Você está na página 1de 13

MODUL PERKULIAHAN

Ergonomi

Occupational
Biomechanics

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Teknik Teknik Industri 16041 Anisah Haidar ST, MT

Abstract Kompetensi
Modul 3 ini menjelaskan mengenai Mampu menjelaskan mengenai
occupational biomechanics dan occupational biomechanics dan
penjelasan mengenai pengukuran meyelesaikan kasus tertentu.
strength.
Introduction
Occupational Biomechanics

Occupational biomechanics (OB) adalah suatu studi yang mempelajari tentang interaksi fisik
dari seorang pekerja terhadap mesin, tool, dan material lainnya, dimana tujuannya adalah
untuk menjaga kinerja dari pekerja dan menghindarkan cidera atau meminimalisasi dampak
yang akan ditimbulkakn dari kegiatan fisik tersebut.

Dalam hal ini, kerja tubuh (seperti otot, kerangka tulang, sendi, tissue, dll) sangat berperan.
Karena pada dasarnya seorang dapat melakukan kegiatan misalnya mengangkat beban,
tidak lain dengan mengandalkan kerja otot dari tangan dan tulang punggung serta jaringan
lainnya.

Dengan melihat mechanical behavior, dapat difahami tentang cara kerja, gaya yang
dikeluarkan dan momen gaya, sehingga hal ini dapat bermanfaat untuk meminimalisasi
tingkat cidera pada musculoskeletal dan tentunya dapat memperbaiki kinerja pekerja.

Kembali kepada konsep tentang prinsip human centered design, dimana segala sesuatu
disesuaikan dengan manusia. Pengaturan pekerjaan seharusnya diatur berdasarkan dengan
kemampuan manusia, dimana job demand tidak boleh melebihi kemampuan manusianya.

Job Individual
Demand Capacity

Musculoskeletal Disorder

Musculoskeletal injury (MSI) adalah sebuah cidera yang terjadi pada otot, urat, ligamen,
sendi, syaraf, pembuluh darah atau jaringan lunak yang timbul dari paparan faktor risiko
seperti postur tubuh, gerakan berulang-ulang dan pengerahan tenaga dengan kuat. Cidera
ini dapat menjadi akut dan komulatif.

Adapun tahapan dari komulatif MSI adalah sebagai berikut :

Tahap 1: Ketidaknyamanan yang tergolong ringan yang hadir saat bekerja, namun
menghilang ketika tidak bekerja. Tidak mempengaruhi kinerja pekerjaan atau
tugas sehari-hari.

2016 Ergonomi
2 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tahap 2: Terasa nyeri saat bekerja dan terus ketika tidak bekerja. Mulai mempengaruhi
tugas-tugas sehari-hari. Karyawan kadang mengambil obat nyeri non-resep
sebagai tindakan pengobatan.

Tahap 3: Nyeri terasa sepanjang waktu. Karyawan mencari perhatian medis. Mungkin tidak
dapat menyelesaikan tugas-tugas harian yang sederhana. Mungkin tidak
sepenuhnya reversibel untuk mencapai pemulihan penuh.

Di Kanada, banyak tempat kerja mengalami peningkatan jumlah MSI. Statistik New
Brunswick pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa jumlah MSI sekitar 38% dari seluruh
biaya klaim jangka panjang. Sekitar 70% dari semua MSI adalah cidera pada punggung dan
bahu.

Gambar Kerugian dari MSI

Adapun hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi MSI adalah dengan :

1. Komitmen
Komitmen yang kuat sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat. Komitmen dan keterlibatan seluruh orang di tempat kerja, dari
manajemen puncak hingga karyawan adalah elemen penting dari suksesnya
program kesehatan dan keselamatan.

2. Design Pekerjaan
Untuk menghindari MSI harus dibuat desain pekerjaan yang sesuai, mulai dari
design pekerjaannya, jadwal istirahat, rotasi pekerjaan, obyek yang ditangani
(misalnya seberapa berat yang akan ditangani, ukuran benda, bentuk benda dan
bagaimana menanganinya) dan design stasiun kerja (misalnya menyesuaikan
dimensi dan tata letak fasilitas dan penyesuaian dari operator). Hal ini memiliki
dampak langsung terhadap kenyamanan, keselamatan dan kesehatan manusia
selaku pekerja. Untuk mencegah MSI, harus mempertimbangkan bagaimana dalam
memodifikasi semua aspek lingkungan, sehingga penerapannya bukan hanya
semata-mata mengurangi risiko cedera, namun terdapat manfaat tambahan, seperti

2016 Ergonomi
3 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
meningkatkan produktivitas, kualitas yang membaik, mengurangi pengerjaan ulang,
tingkat turnover yang lebih rendah, biaya pelatihan berkurang dan meningkatkan
semangat kerja.

