mengenai Green Chemistry khususnya tentang katalis dan senyawa kimia Green dan

sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Professor James Clark dikenal pula sebagai

pembicara internasional mengenai Clean Technology dan Green Chemistry. Beliau sering

diundang sebagai Pembicara utama dan Dosen luarbiasa di berbagai belahan dunia. Atas
Ali Syariati - 10508058

dedikasinya Professor James Clark dianugerahi medali RSC John Jeyes dan medali SCI

Environment. University of Patras pun memberikan gelar penghormatan atas keberhasilan

kemimpinan beliau untuk tim pemenangan Clean Technology awards dari Uni Eropa dan the

Royal Society of Arts.

Penggunaan Green Chemistry dapat mempengaruhi ke dalam lima hal, yaitu:

1. Energi

2. Perubahan Iklim

3. Sumber Energi tang tidak dapat diperbaharui

4. Persediaan Makanan

5. Racun dalam lingkungan

Seperti yang ada sampai saat ini, penggunaan minyak bumi dan bahan bakar

fosil lainnya masih merupakan sumber utama energi yang digunakan. Penggunaan minyak

bumi mulai dari pengambilan, proses hingga minyak bumi tersebut dapat digunakan, sampai

penggunaannya mengasilkan beberapa hal buruk yang akan berdampak pada lingkungan.

Pengambilan minyak bumi dari perut bumi dimulai dengan menentukan letak dimana minyak

bumi itu berada. Tak jarang untuk menentukan titik pengeboran ditambahkan bahan kimia

atau bahan radioaktif untuk meyakinkan jumlah dari minyak yang terkandung pada suatu

titik pengeboran. Bahan radioaktif dan bahan kimia tersebut merupakan salah satu masalah

yang ditimbulkan pada awal peroses ini. Setelah itu, proses untuk membuat minyak mentah

untuk menjadi bensin, minyak tanah , dan lain-lain dibutuhkan proses yang tidak sederhana.

Biasanya penghasilan turunan minyak mentah ini menggunakan titik didih dari senyawa

turunan minyak bumi tersebut. Sehingga dibutuhkan panas untuk menghasilkan prduk

turunan minyak bumi. Panas yang digunakan untuk mengahsilkan produk turunan minyak bumi

ini juga menghasilkan dampak bagi lingkungan. Proses pembakaran akan menghasilkan gas

karbondioksida dan gas yang lain yang akan langsung dibuang ke atmosfer. Pembuangan ini

yang akan turut mempengaruhi penipisan lapisan ozon di bumi.


Ali Syariati - 10508058

Masalah lingkungan lain yang timbul akibat penggunaan minyak bumi adalah

turunnya permukaan dataran yang merupakan titik pengeboran berada. Turunnya permukaan

dataran ini juga merupakan masalah baru, karena dapat memicu proses crack pada lapisan

tanah sehingga dapat menyebabkan longsor.

Konsep green energi yang dapat diterapkan pada kasus ini adalah penggunaan

energi-energi alternatif ramah lingkungan. Seperti, untuk memperoleh suatu sumber energi

baru dapat digunakan energi angin atau energi gelombang laut. Sampai saat ini penggunaan

energi angin sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan belum maksimal

diterapkan. Begitu juga energi gelombang laut yang masih belum maksimal dimanfaatkan.

Selain itu dapat digunakan juga pengembangan sumber energi yang ramah lingkungan seperti

hidrogen, sel bahan bakar menggunakan energi panas matahari, dan energi ramah lingkungan

lainnya.

Perubahan iklim juga dapat dikurangi dengan penggunaan konsep Green

Chemistry. Perubahan iklim yang ada saat ini akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca

dapat dikurangi dampaknya melalui pengembangan dan aplikasi dari teknologi Green

Chemictry. Karena sebagian besar emisi gas rumah kaca terbut dihasilkan oleh industri.

Efisiensi pada konsep Green Chemistry dapat diterapkan dengan mengubah efisiensi pada

mesin-mesin yang digunakan pada perindustrian tersebut, ataupun penggunaan katalis pada

sebagian industri yang melibatkan reaksi kimia. Sehingga pengurangan gas rumah kaca pun

dapat ditekan.

