Você está na página 1de 13

Bambu, Material Ramah Lingkungan yang Potensial

Christophorus Werner Hasto Prabowo


Email: Christophorushasto@yahoo.com
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Indonesia
Fakultas Teknik
Program Studi Arsitektur

Abstrak
Pemanfaatan kekayaan alam untuk digunakan sebagai elemen pembentuk sebuah bangunan telah
dilakukan oleh masyarakat sejak dulu. Pemanfaatan ini berkaitan dengan ketersediaan material lokal yang ada di
daerah sekitarnya. Pada lingkup wilayah di Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, hal ini tentu
juga dilakukan oleh masyarakatnya. Diberkahi dengan tanah yang subur menjadikan berbagai tanaman dapat
tumbuh subur disini, salah satunya adalah bambu. Bambu adalah tumbuhan sejenis rumput liar yang memiliki
batang berbentuk tubular. Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan regenerasi dengan cepat, hanya
memerlukan waktu 3-5 tahun penanaman , bambu sudah dapat dipanen, selain itu untuk pemanfaatannya tidak di
perlukan energi serta teknologi tinggi dan lagi tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak alam. Dalam bidang
arsitektur, bambu dapat bermanfaat sebagai elemen struktur dan elemen dekorasi pada bangunan, namun masih
banyaknya pandangan yang menganggap bahwa bambu bukan merupakan material yang baik dan masih
mempertanyakan akan kemampuan dari bambu padahal jika diolah secara optimal dan tepat, material bambu dapat
menjadi tahan lama selain itu pun membuat bangunan menjadi ramah lingkungan terlebih dengan penggunaan
bambu dinilai dapat menekan anggaran. Hal ini menjadikan bambu menjadi material ramah lingkungan yang
potensial.

Kata kunci : bambu, ramah lingkungan, potensial.

Pendahuluan

Bambu adalah tumbuhan sejenis rumput liar


yang memiliki batang berbentuk tubular. Bambu
merupakan tanaman yang mudah menyesuaikan
diri dengan kondisi tanah maupun cuaca yang
ada. Bambu dapat tumbuh mulai dari kondisi
tanah yang sangat kering hingga yang sangat
lembab.tidak hanya kemampuan beradaptasinya
yang luar biasa namun juga bambu dapat
tumbuh dengan sangat cepat. Cukup 3-6 tahun
Gambar 1. Bambu (sumber:google.com) bambu sudah dapat di pergunakan sebagai
bahan bangunan yang dengan perlakuan yang
tepat dapat bertahan lama. Dalam pengolahannya pun tidak membutuhkan banyak energi serta tidak
menghasilkan limbah yang dapat menggangu serta mencemari lingkungan. Hal ini yang membuat bambu
menjadi material ramah lingkungan.

Bambu bukan satu-satunya material alam yang dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan,
namun alam juga menyediakan material lain yang kita kenal dengan kayu yang berasal dari beberapa jenis
pohon tertentu, kayu merupakan salah satu material yang digemari di masyarakat, akan tetapi karena
pertumbuhan serta regenerasinya yang dinilai lambat sedangkan permintaannya yang begitu tinggi ini
mengakibatkan kelangkaan pada material ini. Selain itu material bangunan juga dapat berupa bahan
olahan yang dikembangkan manusia seperti baja dan beton yang sering diaplikasikan dilingkup
perkotaan, namun material olahan ini dinilai tidak ramah lingkungan karena proses pengolahannya yang
membutuhkan banyak energi dan hal ini menyebabkan biaya produksi yang mahal terlebih lagi limbah

1
dari hasil pengolahan ini dapat mencemari dan merusak lingkungan. Dengan begitu jika diamati dan
dipertimbangkan lebih lanjut, hal ini menjadikan bambu sebagai material yang potensial untuk
dikembangkan menjadi material bangunan, melihat regenerasinya yang cepat serta biaya produksinya
yang relatif rendah jika dibanding dengan material olahan seperti baja dan beton.

Namun yang menjadi permasalahannya adalah tidak semua orang menyadari keunggulan dari
pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan. Mungkin disebabkan karena banyaknya paradigma negatif
yang telah berkembang dimasyarakat terhadap bambu, muncul pandangan di masyarakat bahwa bangunan
yang menggunakan material pabrikasi seperti baja dan beton dapat menaikan derajat sosial penghuninya ,
sementara rumah dengan material bambu dianggap bukan sebagai rumah permanen dan bahkan ada yang
memiliki pandangan bahwa material bambu hanya dipergunakan oleh golongan tidak mampu.

