Você está na página 1de 23

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/279660394

Pelestarian Pola Permukiman Tradisional Suku


Sasak Dusun Limbungan Kabupaten Lombok
Timur

Article August 2012

CITATIONS READS

0 1,492

3 authors, including:

Gunawan Prayitno
Brawijaya University
13 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

social capital and land conversion View project

All content following this page was uploaded by Gunawan Prayitno on 17 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN
LIMBUNGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno


Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
email: Sabrina_plano@yahoo.com

ABSTRAK
Karakter dari suatu suku dapat dilihat dari tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman
dan masih menjaga local wisdom mereka, hal ini dapat terlihat dari permukiman tradisional Suku Sasak di
Dusun Limbungan Kabupaten Lombok Timur, yang menjaga rumah adat mereka dari segala perubahan. Tujuan
dari studi adalah mengidentifikasi karakteristik non fisik sosial budaya masyarakat Dusun Limbungan, dan
mengidentifikasi karakteristik fisik pola tata ruang permukiman yang terbentuk, menganalisis pola tata ruang
permukiman tradisional yang terbentuk akibat pengaruh fisik dan non fisiknya, dan kearifan lokalnya, serta
menentukan arahan pelestarian bagi permukiman tradisional Limbungan. Metode yang digunakan adalah
deskriptif-evaluatif. Hasil studi menunjukkan bahwa konsep keruangan makro yang terbentuk dari tatanan fisik
lingkungan hunian memperlihatkan adanya pembagian ruang permukiman berdasarkan guna lahan, yaitu
tempat hunian di bagian tengah, dan lahan pertanian di bagian luar area permukiman. Dari hasil struktur
ruang permukiman tradisional Suku Sasak Limbungan terbentuk berdasarkan konsep filosofi, yaitu konsep arah
sinar matahari, konsep terhadap gunung rinjani, konsep pembangunan rumah dan elemennya secara berderet
dan tanah berundak-undak, dan konsep bentuk rumah yang seragam terdiri dari rumah yang berjajar (suteran).
Penempatan elemen rumah (bale) berupa panteq memiliki posisi saling berhadapan dengan bale. Pola
pengembangan tata ruang masyarakat Sasak di Dusun Limbungan berorientasi pada nilai kosmologi
berdasarkan sistem kepercayaan dan tradisi-tradisi masyarakat yang berbasis budaya sehingga menghasilkan
ruang-ruang khusus.

Kata kunci: Pola tata ruang, Permukiman tradisioal Sasak Limbungan, Sosial budaya, Pelestarian

ABSTRACT

The characteristics of an ethnic group are able to be seen from the tradition and the culture that are
formed in a settlement and still guard local their domestic tourists, this can be seen from the traditional
settlement of the Sasak Ethnic Group in the Village Limbungan the Lombok Regency East, that is on duty at their
traditional house from all the changes. The aim of the research is identify non physical the culture social
characteristics of the Limbungan Village community, and identify the physical characteristics of the pattern of
the layout of the settlement that is formed, as well as analyses the pattern of the layout of the traditional
settlement that is formed resulting from the influence of the culture social system his community's, and his local
wisdom, as well as determine the conservation directive for the traditional Limbungan settlement. The method
used in this study is descriptive-evaluative. All data was collected through field observation, questionaire and in-
depth interview. The study showed that the spatial concept formed by physical characters of the settlement,
indicates a division of land us; housing area is located in the middle of settlement, and farming area is located
outside of the housing area. From outcome of study the structure traditional settlement space of the Sasak
Limbungan Ethnic Group is formed be based on the concept of philosophy, the concept of the direction of the
sun rays, the concept against the mountain rinjani, the concept of the development of the house and his element
in a lined-up manner and the land berundak-undak, and the concept of the form of the house that the uniform
consists of the lined-up house (suteran). The allocation of the element of the house (bale) take the form of panteq
have the position face each other with bale. The pattern of the development of the layout of the Sasak community
in the Limbungan Village is oriented in the value of cosmology am based on the belief system and the
community's based traditions the culture so as to produce special spaces.

Keyword: The housing pattern of the layout, The traditional Sasak Limbungan settlement, Social the culture,
Conservation