3. Menyediakan Pendidikan
Pendidikan merupakan langkah kunci untuk mencegah MSI. Karyawan harus
memiliki pemahaman dasar tentang mekanika tubuh, sehingga mereka dapat
mengenali tugas-tugas yang memang berisiko tinggi dan mampu mengidentifikasi
tanda-tanda dan gejala awal dari MSI. Karyawan harus memastikan bahwa gejala-
gejala yang ditemukan yang sekiranya membahayakan kesehatan dan keselamatan
kerja yang dapat berakibat fatal dan menimbulkan kecelakaan kerja haruslah
dilaporkan kepada atasan mereka, sehingga tindakan yang diperlukan dapat diambil.
Manajemen harus mendokumentasikan informasi ini.

4. Standar Pengerahan Tenaga


Satu standar yang umum digunakan untuk menentukan batas pengangkatan yang
aman adalah Standar ISO 11228

Bagian 1: Lifting.
Standar ini memiliki massa referensi untuk dua tangan mengangkat di bawah kondisi
ideal:
25 kg untuk 95% dari laki-laki.
15 kg untuk 99% perempuan.

Kondisi ideal didefinisikan sebagai:


Berdiri simetris, dibatasi dan tegak.
Batang yang tegak dan tidak diputar.
Jarak horizontal ke beratan kurang dari 25 cm.
Ketinggian pegangan kurang dari 25 cm di atas ketinggian menyerah.
Kantor pegangan pada objek (postur pergelangan tangan netral).
Mengangkat durasi kurang dari satu jam per hari.
Frekuensi mengangkat kurang dari atau sama dengan 0,2 lift per menit.
Kondisi lingkungan yang nyaman.

Bagian 2: batas mendorong dan menarik dengan kedua tangan dapat dilihat pada
tabel 2.1

Tabel Batas Ketentuan Mendorong dan Menarik

Tabel diatas untuk frekuensi 1x dalam 1/8 jam dengan tinggi handle 95 cm untuk laki-laki
dan 89 cm untuk perempuan, dan jarak dorong mencapai 2 m (WorkSafe, 2010).

2016 Ergonomi
4 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Biomechanics Model

contoh simple mengenai biomechanics model


adalah untuk menghitung besarnya gaya yang
bekerja pada saat tangan memegang sebuah
benda dengan berat tertentu seperti gambar
disamping. Perhatikan perhitungan pada
contoh dibawahnya.

Contoh perhitungan.

FB? COM HAND


ELBOW
HAND

5 cm 10 N
180 N
17.0 cm 35.0 cm
Free-body Diagram:
Gambar ini diibaratkan sama dengan gambar diatas, seperti sebuah tangan yang memegang beban.

Lalu akan dihitung :

Force pada otot Biceps (FB)

Force pada elbow (FE)

External elbow moment (ME)

Langkah-langkah yang dibutuhkan adalah :

1. Free Body Diagram

2. Hitung external moment(s) pada sendi (joint)

3. Hitung net internal moment(s)

4. Hitung external force(s) pada sendi

5. Hitung net internal force(s)

2016 Ergonomi
5 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Evaluasi

Jawab

+Y
FJT=?? +Y
FBD: FB=??
+X
E H +X
+Z
ME=?? WLA=mLAg FH=mHg= +Z
=10N 180N

ME = 0 ME = 0 ME + ME ME = -ME
ME = MLA + MH = (WLA x ma LA
) + (FH x maH
)=
ME = MLA + MH = (WLA x maLA) + (FH x maH)
F = 0
E
(-10 x 0.17) + (-180 x 0.35) =
ME = (-10 x 0.17) -1.7 + -(-180
63 = x-64.7
0.35) =Nm
-64.7 Nm (external
, or 64.7Nm (CW) moment)
F = W + F = -10 + (-180)= -190 N (down)
FE = WLA + FH = -10 + (-180)= -190 N (down)