Permasalahan yang akan diangkat pada penulisan ini ialah apakah manfaat bambu sebagai
elemen struktur dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur.Tujuan dari penulisan ini ialah dapat
menganalisis manfaat bambu sebagai elemen struktur dan elemen dekorasi pada bidang arsitektur. Pada
penulisan ini yang akan dikaji lebih lanjut ialah mengenai manfaat bambu sebagai elemen struktur dan
elemen dekorasi pada bidang arsitektur,

Dalam penulisan karya tulis ini dibagi dalam tiga tahap , yang pertama dalam pengumpulan data-
data dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan (Library research). Dengan merujuk
kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data
tersebut lebih mengacu kepada data dari internet. Karena keterbatasan penulis dalam mencari data yang
original. Selanjutkan mengidentifikasi data yang diperoleh dan diselesaikan dengan penarikan
kesimpulan.

Mengenal bambu

Bambu adalah nama kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu yang melurus
dengan batang yang biasanya tegak, kadang-kadang memanjat, mengayu, dan bercabang-cabang
(Sastrapraja,dkk.,1977 dalam Wijaya,2003). Bambu secara botanis dapat digolongkan pada famili
Gramineae. Berbeda dengan kayu, bambu tidak mengenal perkembangan gemang, bambu berkembang
biak dengan akar rimpang, yaitu semacam rebung yang bukan akar maupun tandan. Akar rimpang
tersebut akan mengikat batang bambu pada tanah dan membentuk kelompok menjalar lalu menjadi tunas
baru(Heinz,2004). Famili Gramineae dibagi atas lima suku, yaitu Dendrocalaminae, Melocanninae,
Bambusinae, Arundinaiinae serta Puellianae Bambu secara umum merupakan material yang bersifat
orthotropic, yaitu memiliki sifat yang berbeda pada 3 arah sumbu; Longitudinal, radial, dan tangensial.
Akan tetapi bambu juga merupakan material yang bersifat biological. Perbedaan dan ketidakkonsistenan
sifat karakteristik bambu disebabkan beberapa faktor, antara lain: jenis bambu, umur bambu, keadaan
tanah, keadaan lingkungan, dan bagian batang bambu. Bambu tua biasanya berumur lebih dari 3 tahun,
bambu dewasa berkisar antara 2-3 tahun, dan bambu muda berkisar antara 0-2 tahun. Bambu tua memiliki
warna permukaan kulit yang sudah berubah dari warma asli (agak putih) dan bercorak akibat ditempeli
jamur. Pada bambu muda masih banyak terdapat pelepah pada batang dan warna batang masih hijau.
Bambu merupakan bahan bangunan dari alam yang dapat dibudidayakan dan tumbuh terus menerus
dengan regerenerasi cepat. Selama tumbuh, bambu mengikat carbondioksida dari udara dan memproduksi
oksigen melalui proses asimilasi.

Jenis bambu

Dalam majalah Ide seri rumah yang mengangkat topik Bambu untuk Rumah Modern,
Imelda Akmal Architectural Writer Studio memaparkan bahwa dari 1500 jenis bambu di dunia,
170 jenis (11%) diantaranya berasal dari Indonesia. Namun berdasarkan buku Ilmu Konstruksi
Bangunan Bambu dan majalah Ide seri rumah Bambu Untuk Rumah Modern dipaparkan bahwa

2
dari 170 jenis bambu yang berasal dari Indonesia ini hanya ada lima jenis bambu yang
direkomendasikan untuk digunakan sebagai material bangunan, yaitu bambu petung, bambu
gombong, bambu tali,bambu hitam, bambu ori. Bambu-bambu ini memiliki karakter yang
berbeda-beda dan tentu memiliki kegunaan yang berbeda pula jika dijadikan sebagai material
bangunan, mulai dari sebagai elemen struktur bangunan sampai elemen dekorasi atau pelengkap
bangunan. Untuk mendapat kualitas bambu terbaik yang akan digunakan sebagai material
bangunan, selain diperhatikan jenisnya, bambu yang akan digunakan pun harus merupakan
bambu yang sudah tua sekitar 3-5 tahun dan sebelum digunakan bambu terlebih dahulu di
awetkan agar dapat semakin tahan lama, baru dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan.
Berikut merupakan pengenalan akan bambu yang telah disebutkan di atas:

a. Bambu Petung (Dendrocalamus Asper). Bambu jenis ini memiliki


rumpun yang agak rapat, Bambu
yang amat kuat, dengan jarak ruas
pendek, tetapi dengan dindingnya
tebal sehingga tidak dapat terbilang
elastis, bambu jenis ini berdiameter
8-13cm, panjang batang 10-20 m,
panjang ruas berkisar antara 40-
60cm, berwarna hijau kekuning-
kuningan.. Bambu ini sering ditanam
dan tumbuh pada daerah
Gambar 2. Bambu petung berketinggian 400-500m, dengan
(sumber:google.com) curah hujan 2400mm/tahun. Bambu
jenis ini biasanya digunakan sebagai struktur utama bangunan, yaitu
kolom, balok, maupun struktur atap.
b. Bambu Gombong (Gigantochloa Pseudoarundinacea). Bambu ini
memiliki diameter 10cm dan
berwarna hijau kekuningan.
Pelepah buluhnya mempunyai
daun yang berbentuk lanset,
kuping pelepah buluhnya kecil.
Di Indonesia jenis ini dapat
ditemukan di daerah dengan
ketinggian 0-700 m dari
permukaan laut dan beriklim
Gambar 3. Bambu gombong kering.Bambu gombong bisa
(sumber:google,com) tumbuh hingga mencapai 20m.

c. Bambu Tali/Apus (Gigantochloa Apus) Bambu yang sangat elastis


karena diameter dan ukuran bambu
ini yang tergolong kecil dengan
jarak ruas sampai 65cm dan dengan
diameter 4-8cm, serta panjang
batang 6-13m dengan warna hijau
kekuning-kuningan, mudah tumbuh
di berbagai area. Bambu ini biasa di
gunakan sebagai usuk dan reng
pada konstruksi atap bambu.
Gambar 4. Bambu Tali
(sumber:google.com)

3
d. Bambu Hitam/Wulung (Gigantochloa Verticillata). Seperti namanya
bambu jenis ini hitam dan mudah di
temui di daerah jawa. Bambu
wulung memiliki ruas yang cukup
panjang seperti pada bambu
tali/apus yang jarak ruasnya
mencapai 65cm, akan tetapi bambu
jenis ini tebalnya sampai 2cm dan
hal ini mengakibatkan jenis ini tidak
liat (getas), bergaris kuning muda.
Gambar 5. Bambu Hitam Bambu ini berdiameter 4-10cm
(sumber:google.com) dengan panjang batang 7-18m.

e. Bambu Ori /Duri (Bambusa Blumeana) Bambu ini berkarakter kuat dan
besar seperti bambu petung, jarak
ruas yang pendek dengan dinding
tebal, bagian luar (kulit) lebih halus
dan licin dibanding dengan jenis
bambu lainnya , selain itu juga lebih
keras dibanding bambu lainnya.
Bambu ini berdiameter 7-10 cm
dengan panjang batang 9-18m.
Gambar 6. Bambu Ori Tumbuh di tanah basah, disepanjang
(sumber:google.com) sungai. Masa panen bambu ini dapat
dilakukan setelah umur 3 tahun.

Sifat mekanika bambu

Menurut Heinz Frick di dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, secara
teoretis sifat mekanika material bambu bergantung pada:

a. Jenis bambu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan


b. Umur bambu dan waktu penebangannya
c. Kelembapan ( kadar air keseimbangan ) pada batang bambu
d. Bagian batang bambu yang digunakan (bagian kaki, pertengahan, atau kepala)
e. Letak dan jarak ruasnya masing-masing (bagian ruas kurang tahan terhadap gaya
tekan dan lentur).

Penetapan karakter material bambu ini berdasarkan prasyarat pada iklim tropis seperti di
indonesia. bahwa bambu yang dipergunakan dalam pembangunan merupakan bahan bangunan
yang kering dengan kadar air 12%. Hal ini merupakan kadar air kesetimbangan pada kelembapan
udara 70% yang dapat dianggap sebagai nilai rata rata yang wajar pada iklim tropis. Berikut
merupaka sifat mekanika dari bambu:

a) Kuat tarik
Kuat tarik merupakan ketahanan suatu benda menahan gaya luar yang berupa
gaya tarik yang bekerja pada benda tersebut. Morisco pada tahun 1994-1999
telah melakukan pengujian terhadap kuat tarik bambu. Hasil yang didapatkan
kuat tarik kulit bambu ori cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm
persegi, atau sekitar dua kali tegangan luluh baja, sedangkan kuat tarik rata-rata
bambu tetap lebih tinggi jika dibanding dengan luluh baja.