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 87


PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
yang kaya akan nilai sejarah, filosofi, seni, dan
PENDAHULUAN budaya masyarakat setempat.
Sejak lama disadari bahwa budaya Menurut Tanudirjo (2003), pelestarian
memiliki peran yang sangat penting dalam justru harus dilihat sebagai suatu upaya untuk
membentuk struktur ruang permukiman. mengaktualkan kembali warisan budaya dalam
Penggambaran struktur ruang permukiman juga konteks sistem yang ada sekarang. Pelestarian
dapat dilihat dari sisi budaya lain seperti pada juga harus dapat mengakomodasikan
pelaksanaan ritual dan acara keagamaan. Acara kemungkinan perubahan karena pelestarian
ini bersifat rutin akan tetapi ruang yang harus dianggap sebagai upaya untuk
digunakan tidak semata untuk ritual saja, memberikan makna baru bagi warisan budaya
sehingga strukturnya juga nampak temporal. itu sendiri Widayati (2002).
Masyarakat Sasak di Pulau Lombok juga sangat Pengambilan tema tentang pelestarian
terkait dengan budaya dalam menata ruang permukiman tradisional Dusun Limbungan,
permukimannya, ataupun pada ritual daur hidup dilatarbelakangi oleh potensi budaya dan adat
dan berbagai acara keagamaan (Sasongko, istiadat serta permukiman tradisionalnya yang
2005:5). masih tetap terjaga, yang dapat dikembangkan
Dusun Limbungan yang terletak di secara lebih jauh. Selain itu, juga
kawasan kaki Gunung Rinjani ini memiliki dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan
kawasan rumah adat menempati dua gugus, diantaranya: Terdapat beberapa bangunan
yaitu Limbungan Timur sebanyak 68 unit rumah tradisional tampak kurang terawat dan hilangnya
dan Limbungan Barat sebanyak 71 unit rumah. beberapa elemen bangunan disebabkan
Kedua hunian itu dibatasi tanaman hidup dan pemeliharaan bangunan yang sangat tergantung
pagar bambu yang dianyam kasar, yang mereka pada tingkat ekonomi masing-masing
sebut kampu. Rumah-rumah mereka berdinding pemiliknya, adanya kecenderungan masyarakat
bambu yang dianyam, berlantai tanah campuran ingin mengalami perubahan dalam bentuk dan
tahi kerbau, beratap alang-alang, dengan rangka konstruksi bangunan rumah, terlihat dari
konstruksi campuran kayu dan bambu. berkembangnya ruang-ruang baru (rumah semi
Dusun ini sudah ditetapkan sebagai desa permanen) di sekitar batas pekarangan
budaya oleh pemerintah Lombok Timur, sebagai permukiman tradisional Dusun Limbungan yang
salah satu perkampungan tradisional dengan dikhawatirkan akan merusak konsep tata ruang
rumah-rumah adat dengan keunikan sosial permukiman tradisional, belum adanya
budaya yang masih kental. kebijakan khusus yang mengatur tentang bentuk
Pola tata ruang permukiman tradisional pelestarian kawasan Desa budaya di Dusun
serta gaya arsitektur tradisional yang terdapat di Limbungan.
Dusun Limbungan merupakan salah satu bentuk
pusaka budaya yang kaya akan nilai sejarah, METODE PENELITIAN
filosofi, seni, dan budaya masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam studi ini
Oleh karena itu sebagai salah satu desa adat adalah metode deskriptif evaluatif, melalui
yang memiliki pola tata ruang permukiman unik observasi, kuisioner, dan wawancara.
yang sarat akan nilai budaya, Dusun Limbungan Pengambilan sampel dihitung dengan rumus
perlu mendapatkan perhatian khusus yang Slovin, menggunakan teknik pengambilan
dimaksudkan untuk tetap memperhatikan proporsional untuk mendapatkan sampel yang
eksistensi dan kesinambungan prinsip-prinsip ke merata di seluruh wilayah studi. Kriteria
dalam tradisi yang baku, yaitu berupa pola tata pemilihan sampel, yaitu:
ruang permukiman tradisional yang telah 1. Bangunan harus masih memiliki ciri khas
terwujud dalam ruang tradisional Dusun tradisional permukiman suku Sasak, berusia
Limbungan. lebih dari 50 tahun;
Dengan menetapkan desa tradisional 2. Karakter bangunan menunjukkan adanya
sebagai cagar budaya maka kepunahan suatu penerapan pola tata ruang berdasarkan
monumen hidup sisa budaya lama dapat konsep Islam dan kepercayaan animisme
dihindari (Soeroto, 2003:48). Oleh karena itu serta dinamisme; dan
upaya pelestarian sebagai salah satu cara untuk 3. Masih terdapat budaya dan tradisi lokal yang
mengantisipasi perubahan dan perkembangan sering dilakukan dalam kawasan
yang terjadi sangat diperlukan. Pola tata ruang permukiman.
permukiman tradisional serta gaya arsitektur Dari 139 unit bangunan tradisional
tradisional yang terdapat di Dusun Limbungan diambil sampel seluruh bangunan, yaitu
merupakan salah satu bentuk pusaka budaya Limbungan Timur sebanyak 68 unit rumah dan
88 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

Limbungan Barat sebanyak 71 unit rumah asli. Kajian elemen pembentuk kawasan
Sampel masyarakat didapatkan dari perhitungan pedesaan meliputi:
rumus Slovin sebanyak 82 sampel. 1) Perairan;
1. Tahap pertama: mengidentifikasi 2) Hutan;
karakteristik sosial budaya masyarakat 3) Permukiman;
Dusun Limbungan. 4) Pertanian;
a. Tinjauan sejarah dan perkembangan 5) Infrastruktur; dan
Dusun Limbungan dan budaya 6) Tanah kosong.
bermukim masyarakat Suku Sasak b. Analisis ruang budaya dilakukan untuk
Limbungan yang meliputi sejarah mengidentifikasi keberadaan hirarki
munculnya dusun dan permukiman ruang dan sifat penggunaan ruang yang
tradisional. ada di Dusun Limbungan. Pendekatan
b. Analisis sosial budaya yang dilakukan adalah secara
(Koentjaraningrat, 1982) eksploratif, dengan melihat fungsi dan
1) Sistem kelembagaan; kepentingan ruang permukiman dari
2) Sistem hasil analisis kehidupan budaya dan
kemasyarakatan/kekerabatan; religi dan kegiatan masyarakat sehari-
3) Kehidupan ekonomi; dan hari.
4) Kehidupan budaya dan religi c. Analisis pola tata ruang tempat tinggal.
Hasil interpretasi sejarah dan pengaruhnya Pada tahap ini, analisis dilakukan
terhadap karakteristik sosial budaya dengan mengidentifikasi tiga variabel,
masyarakat Dusun Limbungan, dijadikan yaitu di antaranya:
dasar untuk mendukung kajian untuk 1) Fisik bangunan dan pekarangan;
analisis karakteristik pola tata ruang 2) Struktur tata ruang tempat tinggal;
permukiman tradisional. dan
2. Tahap kedua: mengidentifikasi pola tata 3) Pola tata bangunan.
ruang permukiman Dusun Limbungan dan 3. Tahap ketiga: menentukan arahan
menganalisis kesesuaiannya dengan konsep pelestarian secara fisik dan non fisik
pola tata ruang tradisional Suku Sasak. berdasarkan analisis pola permukiman
a. Analisis tata guna lahan dilakukan untuk sebelumnya dengan kondisi bangunan
melihat elemen apa saja yang eksisisting yang ada.
membentuk ruang permukiman,
pengaruhnya terhadap pemanfaatan HASIL DAN PEMBAHASAN
guna lahan, dan peletakan elemen A. Karakteristik Sosial Budaya
berdasarkan konsep yang dikenal dalam
pola tata ruang tradisional Suku Sasak. 1. Sistem Kelembagaan
Selanjutnya, untuk melihat keterkaitan Memiliki dua sistem pemerintahan, yaitu
antar elemen-elemen pembentuk pemerintahan formal dan pemerintahan
kawasan pedesaan, dilakukan analisis tradisional, atas beberapa kanoman
dengan teknik super impose guna lahan. (pemerintahan kecil), yaitu pimpinan para
Kliang atau kepala dusun