M = -ME ME = -ME 64.7 = BF x ma


F E = - FE
E B
= FB x 0.05
FE = FJT + FB
FB) +=(F
MEF == 190(F-JT1294x =ma 1294N
x maB()
)
JT -1104JTN (down) B

FB = 1294 N (up) (internal moment)

FE = 0
FE = WLA + FH = -10 + (-180)= -190 N (down)
FE = - FE
FE = FJT + FB
FJT = 190untuk
Kesimpulan, - 1294 = -1104
menahan N benda
sebuah (down)18 kg dibutuhkan force (bicep) ~1300 N dan
dihasilkan force ~1100 N pada sendi elbow

2016 Ergonomi
6 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Aplikasi Biomekanika
Pengukuran Kekuatan Otot

Salah satu kajian di biomechanics adalah mengenai kekuatan otot. Ini yang sering dimanfaatkan dan
dikumpulkan datanya untuk kemudian digunakan pada saat membuat design untuk job demand yang
sesuai dengan manusianya. Oleh karena itu, pengukuran mengenai kekuatan otot dirasa penting.
Banyak penelitian terkait yang meneliti hal tersebut guna menetapkan beban yang dapat diangkat
oleh pekerja dengan menggunakan simulasi kerja handling dan pengukuran kekuatan otot secara
statis

Secara umum, pengukuran kekuatan otot dapat digolongkan menjadi 2, statis dan dinamis. Statis
adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat dan dalam keadaan tertentu,
sedangkan dinamis adalah pengukuran dimana dilakukan dalam keadaan yang bergerak atau berupa
simulasi. Namun, pengukuran statis tergolong lebih mudah dilakukan dibandingkan dinamis.

Beberapa kekuatan otot yang sering menjadi objek pengukuran adalah bagian-bagian yang sangat
penting yang berperan saat bekerja, seperti kekuatan tangan, jari, kaki, punggung, dll.

Pada dasarnya terdapat tiga pendekatan dalam menentukan kekuatan dan kemampuan untuk
kegiatan manual handling (MH), yaitu psychophysical, physiological dan biomechanical yang dimana
metode ini dapat digunakan untuk menentukan kemampuan mengangkat beban untuk individu. Dari
ketiga metode ini, pendekatan physiological dan biomechanical tidak dapat digunakan secara
langsung untuk mengembangkan norma-norma data kemampuan untuk kegiatan MH.

Sebagian peneliti telah menggunakan metode biomechanical sebagai dasar untuk menganalisa
sebuah pekerjaan dan mengukur resiko dari kegiatan manual handling (Staker et al., 1997). Studi
mengenai Physiological juga telah dilakukan misalnya oleh Capodaglio dan Bazzini (1995) untuk
menentukan dan memprediksikan batas dari kegiatan mengangkat beban. Metodologi
psychophysical telah sukses digunakan oleh banyak peneliti seperti Ayoub dan Dempsey (1999)
untuk membandingkan hasil pengukuran psychophysical dengan pendekatan biomechanical dan
physiological dalam hal mendesign manual handling task

Manual Handling Task merupakan aspek yang erat sekali hubungannya dengan segala jenis pekerjaan
di industri saat ini. Misalnya saja mengenai pengukuran yang terkait dengan macam-macam
biomechanical hazard. Hal ini tentu saja sangat berguna dalam mendesign pekerjaan, membuat alat-
alat atau pun mesin dengan cara mencari nilai-nilai persentil kemampuan kekuatan dari populasi
industri. Namun hal ini tentu saja akan menimbulkan variasi yang besar, oleh karena itu pengukuran
individu menjadi sangat penting dalam hal penentuan besarnya kemampuan kekuatan untuk
menyesuaikan pekerja dengan pekerjaannya yang terkait dengan kemampuan fisik guna memastikan
kemampuan mereka terjamin keamanannya dalam bekerja (Chaffin et al., 1977).

Beberapa penelitian mencoba mengembangkan rata-rata dari kemampuan seseorang dalam hal
mengangkat dan membawa beban yang aman yang kemudian dapat diprediksi. Hasil dari penelitian
tersebut menghasilkan batasan berat beban maksimum yang diperbolehkan dalam ukuran persentil

2016 Ergonomi
7 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk laki-laki dan perempuan baik untuk pekerjaan yang hanya sekedar sekali angkat atau yang
berulang kali. Untuk pekerjaan angkat yang frekuensinya hanya sekali-sekali, direkomendasikan
dapat menggunakan pengukuran statis untuk menentukan berat maksimum yang aman atau dengan
menggunakan metode psychophysical dimana para pekerja memeragakan kemampuan mereka untuk
mengangkat beban dibawah pengaturan laboratorium ( Ayoub & Dempsey, 1999; Snook, 1978).