4
b) Kuat tekan
Kuat tekan merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya luar yang
datang pada arah sejajar serat yang cenderung memperpendek atau menekan
bagian-bagian benda secara bersama-sama. Dalam penelitian Morisco pada
tahun 1994-1999 di dapat bahwa kuat tekan salah satu jenis bambu, yaitu
bambu petung ialah 548MPa pada ujung batang.
c) Kuat geser
Kuat geser merupakan kemampuan benda untuk menahan gaya luar yang
datangpada arah sejajar serat dan cenderung menekan bagian-bagian benda
secara tidak bersama-sama atau dalam arah yang berbeda. Kuat geser bambu
sangat kecil jika dibandingkan dengan kuat tarik dan kuat tekan bambu.
d) Kuat lentur
Kuat lentur adalah kekuatan
untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha melengkungkan batang
bambu atau menahan muatan
mati atau hidup. Katena bambu
merupakan bahan yang elastis,
maka lendutan yang terjadi
sesuai kekuatan bahan menjadi Gambar 7. bambu material yang lentur
agak tinggi(rata-rata 1/20). (sumber:fubiz.net)

Pengawetan bambu

Bambu mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat
tumbuh yang baik bagi cendawan akibat sihi dan kelembapan tinggi di daerah tropis.
Serta memiliki kadar selulosa 50% lebih banyak dibanding kayu. Maka jika tanpa
pengawetan dan pemeliharaan yang benar , maka bambu yang digunakan sebagai
material konstruksi hanya dapat bertahan paling lama 2-3 tahun saja. Sedangkan jika
dengan pengawetan dan pemeliharaan yang baik dapat bertahan hingga lebih dari 15
tahun. Dalam proses pengolahan bambu itu sendiri ada beberapa hal yang paling
memperngaruhi yaitu masa memotong batang bambu, perawatan, pengeringan, dan
pengawetan bambu (Heinz, 2004).

Masa memotong batang bambu ( Pemanenan)


Penelitian menunjukkan bahwa
bambu sebagai bahan bangunan sebaiknya
dipotong pada umur 3-6 tahun. Pada umur
itu, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang
paling tinggi, dan paling tahan terhadap
hama dan jamur jika dirawat dan dikeringkan
dengan baik. Batang bambu dipotong sekitar
15-30 cm (ruas kedua) diatas tanah, langsung
pada bagian bawah sebuah ruas (buku)
supaya air dapat masuk pada ruas yang
terbuka, sehingga cepat membusuk yang
dapat menghasilkan tunas baru. Untuk
Gambar 8. Proses pemotongan bambu
(sumber: oswasngabar.wordpress.com)

5
menebang batang bambu, harus selalu menggunakan parang.
Sampai saat ini masih banyak mitos-mitos yang dipercayai di
masyarakat bahwa bambu yang baik hanya boleh ditebang pada
hari-hari tertentu, yaitu Senin, Rabu, dan Minggu. Bambu tidak
boleh ditebang pada Selasa, Jumat dan Sabtu. Waktu tebangnya
pun tidak bisa sembarangan, penebangan bambu yang benar adalah
saat subuh pada saat bulan tua (pada seperempat terakhir sebelum
bulan gelap), karena batang bambu pada waktu ini dinilai paling
kering dan menghindari kadar gula tinggi yang dapat mengundang
hama. Bambu juga tidak boleh ditebang saat rebung baru tumbuh,
hal ini dipercaya akan mengakibatkan kekuatan bambu itu akan
berkurang mudah rapuh. Lalu jika sudah berbunga bambu tidak
boleh digunakan karena dipercaya bambu yang sudah
mengeluarkan bunga merupakan pertanda bahwa bambu akan
segera mati.
Lalu khususnya
bambu petung penebangan
harus dilakukan pada saat
setengah tua (Sekitar 2
tahun), karena jika terlalu
tua akan mudah retak.
Sedangkan untuk bambu lain
harus ditebang pada usia
yang paling tua. Ciri bambu
yang sudah tua dan siap
tebang adalah menurut
jatnika dalam wawancara Gambar 9. Bercak putih , ciri bambu tua
mengenai bambu: (sumber:bambumedan.blogspot.com)
1. Sudah mengeluarkan bercak putih pada batang
bambu
2. Sudah tidak terdapat kelopak yang membungkus
tiap ruas bambu
3. 10 ruas keatas dari tanah sudah berakar
4. Berbunyi nyaring saat dipukulkan batangnya.
5. Seratnya sudah berwarna cokelat.
6. Sudah tidak berbau, karena bambu muda berbau
seperti tebu/gula.