Sedangkan peran Green Chemistry dalam menghadapi semakin berkurangnya

sumber energi yang tidak dapat diperbaharui adalah pengambahangan atau bahkan

pengalihan sumber energi menjadi energi-energi yang dapat diperbaharui, seperti

pengembangan nanoscience dan teknologi, biomass, dan hidrogen.


Ali Syariati - 10508058

Di lain sisi mengenai pengadaan sumber makanan. Dimana permintaan akan

penyediaan makanan akan terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan metode agrikultur

yang digunakan tidak dapat menyokong pengadaan sumber makanan tersebut. Konsep Green

Chemistry yang dapat digunakan adalah mengefektifkan penggunaan pupuk, dimana pada

pengefektivan tersebut hanya digunakan sedikit pupuk tapi hasilnya dapat langsung

berimbas pada tanaman yang diberi pupuk tersebut. Selain itu, pada pestisida yang

digunakan, dapat dilakukan pengembangan pada pestisida dimana pestisida tersebut hanya

dapat berpengaruh terhadap hama tanaman dan tidak berpengaruh pada tubuh manusia. Dan

yang terakhir, konsep Green Chemistry yang dapat digunakan adalah Penggunaan metode

dalam pengolahan limbah pada agrikultur, sehingga dapat terus bermanfaat dan dapat

menguntungkan.

Dan yang terakhir untuk isu racun dalam lingkungan. Bahan-bahan kimia tentu

sangat berbahay tidak hanya bagi manusia, tetapi bagi lingkungan sekitar. Konsep Green

Chemistry yang diterapkan adalah kemampuan untuk merancang agar kerusakan yang

diakibatkan oleh bahan-bahan beracun tersebut dapat dikurangi, melalui efektivitas

penggunaan bahan kimia dan penggunaan katalis.

Sampai saat ini penggunaan katalis dalam reaksi kimia sudah banyak

diterapkan dan masih terus dikembangkan. Salah satu contoh berhasil dari penggunaan

katalis ini adalah ditemukannya TAML. TAML yang bekerja bersama hidrogen peroksida

(H2O2) mampu meniru kerja enzim tubuh manusia untuk mengurai toksin yang berbahaya

seperti pestisida, pewarna tekstil, dan detergen. TAML juga mampu menurunkan tingkat

polusi bau, menjernihkan air, hingga bersifat disinfektan dengan membunuh bakteri

setingkat anthrax.

Mekanismenya yaitu, saat TAML larut dalam air, hidrogen peroksida

mengaktifkan TAML dengan menggantikan ligan H2O dengan H2O2 pada gugus TAML.

Kemudian, H2O2 yang tidak stabil terurai kembali menjadi H2O menyisakan atom oksigen.
Ali Syariati - 10508058

Oksigen ini saling tolak menolak dengan atom besi (Fe) yang terdapat pada pusat gugus

TAML. Interaksi inilah yang membuat TAML aktif dan mampu bekerja sebagaimana enzim

ataupun scavenger radikal bebas yang dalam hal ini polutan.

TAML diyakini dapat merevolusi penggunaan klorin sebagai anti-polutan yang

sudah banyak digunakan masyarakat dan dunia industri. Pada tingkat laboratorium, TAML

dianggap cukup menjanjikan, tetapi pada tingkat industri lain lagi permasalahannya. TAML

masih harus diuji coba kembali untuk mengobservasi efeknya pada lingkungan bila digunakan

dalam jumlah yang tidak sedikit. Jangan sampai TAML justru menjadi polutan baru yang

tidak teratasi lagi. Tingkat aktivasi TAML yang cukup tinggi juga ditakuti dapat merusak

ekosistem yang ada sebab bakteri setingkat anthrax (Bacillus atropheus) mampu dibunuh

TAML dalam 15 menit. Selain itu, biaya adalah salah satu hal yang perlu dipertimbangkan,

baik biaya sintesis TAML hingga proses revolusi industri pun dapat menarik reaksi keras

dari kalangan industri. Mengganti suatu aplikasi kimia pada industri tidak mudah dan murah.

Selain TAML, ada pula beberapa penelitian dan temuan baru yang berhasil

dilakukan menggunakan konsep Green Chemistry dan mendapatkan Presidential Green

Chemistry Challenge Awards, antaralain:

1. Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer,

Professor Krzysztof Matyjaszewski dari Carnegie Mellon University telah

mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan. Proses yang ditelitinya disebut

Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) yang biasa dilakukan untuk proses

pembuatan polimer. Menariknya proses ATRP ini dilakukan dengan Vitamin C (asam

askorbat) sebagai pereduksi (reduction agent). Penelitian ini berhasil mendapatkan

penghargaan karena menggunakan katalis sehingga menghemat dalam penggunaan reagen

serta ramah lingkungan.