Kekuatan Statis
Secara umum menurut Poulsen & Jorgensen (1971), dapat dikatakan bahwa pengukuran otot secara
statis dapat membantu menyediakan sebuah metode untuk memprediksi seseorang mampu
menjalankan aktifitas fisik dalam pekerjaannya tanpa menyebabkan cidera atau tegangan (Garg et al.,
2007). Kekuatan statis ditentukan sebagai kemampuan untuk menghasilkan torque atau force dengan
maksimal pengerahan tenaga otot secara isometrik (Chaffin, 1975). Untuk mengukur kapasitas
angkat, kekuatan statis diukur dengan postur tubuh seperti postur mengangkat beban yang kiranya
memerlukan maksimum angkat dalam pekerjaannya (Chaffin et al., 1977).

Konsep pengukuran ini telah digunakan untuk mencegah terjadinya LBP (Chaffin & Park, 1973;
Chaffin, 1974) untuk memprediksi kemampuan kekuatan dari sebuah populasi (Martin & Chaffin,
1972), untuk menentukan jumlah maksimum berat yang dapat dicapai oleh individu dalam
mengangkat tanpa membebani punggung belakang secara biomekanik (Park & Chaffin, 1975), dan
untuk pengujian pengukuran kekuatan dalam pemilihan pekerja untuk pekerjaan manual handling.

Hasil penelitian Chaffin (1978) mengemukakan bahwa kekuatan isometrik menunjukkan tingkat risiko
ketika seseorang menunduk untuk tekanan yang berpotensi tinggi yang diberikan oleh kegiatan
mengangkat secara dinamis. Namun sebagian dari kegiatan manual handling adalah dinamis,
sehingga pengukuran dinamis lebih logis untuk mengasumsikan besarnya performansi kegiatan yang
bersifat dinamis seperti halnya kegiatan mengangkat beban. Hal ini jauh lebih baik jika dibandingkan
dengan pengukuran statis (Agazhadeh & Ayoub, 1985)

Gambar Perbandingan kekuatan Statis dan Dinamis

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kumar dan Chaffin (1988) terhadap pengukuran
statis dan dinamis otot punggung terhadap laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada gambar

2016 Ergonomi
8 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.2, dimana hasil dari penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap
kekuatan otot punggung antara perempuan dan laki-laki sekitar 56 73 % .

Gambar 2.3 adalah hasil penelitian Asmussen dan Nielsen (1962) mengenai pengujian
isometric dan didapatkan hasil bahwa kekuatan otot (semua otot secara keseluruhan) akan
meningkat hingga usia 30 tahun, dimana untuk laki-laki sekitar 104% dari usia mereka 20-22
tahun sebelumnya dan pada usia 60 akan mengalami penurunan hingga 90% . Sedangkan
untuk perempuan (kurva II), tidak mengalami peningkatan hingga usia ke 30, lebih dari usia
40 tahun perempuan cendrung mempunyai penurunan yang jauh lebih besar dari pria pada
usia yang sama, sehingga dapat diperkirakan pada usia ke 55 perempuan hanya memiliki
kekuatan 54% dari pada kekuatan laki-laki seusianya.

Gambar 2. 1 Pengukuran kekuatan isometric

Kekuatan Dinamis
Beberapa penelitian mengenai kekuatan angkat dinamis (maksimum berat yang dapat diterima
dalam mengangkat) pada umumnya menggunakan metode psychophysical yaitu estimasi subjektif
mengenai toleransi manusia sebagai dasar pengaturan untuk kegiatan mengangkat yang aman
(Snook, 1978). Banyak peneliti yang menggunakan teknik ini untuk menentukan bobot maksimum
dan beban kerja yang dapat diterima dalam bentuk persentil antara laki-laki dan perempuan (Snook
et al. 1970, McDaniel 1972, Dryden 1973, Knipfer 1974, Snook and Ciriello 1974). Penelitian yang
dilakukan Snook (1978) telah menghasilkan batasan yang dianjurkan untuk pengangkatan sesekali
(tidak kontinyu). Selain itu, model prediksi untuk menentukan kapasitas angkat seseorang juga telah
dikembangkan berdasarkan variable task yang pasti dan karakteristik pekerja (Drury & Pfeil 1975,
Ayoub & Deivanayagam 1978).