Perawatan dan Pengeringan bambu


Perawatan bambu yang paling baik dilaksanakan langsung
pada tempatnya.. Batang bambu yang baru dipotong sebaiknya
disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang belum dipotong/
atau di tempat teduh. Batang bambu tersebut harus terlindungi
terhadap kelembapan tanah yang akan naik dengan menggunakan
sebuah batu dibawah batang. Batang bambu ini dibiarkan daam

6
keadaan demikian selama 1-2 bulan. Setelah itu di rendam dengan air
garam dan kapur sekitar satu minggu. Lalu ditiriskan sekitar 2-3 hari.
Cara perawatan secara tradisional
lainnya adalah dengan merendam batang
bambu sebelum digunakan selama satu
bulan di dalam air tawar, air payau, atau air
laut yang tenang atau mengalir sehingga
kandungan kanji akan dicuci atau hilang.
Di dalam air, Bakteri Anaeorob menyerang
kanji didalam batang bambu dan
mengubahnya menjadi zat yang kurang
lezat bagi hama , dan menjadi kurang subuh
bagi jamur.Perendaman bambu sebaiknya
dilakukan setelah bambu dikeringkan
terlebih dahulu, baru kemudian dapat Gambar 10. Proses
direndam seluruhnya. Atau pun dengan cara pengeringan bambu
perawatan yang ketiga dengan (sumber:lincakgentan.files.wor
dpress.com)
menggunakan api, api bertujuan untuk
menghasilkan asap yang dapat membasmi hama yang berada di dalam
batang bambu dan juga dapat memperkeras permukaan bambu. cara ini
juga dapat meluruskan maupun membengkokan batang
bambu(Heinz,2004).
Telah banyak percobaan dan penelitian mengenai cara pengawetan
bambu. Pada dasarnya pengawetan bambu adalah proses memasukkan
bahan kimia/ pengawet ke dalam bambu agar keawetannya bertambah
dan lebih tahan lama terhadap organisme perusak(Imelda
Akmal,2011). Pengawetan bambu pun terdapat berbagai metode, mulai
dari pengawetan dengan perendaman, batang bambu atau bilah bambu
direndam dalam larutan pengawet, larutan pengawet ini dapat berupa
larutan borak yang mudah didapat kan.
Lalu cara selanjutnya dengan metode
pengaliran (boucherie process), cara ini
dianggap paling efisien. Yaitu batang
bambu yang baru dipotong (termasuk
tangkai dan daunnya) disambung dengan
slang pada ujung kakinya, lalu dihubungkan
ke drum besi yang mengandung bahan
pengawet. Bahan pengawet dari drum besi
ini akan mengalir di dalam batang bambu
mulai dari pangkal sampir ujung batang.
Proses ini memakan waktu 2-5 hari. Lalu
ada cara difusi, yaitu Batang bambu
dimasukkan ke dalam drum besi besar
Gambar 11. Boucherie Process yang sudah di berikan bahan pengawet
(sumber:Majalah Ide seri rumah, Bambu
Untuk Rumah Modern)
7
berbentuk pasta, nantinya bahan pengawet ini akan diisap oleh
pembuluh rambut yang ada di batang bambu sampai menguap melalui
daunnya. Cara ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan akan
sulit jika batang bambu terlalu panjang. Cara pengawetan selanjutnya
dapat dengan cara pengecatan dengan zat penolak seranggga. Daun
dari pohon imbau (azadirachta indica) dihancurkan dan digilas
sehingga menghasilkan sari daun. Karena sari tersebut mengandung
insektisida alam yang tidak disukai serangga, maka sari ini dapat
dicatkan pada batang dan konstruksi bambu yang sudah dalam
keadaan kering sehingga dapat menolak serangga (Heinz,2004).
Pembahasan

Hampir semua bagian bangunan dapat menggunakan material bambu, mulai dari elemen
strukturnya ataupun sekedar sebagai elemen dekorasi . Bambu sudah diakui sebagai bahan
bangunan yang dapat disejajarkan dengan kau dan dapat dipergunakan sebagai alternatif
pengganti kayu. Di berbagai kejadian bencana gempa bumi yang beberapa tahun lalu pernah
terjadi, ternyata rumah dengan konstruksi rangka bambu terbukti lebih kuat jika dibandingkan
dengan rumah tembok (Imelda Akmal,2011).