Gambar 1. Sistem Pemerintahan Tradisional

Dengan toak memiliki peran menetapkan a. Hukum Adat


peraturan adat Dusun Limbungan,menjadi Peraturan adat yang mengatur
pemimpin penyelenggara upacara adat. permukiman adat di Limbungan:

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 89


PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
a. Jika ingin membangun rumah permanen, 2. Sistem kekerabatan
maka pembangunan dilakukan diluar Dalam kawasan limbungan, merupakan
batas/area lingkungan permukiman adat. satu kerabat atau masih mempunyai hubungan
b. Tidak boleh mengubah dan merusak darah, pernikahan sebagian besar dilakukan
permukiman adat, baik letak,bahan alami dengan kerabat sendiri, walau tidak tertutup
bangunan, harus sesuai dengan aturan adat. kemungkinan mengambil calon istri/suami dari
c. Tidak boleh membangun kamar mandi/ WC luar kawasan limbungan yang bukan kerabat.
di lingkungan permukiman adat. Masyarakat Dusun Limbungan juga
d. Segala upacara Adat harus sesuai dengan mengenal prinsip patrelinear yakni mengikuti
izin pemangku adat. garis keturunan ayah dan jika terjadi perkawinan
e. Satu tahun sekali harus mengunjungi makam maka anak hasil perkawinan tersebut akan
leluhur. mengikuti gelar kebangsawanan ayahnya.

Gambar 2. Sistem Kekerabatan di Dusun Limbungan

Hasil kuisoner didapatkan bahwa


penduduk yang tinggal sejak lahir sebanyak 4. Kehidupan Religi dan Budaya
63,41%, pendatang (ikut istri/suami) sebanyak Kepercayaan terhadap roh-roh nenek
25,61%, faktor lokasi kerja 4.88%. moyang, biasanya terdapat pada bukit-bukit
tinggi tersebutlah roh nenek moyang
3. Kehidupan Ekonomi bersemayam. Oleh sebab itu, mereka
Lapisan sosial di Dusun Limbungan terdiri menyembah dan memuja roh-roh agar tidak
dari: terjadi bencana alam, mengakibatkan sebagian
a. Lapisan Bangsawan (Golongan Menak) masyarakat Sasak di limbungan
b. Lapisan Tokoh adat mengekeramatkan benda, dan makam keramat.
c. Lapisan Ulama Dalam kehidupan beragama, masyarakat Sasak
d. Lapisan Masyarakat Biasa limbungan merupakan masyarakat Islam
Sebagian besar warga Dusun Limbungan tradisional yang fanatik.
bermata pencaharian sebagai petani sebesar Tatanan adat istiadat dan ikatan sosial
(67%), pedagang sebesar (14%),dan PNS hanya kekerabatan yang berlaku di Dusun Limbungan
1 orang sebesar (0,19%), sebagian besar bekerja masih begitu kuat upacara-upacara tersebut yaitu
di bidang pertanian karena faktor lahan upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara
pertanian yang mendukung, dan pendidikan kematian, sistem pembagian warisan, dan
yang rendah. upacara panen padi.

90 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010


Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

a. Tahap kegiatan upacara


1) Upacara kelahiran
Tahap kegiatan berupa: Bretes ,Tukaq
Ariq Kakaq, Polang duri, Ngurisang, Nyunatang.

Tukaq Ari Kakaq

Ngurisan

Keterenagan:
1 = Rumah inti
2 = Halaman rumah
3 = Masjid

Gambar 4. Pemakaian Ruang Mikro Upacara


Kelahiran

2) Upacara perkawinan
Tahap kegiatan berupa: Midang,
Memaling, Sejati, Selabar, Bait Wali, Bait Janji,
Sorong Serah Aji Krama,Nyongkolan.

Gambar 3. Upacara Kelahiran

Bretes

Melahirkan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 91


PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
4) Upacara bertani

Gambar 5. Upacara Perkawinan


Gambar 7. Upacara Bertani
3) Upacara kematian
Tahap kegiatan, yaitu: pemberian aiq daun 5) Upacara keagamaan
bidara, belangar, betukaq, memandikan, dan Acara kegiatan berupa: Nuzulul Quran,
mengkafankan, mensholatkan jenazah,upacara Maulid Nabi SAW, lebaran Idul Fitri, dan
penguburan, dan upacara setelah penguburan. Lebaran Topat.