Analisis yang ekstensif dari hasil survey mengindikasikan bahwa biomechanical (biasanya pada
kekuatan statis) dan pendekatan psychophysical merupakan kriteria utama yang digunakan untuk
menentukan kemampuan angkat yang aman untuk pengangkatan yang okasional.

2016 Ergonomi
9 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Garg et al. (2007) mencoba melihat hasil dari metode psychophysical (sebagai kekuatan dinamis) dan
kekuatan statis dalam menentukan besarnya batasan kemampuan angkat individu. Dari hasil
penelitiannya didapatkan sebuah model persamaan untuk memprediksi besarnya maksimum berat
yang dapat diterima pada kekuatan dinamis dari hasil pengukuran statis dari 3 jenis posisi yang
berbeda (lihat persamaan 1), dimana kekuatan statis jauh lebih rendah dari variasi kekuatan
dinamis.

Persamaan dengan static strength at the origin of lift:

T1 = 22,6 + 1,02 T2 (1)

Persamaan dengan static Strength close to the body :

T1 = 27.5 + 0.299 T3 (2)

Persamaan dengan Holding a tote box :

T1 = -2.1 + 1.49 T4 (3)

Dimana :

T1 = maximum acceptable weight from the psychophysical methodology (dynamic lifting strength, kg)

T2 = maximum voluntary isometric strength (static strength) at the origin of lift(kg)

T3 = static vertical lift strength close to the body (kg)

T4 = maximum acceptable weight that a subject could hold for 3 seconds (kg)

2016 Ergonomi
10 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar Pengaruh jarak horizontal pada sagital plane dalam keadaan statis dan kekuatan angkat
dinamis

Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa adanya penurunan kekuatan seiring dengan meningkatnya jarak
horizontal dari tangan ke tubuh (badan).

Metodologi Pengukuran Statis (Isometris)


Sejak awal tahun 1972 banyak peneliti yang tertarik mengenai mengukuran kekuatan otot. Dengan
latar belakang perbedaan metodologi yang akan membuat bingung dan tidak seragamnya
pengukuran, oleh karena itu pengukuran standar sangat dibutuhkan terlebih dalam pengukuran
isometris. Hasil diskusi dari tim peneliti setelah 4 kali pertemuan dan mengusulkan standar
pengukuran statis sebagai berikut :

Definisi : kekuatan statis adalah kemampuan untuk menghasilkan torsi atau gaya oleh tenaga
sukarela otot isometrik maksimal.
1. Kekuatan statis yang diukur mengacu pada kondisi :
a. Kekuatan statis diukur selama 4 detik.
b. Datum kekuatan adalah nilai rata-rata tercatat selama tiga detik pertama.
2. a. Subjek harus diberitahu tentang tujuan tes dan prosedur terlebih dahulu.
b. Instruksi untuk subjek harus tetap faktual dan tidak menggunakan daya tarik emosional.
c. Subjek harus diinstruksikan untuk "meningkat tenaga menjadi maksimum (tanpa jerk)
dalam waktu sekitar satu detik dan mempertahankan usaha ini selama empat hitungan
detik."
d. Menginformasikan subjek selama sesi tes tentang kinerja umum dalam kualitatif, non-
komparatif dan menggunakan istilah yang positif. Jangan memberikan umpan balik
instan pada saat pengerahan tenaga.
e. Imbalan, penetapan tujuan, kompetisi, penonton, takut, kebisingan, dll dapat
mempengaruhi motivasi dan kinerja subyek, oleh karena itu, harus dihindari
3. Minimum waktu istirahat antara tes pertama dan selanjutnya harusnya dua menit.
4. Menjelaskan kondisi yang ada selama pengujian kekuatan:
a. bagian tubuh dan otot terutama digunakan.
b. Posisi tubuh.
c. Dukungan Tubuh / reaksi gaya yang tersedia.
d. Pemasangan dari tunduk pada alat pengukur (untuk menggambarkan lokasi dari vektor
kekuatan).
e. Pengukuran kekuatan dan perangkat rekaman.
5. Deskripsikan subjek :
a. Pemilihan popoluasi dan sample
b. Kondisi kesehatan
c. Jenis kelamin
d. Usia
e. Pengukuran antropometri (seperti tinggi dan berat badan)
f. Pelatihan yang berhubungan den kekuatan pengujian
6. Pelaporan data :
a. Rata-rata, median dan modus.