Bambu Sebagai Elemen Struktur


Fondasi
Merupakan elemen struktur yang menghubungkan bangunan dengan tanah,
fondasi berperan untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap beban hidup maupun
beban mati yang ada pada bangunan tersebut. Menurut Heinz Frick bambu tidak dapat
dipergunakan sebagai bahan fondasi yang berhubungan langsung dengan tanah. Karena
bambu adalah material yang organik, bambu mudah membusuk jika bersentuhan
langsung dengan tanah yang lembap. Oleh karenanya jika ingin dijadikan sebagai
fondasi, fondasi harus dibuat sedemikian rupa agar ada jarak antara bambu dengan tanah.
Fondasi umpak untuk konstruksi rumah panggung merupakan jenis fondasi yang cocok
untuk bambu. dengan demikian bambu dapat tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Kolom
Kolom merupakan elemen struktur yang sangat vital bagi bangunan yang pada
umumnya terdiri dari besi, baja, beton bertulang, ataupun kayu. Namun jika diolah
dengan baik bambu juga dapat dipergunakan sebagai kolom , baik hanya dengan batang
bambu utuh hingga dijadikan Bambucrete yang dapat menggantikan beton bertulang
untuk bangunan berskala kecil. Dalam majalah Ide yang berjudul Bambu untuk rumah
modern yang ditulis oleh Imelda Akmal Architectural Writer Studio menjelaskan bahwa
ada langkah-langkah untuk pembuatan kolom bambu ini.
1. Pilih Bambu yang berdiameter cukup besar, misalnya bambu petung, ataupun bambu tali
berdiameter kecil yang dapat digunakan dengan cara menggabungkan beberapa bambu
tersebut menjadi satu kesatuan dengan menggunakan pasak atau kawat.
2. Lilit seluruh permukaan bambu dengan kawat ayam.
3. Perkuat dengan paku 3-4 cm dengan jarak 15-20cm.

8
4. Lapisi seluruh permukaan bambu yang telah dililit kawat ayam deengan vernis, hal ini
guna memberi perlindungan terhadap batang bambu.
5. Lapisi dengan semen adukan yang encer, lalu diamkan hingga adukan dalam keadaan
setengah kering.
6. Plester dengan bentuk bulat mengikuti bentuk bambu atau bentuk persegi sesuai dengan
yang telah dibuat.

Dinding

Suatu konstruksi dinding harus memenuhi tuntutan yang


berbeda, misalnya menerima dan menyalurkan beban, menutup dan
memisahkan ruang dalam dan ruang luar , memberi perlindungan
terhadap cuaca, serta menanggulangi suara atau kebisingan
(Heinz,2004). Dalam majalah Ide yang berjudul Bambu untuk rumah
modern yang ditulis oleh Imelda Akmal Architectural Writer
Studio,Bambu dapat dijadikan material dinding dengan berupa
anyaman, gedek, dan pelupuh tanpa di berikan pelapisan apapun, atau
dengan bisa juga dilakukan pelapisan dengan plester agar memberi
tampilan modern. Dengan perbandingan plester 1 Pc : 4 Pasir. Gambar 12. Dinding Bambu
Plesteran dipersyaratkan tidak lebih dari 2cm untuk satu permukaan. Plester
(sumber:finance.detik.com
Jika dilakukan pelapisan plesteran dua muka, akan diperoleh tebal=2
cm + 2cm + 3cm(lebar anyaman bambu) = 7cm. jauh lebih tipis jika dibandingkan dengan
dinding yang terbuat dari bata yang memiliki tebal hingga 15cm.

Penutup Atap

Penutup atap merupakan kulit pelindung kuda-kuda atap dan ruang dibawahnya, penutup
atap harus kedap air, tahan cuaca, tahan terhadap bunga api penerbangan, berbobot ringan, dan
berdaya tahan lama Dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Heinz Frick memaparkan
Bambu dapat di pergunakan sebagai material penutup atap, mulai dari batangnya hingga daun
bambu dapat di pergunakan sebagai material penutup atap.

Penutup atap sirap bambu


Sirap bambu dibuat dari bilah
bambu dengan panjang sesuai
bambu yang akan
dipergunakan. Pada bagian
kulit dipotong sebuah lidah
yang akan dapat dijepit di
antara satu pasangan reng
berjarak 50mm. bagian dalam
sirap mencembungkan ke atas
sehingga air hujan dapat Gambar. Penutup atap
mengalir dengan baik. kelaka(sumber:google.com)
Penutup atap kelaka
Penutup atap kelaka dibuat dari batang belah bambu. Pada bagian ujung atas (balok
bubungan) bambu dilubangi dan diikat satu sama lain secara cekung cembung.
Penutup atap daun bambu
Penutup atap daun bambu memiliki beberapa kekurangan yaitu, membutuhkan lebih
banyak reng, kemiringan atap minimal 45 derajat, serta bobotnya yang berat. Namun
demikian, ketahanan atap daun bambu yang cukup tebal ( >10cm), bisa 6-8 tahun,
melebihi atap rumbia yang hanya 3-4 tahun.