Gambar 6. Upacara Kematian


Gambar 8. Upacara Keagamaan

92 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010


Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

b. Pemakaian ruang makro


1) Upacara Kelahiran
Hutan Limbungan 1

lu
r Makam leluhur
Ja
a n
d ur
Batu Maliq 5
u
ay luh Kali
6
B ek le
r m
lu ka 2
Ja ma
k e Putra Amaq Nasiadi
an
es pemandi
Jalur pros
6 Masjid
Kali
7 4
2

an
r
Putra Amaq Min

ja
be
ur
Jal
Putra Amaq Amir
7.

3 Putra Amaq Kar

4
LEGENDA

Masjid Jalan Utama Rumah Panitia


tempat Khitanan
Jalan
Lingkungan Rumah Anak yang
Rumah disunat
Tradisional Rumah Ketua
Adat
Jalur Bejaran
Masjid/Musholla
Kali 0 25 50m 100

Gambar 9. Pemakaian Ruang Makro Upacara Sunatan

2) Upacara perkawinan

1
an
in
aw

5
rk
pe
ra
ca
pa

2
ru

1
lu

6
Ja

LEGENDA
Rumah Ketua
4 Jalan Utama
Adat Laki-laki
Jalan
Lingkungan Rumah Laki-laki
Rumah
Rumah Perempuan
Tradisional
Rumah Ketua
Jalur Nyongkol Adat Perempuan
Rumah Kyai Masjid/Musholla

Gambar 10. Pemakaian Ruang Makro Upacara Perkawinan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 93


PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
3) Upacara kematian
6
Makam Umum

Jalur
pema 5

an
kama

emakam
n
Sawah

Jalur p
5

ka
du
ah
2 r um
ke
yat
ela
1 rm
lu
Ja

LEGENDA
4
Jalan Utama MAKAM

Jalan Lingkungan Masjid/Musholla


Persil Rumah Rumah Duka
Tradisional
Jalur ke Makam Rumah Kyai
0 25 50 100 m

Gambar 12. Pemakaian Ruang Makro Upacara Kematian

4) Upacara bertani

Makam Batu Maliq


Ja
lur

- Acara Mundak
ke
m

- Menggala
ak
am

- Penanaman padi
lel
uh

- Panen
ur

Sawah
Ja
lur
up
caa
ra
Be
rt
an
i
Jalur upacara Bertani

LEGENDA

Jalan Utama Ruang yang


Jalan terbentuk karena
Lingkungan kegiatan Upacara
Bertani
Rumah Tradisional Jalur Upacara Bertani

Rumah permanen

Sawah

Gambar 13. Pemakaian Ruang Makro Upacara Bertani

94 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010


Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

5) Upacara keagamaan

2
1 2

bi
3 lid
Na
au
M
n
aa
ray
r pe

2 2 Ja
lu

2
LEGENDA
1 Jalan Utama Ruang yang
terbentuk karena
Jalan kegiatan
Lingkungan penduduk
Persil Rumah mengikuti
Tradisional peringatan Maulid
Masjid/Musholla Nabi Muhammad
SAW
Rumah Kyai 0

Gambar 1 Pemakaian Ruang Makro Upacara Keagamaan

4. Guna Lahan kebun. Sebagian besar penduduk bekerja di


a. Elemen pembentuk kawasan pedesaan lahan pertanian.
1) Perairan
Dusun Limbungan dilewati oleh sungai 4) Permukiman
bernama Kokok Limbungan dengan lebar 15 Tahun 1919 1960 fase awal, yaitu dari
meter, perairan (sungai) sangat penting dalam lahan hutan menjadi bentuk repoq-repoq, yaitu
pemilihan tempat bermukim. Selain itu terbentuknya suatu pola permukiman yang
penduduk yang sebagian besar bekerja di sawah umumnya berada di tengah-tengah lahan
sehingga sangat tergantung pada lokasi sungai persawahan, tahun 1920 mulai terbangun
untuk aliran irigasi sawah selain sungai, permukiman tradisional Sasak ini yang berbahan
penduduk juga memanfaatkan sumber mata air baku ilalang, tanah liat, dan getah tumbuh-
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan tumbuhan yang pada saat ini disebut dengan
mengairi sawah mereka permukiman bale adat Sasak kemudian
Sekitar tahun 1997, pemerintah kabupaten bertambahnya rumah semi permanen maka
Lombok Timur membangun proyek irigasi rumah-rumah tersebut berkembang menyeluruh
melalui pemasangan pipa-pipa distribusi dari linear mengikuti jalan ke arah timur dengan area
sumber mata air ke rumah-rumah penduduk central bale adat.
sehingga penduduk tidak perlu lagi mengambil
air ke atas bukit. 5) Infrastuktur
Pada awal perkembangannya tahun 1919,
2) Hutan jalan menuju permukiman di Dusun Limbungan
Tahun 1980 Limbungan masih ditutupi dan dusun sekitarnya merupakan jalan makadam
oleh lahan hutan. Kemudian pada tahun 1980- tanah yang berbatu-batu, dengan sarana yang
an, pengalihan kepemilikan hutan adalah negara ada berupa masjid dan makam. Tahun 1961-
(Perhutani Lombok Timur). Dengan lahan yang 1990 permukiman masih berupa jalan tanah
masih dimanfaatkan oleh masyarakat dan untuk makadam, namun sudah tidak berbatu-batu SD
kepentingan negara yaitu sebagian pengalihan Nomor 4 Perigi tahun 1980-an serta musholla.
hutan menjadi sawah, hutan, dan kebun. Pada tahun 1994, pemerintah kabupaten
Lombok Timur mulai membangun jalan aspal
3) Pertanian yang menghubungkan ibu kota kecamatan
Penduduk Limbungan membuka lahan Pringgabaya.
hutan menjadi lahan pertanian dan bermukim
pada tahun 1919 yang berupa sawah, ladang
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 95
PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
b. Peletakan elemen permukiman yang berjajar yang disebut suteran, dan di antara
Pembentukan elemen-elemen yang suteran terdapat lorong atau penggorong.
membentuk ruang permukiman menggunakan Kumpulan Suteran disebut gubug, kampu atau
Bale, Panteq yang terdiri dari Lumbung dan dasan.
Berugaq serta istilah dalam permukiman
tradisional Dusun Limbungan terdapat rumah