2016 Ergonomi
11 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Standar Deviasi
c. Skewness
d. Nilai maximum dan minimum

Metodologi Pengukuran Pinch Strength (uji kekuatan tekan


jari)
Pengukuran pinch strength pada umumnya dilakukan terhadap 3
posisi yang berbeda yaitu :

1. Tip Pinch Strength : posisi jari telunjuk di bagian atas dan ibu jari
dibagian bagiah menjepit alat dan ketiga jari lainnya ditekuk ke
dalam.

2. Key Pinch Strength : posisi ibu jari diatas dan 4 jari lainnya ditekuk dimana jari telunjuk dan dan ibu
jari menjepitnya.

3. Tripod Pinch Strength : posisi jari telunjuk dan jari tengah diatas sedangkan ibu jari berada
dibawah untuk menjepit alat.

Gambar 2. 2 (1) Tip Pinch Strength, (2) Key Pinch Strength, (3) Tripod Pinch Strength

Pengukuran dilakukan 3 kali dimana interval waktu pengukurannya adalah 60 detik (Hamzah et al.,
2013). Pinch strength terhadap tangan kanan dan tangan kiri diukur dengan posisi lengan tangan 90
derajat.

Metodologi Pengukuran Kekuatan Otot Punggung

Secara objektif, pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur


kekuatan otot punggung Dorsal Electric Dynamometer. Dengan posisi
pengukuran standar yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

Metodologi pengambilan data kekuatan otot punggung mengikuti standar


metodologi pengukuran isometric (static) strength yang telah dilakukan oleh Chaffin (1975), yaitu
sebagai berikut :

Periode istirahat : Periode istirahat yang dinilai cukup antara pengulangan test yang dilakukan
ditujukan untuk menghindari terjadinya kelelahan. Dari banyak penelitian menetapkan sekitar 2

2016 Ergonomi
12 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menit jika pengukurannya mencapai 15 kali tes, dan apabila pengukuran yg dilakukan terbilang
sedikit, seminimalnya diberikan 30 detik jeda untuk beristirahat setiap satu tes dijalankan. Namun
dalam penelitian ini periode istirahat yang diberikan adalah 2 menit

Posisi Tubuh : sebagian penelitian telah mendiskusikan efek dari posisi tubuh terhadap kekuatan,
sehingga posisi tubuh harus ditentukan dan dikontrol. Jika tidak, maka massa tubuh dan ukuran
seseorang mungkin dapat berdampak pada hasil gaya (force) pengukuran. Dalam pengukuran ini,
posisi tangan harus lurus menarik handle keatas, kaki lurus, dalam hal ini badan diperbolehkan
membugkuk hingga 45 derajat dari kondisi berdiri tegak (Horton, 2012).

Instruksi sebelum pengukuran : partisipan harus diinformasikan terlebih dahulu mengenai resiko
dan tujuan dari penelitian. Penandatanganan persetujuan tidak dapat dipaksakan, serta
menginfomasikan kegunaan dari data tersebut.

Prosedur : partisipan yang telah siap, kemudian mengatur posisi seperti yang telah diberitahukan
sebelumnya. Pada hitungan ke-satu, partisipan mulai mengerahkan tenaganya sampai dengan
hitungan ke-empat tenaga yang dikerahkan harus maksimum. Waktu istirahat yang diberikan saat
selesai melakukan 1 kali tes adalah sekitar 2 menit (Chaffin, 1975). Pada saat pengujian dilarang
memberi informasi mengenai nilai normal kekuatan atau kekuatan partisipan lainnya, hal ini dapat
mempengaruhi hasil pengujian.

Tempat : tempat pengukuran haruslah nyaman. Suhu yang sejuk dan jauh dari kebisingan, hal ini
dikarenakan faktor lingkungan fisik dapat menganggu konsentrasi.

2016 Ergonomi
13 Anisah H. ST, MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Você também pode gostar