9
Penutup Lantai

Penutup lantai merupakan perlengkapan bangunan dengan guna sebagai tempat pijakan.
Material untuk digunakan sebagai penutup lantai harus dipilih yang tahan lama atau yang dapat
diganti dengan mudah. Dalam bukunya Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Heinz Frick
memaparkan Bambu dapat di pergunakan sebagai material penutup lantai

Lantai dari batang bambu


Penutup lantai dari batang bambu merupakan konstruksi lantai yang dibebani tinggi atau
dengan jarak balok lantai batang bambunya agak lebar
Lantai dari bilah bambu
Bilah bambu difungsikan sebagai pelengkap lantai dari batang bambu agar permukaan
bidangnya menjadi lebih rata. Jika bilah bambu dipaku , lubang hendaknya dibor dahulu
pada balok lantai dari batang bambu yang akan dikenai bilah tersebut.
Lantai anyaman bambu
Hampir sama dengan lantai dari bilah bambu, hanya saja pada jenis penutup lantai ini
bilah bambunya dibuat anyaman.
Lantai Pelupuh
Penutup lantai yang sering disebut bambu laminasi pada kalangan pengrajin, penutup
lantai yang paling sederhana, berbentuk seperti parket
kayu karena bentuknya juga yang lembaran dengan
modul-modul berukuran tertentu. Modul yang
digunakan biasanya 40x120cm. cara pemasangannya
cukup dengan diletakkan diatas pelat lantai yang
kemudian dilapisi busa dan tripleks, pelapisan ini Gambar 14. Bambu laminasi
berfungsi untuk menghindari kelembapan. (sumber:lantaibambu.com)

Pelat Lantai

Pelat lantai merupakan konstruksi pemisah


ruang secara vertikal pada bangunan
bertingkat. Pelat lantai berfungsi untuk
menerima dan menyalurkan beban. Pada
umumnya material yang dipergunakan adalah
sebagai tulangannya adalah besi yang
kemudian dilapisi sesuai keinginan pengguna.
Bambu dapat menggantikan bertulang besi
sebagai material pelat lantai, dengan
menggunakan tulangan bambu, biaya
pembangunan dapat ditekan. Pemasangannya
pun relatif tidak sulit karena tidak memerlukan
ketrampilan khusus. Hanya saja karena bambu
adalah material organik dan beton sebagai Gambar 15. Tulangan Bambu
pelapisnya nanti merupakan bahan yang bersifat (sumber:septanabp.files.wordpress.com)
alkali (pH = 13) sehingga dapat merusak bambu. Alkali dapat merusak pektin yang mengikat
serat selulosa dalam bambu sehingga bambu menjadi cepat rusak. Namun belakangan mulai
ditemukan cara untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan bambu yang akan dipergunakan
sebagai tulangan bambu dilapisi aspal lalu ditaburi pasir. Aspal dan pasir bertujuan agar bambu
dengan beton tidak bersentuhan secara langsung.

10
Bambu sebagai Elemen Dekorasi

Plafon

Bambu juga dapat dipergunakan


sebagai elemen dekorasi yang
memberikan unsur estetis tersendiri dan
memberikan kesan alami bagi
pengunanya. Plafon dapat dibedakan
menjadi dua, plafon biasa yang berfungsi
untuk menyembunyikan rangka atap agar
tidak terlihat dari bawahnya, dan plafon
skylight yang berfungsi memasukkan
cahaya matahari agar dapat masuk ke
dalam bangunan. Penggunaan bambu
pada jenis plafon yang pertama biasanya Gambar 16. Plafon skylight bambu (sumber:binggor.com)
dapat menggunakan lembar anyaman
ataupun bilah bambu seperti yang biasa dijumpai pada rumah-rumah tradisional. Sedangkan
untuk jenis plafon yang kedua, bambu yang sudah dipotong dapat di susun dengan pemberian
jarak. Sehingga cahaya matahari dapat tetap masuk ke dalam bangunan.pada plafon skylight
diperlukan pemberian fiberglass diatas plafon agar jika ada kotoran tidak langsung jatuh ke dalam
ruangan.

Tangga

Penggunaan bambu laminasi tidak hanya


bisa difungsikan sebagai penutup lantai ruangan saja,
namun juga bisa dipergunakan untuk penutup
pijakan tangga. Pijakan tangga ini dapat
dikombinasikan dengan struktur kayu atau struktur
beton bertulang. Membuat railing pada tangga pun
dapat menggunakan bambu, dengan disusun secara
vertikal dan horizontal. Dengan seperti ini nuansa
bambu akan semakin kuat. Gambar 17. Railing bambu
(sumber:archiandesigns.files.wordpress.com)
Pintu, Jendela, Rooster

Jendela dan rooster memiliki fungsi untuk memasukan udara serta cahaya matahari ke dalam
suatu bangunan. Sedangkan pintu memiliki fungsi sebagai lubang pada batasan ruang dan
memungkinkan orang melewati ruang satu dengan yang lain. Untuk keperluan ini, bambu dapat
dibuat anyaman, susunan batang bambu utuh, maupun laminasinya. Penggunaan bambu dapat
dikolaborasikan dengan material lain seperti besi ataupun kayu.