Keterangan:
A = Bale
B = Panteq (Lumbung dan Berugaq)

Gambar 2. Pola Elemen pada Permukiman Tradisional Limbungan

Gambar 3. Transek Dusun Limbungan Melintang Vertikal Arah Utara - Selatan

96 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010


Gambar 4. Transek Dusun Limbungan Melintang Horizontal Arah Barat-Timur

Pembagian ruang di Dusun Limbungan letaknya menyebar merata di bagian barat


sesuai dengan tata peletakan elemen ruang dan timur. Dan untuk fasilitas umum yaitu
permukiman tradisional: berupa SD yang terletak di ujung sebelum
a) Kawasan permukiman terdiri dari rumah memasuki kawasan permukiman tradisional;
permanen, rumah tradisional, fasilitas umum b) Lahan pertanian yang yang dijadikan sebagai
berupa Masjid, Musholla. Perkembangan lahan yaitu sawah dan kebun yang terletak di
rumah tradisional mengelompok di wilayah luar area permukiman; dan
ujung bagian barat dan timur, yang c) Di luar areal pertanian terdapat area hutan
dikelilingi pagar tanaman hidup. Di sebelah luas yang masih terlindungi, dan di dalam
dan dekat dengan permukiman tradisional hutan ini membentuk ruang ritual, di dalam
terdapat kandang sebagai lahan peternakan. hutan terdapat makam leluhur masyarakat
Sedangkan untuk rumah permanen umumnya Limbungan yang tiap waktu tertentu
menyebar linear sepanjang jalan utama, dikunjungi penduduk.
untuk Masjid serta Musholla terletak dekat
dengan permukiman tradisional yang

Ruang Sacred
(Permukiman Adat)
ur
m
Ti
ng
an Ruang Budaya
bu
m
Li

Ruang Makro
Limb
unga
n Ba
rat (permukiman,
lahan pertanian)

Gambar 5. Penggunaan Fungsi Ruang Di Dusun Limbungan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 97


Gambar 6. Pergerakan Penduduk Dusun Limbungan Dalam Home Range

5. Struktur Ruang Berdasarkan Ritual masyarakat Sasak bahwa yang muda juga harus
Pemakaian ruang pada upacara ritual melindungi yang tua, dan jika ada musuh
masing-masing upacara menggunakan ruang menyerang maka kaum yang mudalah yang
permukiman adat secara mikro serta makam terlebih dahulu harus menyerang
leluhur secara makro.
b. Terhadap gunung rinjani
Masyarakat Suku Sasak Limbungan
6. Struktur Ruang Permukiman
meyakini Gunung Rinjani sebagai sumber
a. Konsep filosofis
kekuatan supranatural di Lombok dan tempat
1) Konsep arah sinar matahari
bermukimnya Dewi Anjani yang dihormati oleh
Suku Sasak. Semakin tinggi suatu tempat dan
semakin mendekati gunung rinjani maka sifat
kesakralannya semakin tinggi, Dalam struktur
pembangunan rumah, maka sang orang tua selalu
bertempat tinggal di tempat yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tempat tinggal anak-
anaknya. Begitu pun juga untuk anak yang tertua,
maka peletakan posisi rumahnya berada pada
bagian yang paling tinggi jika dibandingkan
Gambar 7. Pola Arah Hadap timur dengan adik-adiknya. Nilai filosofis yang
terkandung di dalamnya bahwa orang tua harus
Semua permukiman adat di Dusun menurunkan/memberikan panutan dengan sifat-
Limbungan menghadap ke arah timur(sinar sifat leluhur pada anaknya.
matahari) menunjukkan pembentukan karakter

Gambar 8. Pola Bangunan Terhadap Gunung Rinjani

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 98


c. Konsep pembangunan Rumah dan elemennya kelompok dan dapat dikatakan secara
secara berderet dan tanah berundak-undak keseluruhan merupakan satu warga besar yang
Pembangunan rumah dengan konsep ini terdiri atas anak, cucu, kemenakan, merupakan
mencerminkan penduduk yang terdiri dari satu satu kesatuan dari keluarga majemuk.

Gambar 9. Pola Bangunan Secara Berderet

Konsep undak-undakan ini


diiterprestasikan pada baris horizontal maupun
vertikal. Dari baris horizontal semakin ke tengah
undak-undakannya semakin rendah, dan dari
baris vertikal semakin ke arah belakang maka
undak-undakannya semakin tinggi selain
memiliki fungsi dari segi keamanan agar
menghindari bencana alam jika suatu saat terjadi,
serta terhindar dari malapetaka yang dapat
menimpa Dusun Limbungan, juga menjaga agar
rumah generasi tua yang terletak di baris
belakang, akan tetap mendapatkan sinar matahari
yang cukup mengingat tempatnya yang lebih
tinggi dari baris didepannya.