2. Gula dan minyak sayur sebagai bahan baku cat


Ali Syariati - 10508058

Procter and Gamble mengembangkan cat yang yang dapat diperbaharui.

Produsen cat biasanya memakai senyawa alkid sebagai bahan baku cat karena sifatnya

tahan lama, mengkilap dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya bahan

bangunan, industri metal, alat pertanian dan konstruksi. Namun sayangnya senyawa ini

beracun. Oleh karena itu Procter & Gamble menciptakan formulasi cat berbahan baku

minyak Sefose menggantikan bahan baku yang berasal dari turunan minyak bumi. Minyak

Sefose dibuat dari gula dan minyak sayur yang jauh lebih aman bahkan pemakaiannya

hanya separuh dari senyawa alkid.

3. Gula pati dan selulosa sebagai bahan bakar

Virent Energy Systems, Inc. membuat bahan bakar yang berasal dari Gula

pati dan selulosa. Cadangan minyak bumi yang terus menipis mendorong perusahaan ini

mencari bahan bakar alternatif dari sumber yang dapat diperbaharui. Dengan bahan

dasar air dan katalis khusus gula pati dan selulosa dapat diubah menjadi bahan bakar

alternatif melalui proses yang hemat energi dan mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Ini suatu terobosan yang menarik untuk mengimbangi harga minyak bumi yang tidak

stabil. Virent Energy System merupakan salah satu perusahaan yang sangat concern

terhadap isu Green Chemistry, sehingga perusahaan ini termasuk perusahaan yang

mendapatkan penghargaan ini.

4. Pemakaian enzim untuk pembuatan bahan dasar kosmetik

Eastman Chemical dikenal sebagai perusahaan yang membuat kosmetik dan

perlengkapan mandi. Perusahaan seperti ini seringkali memakai asam kuat dan pelarut

yang beracun. Pemakaian bahanbahan jenis ini membutuhkan proses yang mahal. Untuk

mengatasi masalah ini Eastman Chemical mengembangkan teknologi pembuatan ester

yang biasa digunakan sebagai bahan baku dengan secara enzimatis. Pembuatan ester

dengan cara ini ternyata lebih hemat dan aman karena berbahan baku alami.
Ali Syariati - 10508058

5. Kacang kedelai sebagai Bahan Pembuatan Toner printer

Umumnya toner printer dibuat dari turunan minyak bumi. Sifatnya yang sulit

lepas dari kertas mempersulit proses daur ulang. Perusahaan Battelle bersama

Advanced Image Resources dan badan kedelai Ohio. Menciptakan toner yang berasal

dari kedelai.Toner kedelai ini memiliki kualitas yang sama dengan toner konvensional

selain mudah dihapus dari kertas dan pembuatannya yang hemat energi. Tentu saja ini

berita baik karena proses daur ulang jadi lebih mudah .

6. Kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan lem perekat.

Lem perekat banyak dipakai di perusahaan kayu dan kertas. Namun lem

perekat yang umum dipakai mengandung formaldehid yang diketahui cukup berbahaya

dan bisa menyebabkan kanker. Professor Kaichang Li dari Oregon State University

bersama perusahaan pengolahan hutan Columbia and Hercules Inc. Mengembangkan

bahan perkat berbahan dasar kacang kedelai sebagai pengganti 47 juta pon perekat

berbahan dasar formaldehid.

7. Green process ala S.C. Johnson & Son, Inc.

S.C. Johnson & Son, Inc merupakan salah satu perusaan yang mendapatkan

penghargaan ini. Karena mulai tahun 2005 S.C. Johnson & Son, Inc, membuat sistem

yang mengukur sejauh mana kandungan produk yang mereka buat memiliki pengaruh pada

lingkungan dan kesehatan. Sistem ini dinamakan Greenlist. Dengan sistem ini formulasi

dari suatu produk lebih mudah di modifikasi, hasilnya S.C. Johnson & Son berhasil

mengurangi 4 juta pon pemakaian polyvinylidene chloride (PVDC) per tahun.

Você também pode gostar