11
Penutup

Kesimpulan

Pemanfaatan penggunaan bambu sebagai elemen struktur dan dekorasi selain menambahnya
pilihan dalam eksplorasi bahan juga dapat turut serta berperan dalam menggencarkan isu bahwa bangunan
haruslah ramah lingkungan dan mau berdamai dengan alam. Dengan demikian bangunan dan alam dapat
saling bersinergi untuk saling menjaga dan saling menguntungkan. Selain itu juga dapat menegaskan
bahwa untuk terus mengikuti arus perkembangan zaman, tidaklah turut meninggalkan potensi alam dan
beralih ke material industri yang dapat merusak alam. Melainkan tetap terus menggali potensi alam
dengan cara-cara yang kekinian namun tetap pada hakikatnya yaitu tidak merusak alam dan menggangu
ekosistem lingkungan hidup.

Saran

Masih banyak pihak yang menyangsikan bahwa bambu bukanlah material yang tepat untuk era
sekarang ini, ataupun menganggap bahwa bambu adalah material kuno, murahan, dan untuk kalangan
kurang mampu sehingga pengembangan bambu masih dirasa minim untuk sebuah daerah yang memiliki
170 jenis bambu lokal. Dengan regenerasi yang cepat dan penanaman yang tidak sulit, membuat bambu
menjadi material yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jika pengembangan ini bisa gencar
dilakukan dan masyarakat bisa mengubah paradigma yang dimiliki selama ini lalu mulai percaya pada
bambu, bukan tidak mungkin hal ini juga berdampak kearah yang lebih makro yaitu, lingkungan dan alam
di Indonesia bisa diperbaiki kearah yang lebih baik.

Ucapan terimakasih

Dalam penulisan karya tulis ini telah banyak pihak yang telah memberikan inspirasi serta
dukungan kepada saya, maka untuk itu ucapan terima kasih saya berikan kepada

a. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan penyertaan, serta rahmat
kesehatan dalam melancarkan pengerjaan karya tulis ini dari awal hingga akhir.
b. Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah menyertakan matakuliah ini pada program
studi arsitektur yang memberikan pengetahuan dalam penulisan kepada saya.
c. Bapak Ignasius Purwanto, selaku dosen pada mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah dan
Karya Desain yang telah memberikan pengarahan dalam penulisan dan memberikan
banyak masukan yang amat berguna bagi saya.
d. Ibu Wiwik Purwati, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memotivasi saya
dalam berarsitektur, untuk terus semangat dan pantang menyerah.
e. Bapak Agustinus Paryono, Ibu Theresia Ristu, Kakak Yohanes Sabastian, Adik
Leonardus Hananto selaku keluarga yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan
kepada saya dan menambah inspirasi dalam penulisan karya tulis ini.
f. David Anju.B, Dionisius A.S, Hara Natal, Oktavianus .P, Roy Regian, Virgilius .W,
Christanto Meidio, Ignatius .K, selaku teman yang sangat dekat dengan saya yang selalu
memberikan dukungan dan masukan dalam penulisan karya tulis ini.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan informasi dan pemahaman baru mengenai bambu
sebagai material ramah lingkungan yang potensial.

12
Daftar Pustaka
Frick, Heinz. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu.Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Frick, Heinz/FX. Bambang Suskiyatno. Dasar-dasar eko-arsitektur. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Akmal, Imelda. Bambu Untuk Rumah Modern. Jakarta: Gramedia, 2011.

Media Internet

https://bamboeindonesia.wordpress.com/pengawetan/artikel-keanekaragaman-bambu/bambu-awet/
[diunduh 25 November 2014]
https://bamboeindonesia.wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/makalah/ [diunduh 25 November 2014]
https://www.academia.edu/5271957/Bambu_Konstruksi_Hijau_Berkelanjutan_ [diunduh tanggal 30
November 2014]
http://www.astudioarchitect.com/2012/05/bambu-material-bangunan-masa-depan.html [diunduh tanggal
30 November 2014]
http://books.google.co.id/books?id=YYgdojHYVwkC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=sambungan+bambu+ti
pe+pasak&source [diunduh 30 November 2014]
https://septanabp.wordpress.com/tag/bamboo-plastered-wall/ [diunduh 2 Desember 2014]
http://www.academia.edu/8123912/Bambu_Sebagai_Bahan_Konstruksi_dan_NonKonstruksi [diunduh 2
Desember 2014]
http://www.ideaonline.co.id [diunduh 3 Desember 2014]

13

Você também pode gostar