Gambar 10. Konsep Undak-Undak Horizontal

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 99


PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR

Gambar 11. Konsep Undak-Undak Vertikal

7. Struktur Ruang Permukiman


Berdasarkan Aktivitas Kegiatan
a. Bale Adat (rumah adat), selain sebagai
tempat tinggal juga sebagai pusat aktivitas.
Bale adat merupakan inti dari Dusun
Limbungan, karena fungsinya dimanfaatkan
penduduk Limbungan selain sebagai tempat
tinggal juga sebagai kegiatan upacara adat,
dan ritual budaya
b. Masjid (langgar), sebagai sub pusat aktivitas.
Elemen tempat ibadah ini merupakan simbol
pemersatu penduduk Limbungan, karena
fungsinya dimanfaatkan oleh semua
penduduk Dusun Limbungan (multi fungsi).
c. Sawah/ladang, sebagai tempat/ ruang bekerja.
d. Makam leluhur, sebagai tempat ritual. Ruang
ini memiliki fungsi teritori tersier yang
dianggap penting, karena merupakan ruang
publik yang memiliki nilai sakral yang tinggi.
Pola Permukiman tradisional Suku Sasak
Dusun Limbungan.

Gambar 12. Pola Tatanan Ruang Permukiman Tradisional Limbungan

100 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
8. Pola tata ruang tempat tinggal disebut panteq. Penempatan elemen rumah
a. Bale Adat Sasak berupa panteq memiliki posisi saling berhadapan
Semua bale adat Sasak Limbungan dengan bale, dan masing-masing bale memiliki
menghadap ke arah timur, dan setiap rumah satu panteq.
memiliki elemen berupa Lumbung yang juga

Gambar 13. Konsep Arah Hadap Bale Sasak

Ciri khas Bale Sasak yang terdapat di (hubungan antar sesama manusia) yaitu
Dusun Limbungan dalam bentuk arsitektur: terdapatnya Bale sebagai bangunan utama
a) Bale menghadap arah timur/terbitnya sinar yaitu rumah tinggal yang berjejer dan
matahari, berfungsi sebagai faktor keamanan. didepannya terdapat Panteq yang salah
b) Rumah yang dibangun seragam baik dari satunya terdiri dari Berugaq memiliki fungsi
bentuk dan bahannya yang mencerminkan sebagai ruang publik (untuk menerima tamu,
kekompakan penduduknya, yang masih untuk bersantai, tempat tidur anak laki-laki
memegang teguh adat dan budayanya serta (berugaq) yang menerapkan konsep
menjaga tradisi gotong royong penduduknya bertetangga, dan silaturahim.
dalam melakukan pelaksanaan setiap
upacara. b. Rumah permanen
c) Dibangun diatas pondasi dan undak-undak Rumah permanen (Bale Batu) yang
yaitu untuk menghindari banjir tahunan dan terdapat di Dusun Limbungan mengalami
menghangatkan ruangan pada waktu cuaca perkembangan setelah tahun 1990-an.
dingin
d) Bale sasak mengandung konsep Islami yang
menerapkan konsep Habluminanas

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 101
PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR

1) Bale Sasak
Bale Sasak ini memiliki denah berbentuk
segi empat, yang terbagi menjadi dua ruang yaitu
ruang sengko (ruang bawah) yang berfungsi
sebagai ruang tamu (sesangkok), dan dalem bale
(ruang atas) yang terdiri dari kamar tidur, dan
dapur, antara ruang sengko dan dalam bale
dibatasi oleh undak-undak (anak tangga).

Gambar 15. Struktur ruang Bale

Gambar 14. Rumah Permanen Fungsi elemen-elemen ruang rumah pada


bagian dalem bale (ruang atas) tersebut antara
lain:
Tabel 1. Hasil Penemuan Konsep Di Limbungan a) Dalem bale (Ruang Tidur) berfungsi
Hasil
No. Konsep Keterangan untuk tempat tidur biasanya masyarakat
Temuan
1. Tahun 1920- Pembangunan awal Limbungan digunakan untuk para wanita
pembangunan 1940 rumah tradisional baik istri maupun anak, dan ruang khusus
didirikan pada tahun bila perempuan akan melahirkan atau
1920-an sebesar 31%, mayat seseorang disemayamkan sebelum
pada tahun 1930-an
sebesar 41%, dan pada
dikebumikan.
tahun 1940-an sebesar b) Pawon atau dapur bagi masyarakat
28%. Limbungan difungsikan sebagai tempat
22. Orientasi Timur Semua bangunan memasak
bangunan (100%) tradisional di
c) Sempare (ruang simpan barang), letak
Limbungan menghadap
ke arah timur. Hal ini sempare biasanya berada di atas dapur/
terkait dengan faktor langit-langit rumah atau di sebelah kiri
kepercayaan dan tempat tidur.
keamanan.
3. Bahan Terbuat Semua rumah
Bangunan dari tradisional Limbungan
bahan terbuat dari bahan alami
alami yaitu ilalang untuk
atap, serta dinding
terbuat dari bambu yang
dianyam rapat, lantai
rumah terbuat dari
campuran tanah liat,
bagian permukaan lantai
terbuat dari getah pohon
kayu banten dan bajur
(istilah lokal), dicampur
elemen hitam yang ada
dalam batu bateri, abu
jerami yang dibakar,
kemudian diolesi
dengan kotoran sapi.

9. Struktur Tata Ruang Tempat Tinggal


a. Elemen-elemen pembentuk ruang dalam
permukiman tradisional Suku Sasak
Gambar 16. Ruang dalem Bale
Limbungan

102 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

d) Ruang Sengko (Ruang Bawah) yang 2) Panteq


terdiri dari sesangkok (ruang tamu) yang Terdiri dari Lumbung yang berfungsi
letaknya berada di depan pintu masuk sebagai tempat menyimpan padi dan Berugaq
rumah utama sebagai tempat menerima sebagai ruang sosial.
tamu dan tempat duduk-duduk.

Gambar 17 Panteq di Limbungan

3) Kandang permukiman. Hal ini karena kandang sapi


Kandang komunal yang dijadikan satu dan dianggap kotor sehingga harus berada di luar
berada di luar ruang atau halaman besar areal permukiman.
permukiman asli Sasak, terletak di bagian pinggir

Gambar 18. Kandang di Limbungan

4) Masjid merupakan simbol bahwasanya penduduk


Permukiman tradisional di Limbungan juga Limbungan merupakan penduduk beragama
dicirikan dengan keberadaan Masjid di bagian Islam yang taat beribadah.
depan dan musholla di bagian belakang, hal ini

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 103
Gambar 19 Masjid di Limbungan

5) Jalan pernikahan dan kematian. Dan jalan setapak,


Jalan di lingkungan permukiman bale asli yang berfungsi sebagai pembatas antara baris
terdiri dari jalan besar dan jalan setapak. Jalan rumah serta ruang sirkulasi untuk membawa hasil
besar yang merupakan sirkulasi lalu lintas utama pertanian dan jalan menuju kandang.
serta sebagai ruang dalam upacara seperti

Gambar 20. Jalan Setapak Permukiman Tradisional Limbungan

6) Halaman
Berfungsi sebagai ruang sirkulasi lalu lintas
penduduk, halaman depan sebagai tempat
kegiatan budaya seperti acara pernikahan,
khitanan, kematian, dan lain-lain. Halaman
samping dan belakang berfungsi sebagai kebun
kecil yang ditanami tanaman berupa sayur-sayur,
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
penduduk.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 104
Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

Pagar ini barasal dari bambu dan kayu


banten yang kuat. Pada ruang mikro setiap 2
(dua) sampai 5 (lima) rumah dibatasi dengan
pagar pada saat pagi hari pagar dibuka dan pada
malam hari pagar ditutup, hal ini terkait dengan
fungsi keamanan. Sedangkan pada ruang
makronya permukiman tradisional dikelilingi
oleh pagar yang terbuat dari kayu banten yang
Gambar 21. Leleah Permukiman Tradisional kuat sebagai simbol keamanan dan pembatas.

7) Pagar

Gambar 22. Pagar Permukiman Tradisional

8) Bong

Gambar 23. Bong di Permukiman Tradisional

10. Struktur Tata Ruang Berdasarkan Sistem


Kekerabatan
Gambar 25. Pola Skema Kekerabatan Tipologi II

11. Kedudukan Elemen Bangunan


Berdasarkan Konsep Ketinggian Dan
Kepercayaan
Pembangunan bale dan panteq saling
berhadapan seperti konsep cermin, satu bale
memiliki satu panteq. Hal ini menunjukkan
bahwa panteq memiliki nilai sakral yang
memiliki simbol ekonomi. Untuk pembangunan
bale yang dibangun secara berderet berdasarkan
Gambar 24. Pola Skema Kekerabatan Tipologi I sistem kekerabatan. Bale dan panteq dibangun
berdasarkan kriteria tinggi rendah berdasarkan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 105
PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR

senioritas dalam tingkatan usia. Orang yang lebih dan yang lebih muda berada di tempat yang lebih
tua membangun rumahnya pada tempat tertinggi rendah.

Gambar 26. Konsep Pola Kedudukan Elemen Bangunan

Distribusi ruang antara secret dan profane, berugaq selain untuk menyambut tamu,
yang ditunjukkan oleh pentingnya nilai lumbung pertemuan antar warga juga acara ritual
yang dapat disetarakan dengan kehidupan, juga digunakan di berugaq.

Gambar 27 Ekisting Kedudukan Antar Elemen Bangunan Suku Sasak di Dusun Limbungan

12. Pola Tatanan Bangunan khusus yang dikeramatkan penduduk yaitu


Pola pengembangan tata ruang masyarakat Makam-makam leluhur penduduk Limbungan
Sasak di Dusun Limbungan berorientasi pada yang terdiri dari makam tingkatan rendah sampai
nilai cosmo/ kosmologi berdasarkan sistem tinggi yaitu makam rujuq, batu maliq, pepadang,
kepercayaan dan tradisi-tradisi masyarakat yang gunung bentar, dan samak borok.
berbasis budaya, sebagian masyarakat Adapun fungsi masing-masing makam
Limbungan sesuai tingkatannya, sebagai berikut:
Kepercayaan penduduk terhadap kekuatan
gaib/ supranatural ini menghasilkan ruang-ruang

106 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno

1) Makam rujuq yang berfungsi sebagai tempat dan keagamaan seperti hari besar Idul Fitri,
pertapaan, pencarian benda pusaka, dan dan Idul adha; dan
mendalami ilmu-ilmu mistik; 3) Makam gunung dan samak borok berfungsi
2) Makan batu maliq dan pepadang berfungsi sebagai permohonan untuk menyembuhkan
sebagai tempat masyarakat memohon doa penyakit.
setiap melakukan upacara budaya seperti
pernikahan, kelahiran, tolak bala, minta hujan,

Gambar 28. Tingkatan Makam leluhur Dusun Limbungan

13. Arahan Pelestarian 3) Sisi Hukum berupa Legal designation


a. Arahan pelestarian fisik (perlindungan yang sah), zoning (penentuan
Dalam menentukan arahan pelestarian wilayah), ownership (kepemilikan).
fisik, yaitu menggunakan langkah yaitu:
1) Preservasi berupa: pemelihaaraan secara KESIMPULAN
berkala, mengganti bahan bangunan yang Pola permukiman Dusun Limbungan
sudah rusak/ lapuk, mempertahankan arah dipengaruhi oleh faktor berikut:
hadap, bahan dan konstruksi bangunan, serta 1. Faktor kepercayaan penduduk terhadap
aturan adat pembangunan rumah. Menjaga faktor keamanan dan rumah penduduk dalam
elemen permukiman tradisional dari memperoleh cahaya matahari karena bagunan
kerusakan seperti elemen panteq, jalan di rumah yang tidak memiliki jendela, hal ini
dalam permukiman adat, pagar dan bong yang memandang arah timur sebagai arah
serta perawatan makam leluhur secara yang diutamakan sebagai sumber kekuatan
berkala; selain itu juga didukung sebagai alat
2) Konservasi (rehabilitasi) berupa pertahanan untuk mengetahui saat mereka
Pengembalian kondisi bangunan yang telah saat diserang oleh musuh.
rusak atau menurun berupa atap,lantai, 2. Faktor hukum adat yang menuntut penduduk
dinding, sehingga dapat berfungsi kembali Limbungan untuk menjaga rumah asli
seperti sedia kala; dan mereka baik dari bahan rumah yang terbuat
3) Konservasi (rekonstruksi) berupa upaya dari bahan alam, orientasi massa bangunan,
mengembalikan kondisi dan membangun serta pola rumah asli Suku Sasak tersebut.
kembali bangunan dan elemen panteq yang Adanya kepatuhan penduduk terhadap
telah hilang semirip mungkin dengan hukum adat dan kearifan lokal (genius local)
penampilan seperti aslinya. penduduk merupakan faktor paling penting
terhadap pelestarian keutuhan rumah asli ini.
b. Arahan pelestarian Non fisik 3. Membentuk pola grid yang mengelompok
1) Pelestarian dari sisi Ekonomi berupa: Insentif menjadi satu kesatuan, rumah-rumah dan
pajak dan subsidi; elemennya disusun berjejer rapi seperti tusuk
2) Sisi Sosial berupa: pemberian penghargaan sate, pola ini mencerminkan sistem
dari pemerintah, publikasi yang luas, kekerabatan.
dilakukan upaya penyuluhan terkait 4. Pola rumah tradisional di Dusun Limbungan
pentingnya pelestarian pola permukiman membentuk ruang-ruang yang communal
Dusun Limbungan; dan space, yaitu di antara jejeran bale yang
berhadapan ini merupakan daerah comunal

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 107
PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN
LOMBOK TIMUR

space bagi penduduk dusun, yaitu


terdapatnya lumbung dan berugaq sebagai
tempat bersosialisasi penduduk dusun. Selain
itu dapat dilihat perletakkan bale yang
berhadapan dan sejajar dengan panteq yang
terdiri dari Lumbung dan berugaq yang telah
menerapkan konsep Islam yaitu konsep
tawazun dan fungsional. Konsep tawazun
(keseimbangan) dapat dilihat posisi berugaq
sebagai bangunan publik dan merupakan
communal space saling berhadapan dengan
bale (bangunan privat). Konsep fungsional
tercermin dalam posisi lumbung yang
mewakili satu bale selain berfungsi sebagai
ruang bersama sekaligus digunakan untuk
mengawasi dan memberi kemudahan
melayanai bangunan bale.

SARAN
Studi lanjutan dapat membahas aspek
spasial pada permukiman tradisional Sasak
Limbungan, aspek ekonomi masyarakat maupun
aspek sosial budaya dalam permukiman
tradisional Sasak Limbungan yang tidak lepas
dari tuntutan perkembangan zaman, dan
melanjutkan Permukiman tradisional Limbungan
sebagai daya tarik wisata budaya Suku Sasak
yang masih asli.
Pemerintah harus ikut campur tangan dalam
arahan pelestarian permukiman dengan cara
memberi bantuan dana, promosi, dan
memberikan penyuluhan kepada warga mengenai
pentingnya pelestarian pada rumah tradisional
Limbungan, karena jika pemerintah tidak
memberikan bantuan dan dukungan
dikhawatirkan masyarakat akan lebih tertarik
untuk tinggal di rumah permanen.

DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1982. Sejarah Teori
Antropologi I. Jakarta: UI Press.
Oswald, F. & Baccini, P. 2003. Netzstadt
Einfhrung in das Stadtentwerfen. Berlin:
Birkhuser-Verlag fr architektur.
Tanudirjo,A. 2003.Warisan Budaya Untuk
Semua Arah Kebijakan Pengelolaan
Warisan Budaya Indonesia di Masa
Mendatang. Makalah Kongres Kebudayaan
V. Bukit Tinggi, 2002.
Widayati, N. 2002. Permukiman Pengusaha
Batik Di Laweyan Surakarta. Jakarta:
Program Pascasarjana Fakultas Sastra
Universitas Indonesia.

108 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010

View publication stats

Você também pode gostar