Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KRONOLOGIS KASUS
1
Padang Ulak Tanding, Bengkulu dan 2 pelaku lainnya masih dalam pengejaran. Namun
yang mengejutkan sedemikian cepatnya Polsek Padang Ulak Tanding merekonstruksikan
pasal dalam kasus ini sehingga 7 pelaku yang diantaranya masih dibawah umur sudah
menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Curup. 7 pelaku yang masih dibawah umur
tersebut hanya dituntut oleh jaksa penuntut umum hanya 10 tahun penjara.1
1
http://www.kompasiana.com/rickyvinandooo/kasus-yuyun-pembunuhan-berencana-inilah-yang-tak-
dipahami-banyak-orang_5729c86fce7e61ef073b6b8a
2
BAB II
ANALISA KASUS
3
BAB III
PASAL YANG TERKAIT
Dari pandangan penulis yang akan menganalisa kasus ini dari kacamata hukum
pidana, tuntutan 10 tahun terhadap 7 pelaku yang masih dibawah umur tersebut seolah
dipaksakan dan terlalu terburu-buru dan tergesa-gesa. Menjadi terburu-buru dan tergesa-gesa
karena meskipun 7 pelaku tersebut masih dibawah umur, perekonstruksian pasal yang
dikenakan terhadap pelaku ini juga masih sangat jauh dari rasa dan prinsip keadilan. Kita bisa
menilai bahwa ada sikap terburu-buru yang ditunjukan oleh penyidik mengenai pasal yang
dijeratkan kepada 7 pelaku sehingga 7 pelaku hanya dituntut selama 10 tahun.
Bahkan pasal yang dijeratkan terhadap 7 pelaku yang masih dibawah umur ini pun
terbilang kurang tepat. Mengapa kurang tepat? Setidaknya ada 3 alasan hukum yang bisa
penulis uraikan.
Pertama. Pasal yang dijeratkan penyidik adalah pasal 81 ayat (1) UU No 35/2014
tentang Perlindungan Anak jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 jo pasal 65 ayat (1) , (2) jo pasal 80 ayat 3
UU No 35 UU Perlindungan Anak serta pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.
Dan berangkat dari pasal yang telah dijeratkan penyidik tersebut, penuntut umum
pun memakai pasal tersebut dan itu terbukti dari tuntutan jaksa hanya 10 tahun kepada 7
pelaku yang masih dibawah umur tersebut, padahal tuntutan lebih dari 10 tahun bisa
dilakukan seandainya penyidik tak terburu-buru menerapkan pasalnya. Seharusnya penyidik
tak hanya menjeratkan pasal-pasal diatas tetapi pasal inilah susunan pasal-pasal yang
seharusnya bisa dijeratkan kepada 7 pelaku andai kata ke 7 pelaku belum menjalani proses
persidangan.
Pasal 76C Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak Pasal 80 (1)
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76C, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan atau dan/atau denda Rp. 72.000.000 (2)
Dalam hal anak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda apli banyak Rp. 100.000.000 (3) Dalam hal
anak sebagaimana dimaksud pasal (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun dan denda Rp. 3.000.000.000
Nah, dari pasal 76C UU No 35/2014 tentang Perlidungan Anak, jelas bahwa dalam
hal ini sudah terpenuhi, ini merujuk pada korban yang diseret ke semak-semak dekat kebun,
4
yang itu artinya dengan keputusan menyeret korban sampai ke semak-semak dekat kebun, 14
pelaku tersebut sudah dengan sengaja menempatkan Yuyun dalam kondisi yang berbahaya.
Mengapa berbahaya? Karena niat untuk memperkosa Yuyun sudah ada sebelum
Yuyun melintas di jalan di sekitar 14 pemuda tersebut berada. Buktinya, Yuyun langsung
dihadang dan diseret ke semak dekat kebun, ini menunjukan bahwa 14 pelaku memang sudah
menyiapkan rencananya untuk menyeret Yuyun ke semak dekat kebun. Tak hanya
membiarkan Yuyun dalam keadaan berbahaya karena ditempatkan di semak dekat kebun oleh
14 pemuda yang baru selesai pesta minum tuak 14 liter tersebut, unsur lain dari pasal 76C,
Yakni melakukan pun sudah terpenuhi.
Menjadi terpenuhi dan bisa dihubungkan dengan perencanaan terlebih dahulu oleh
14 pemuda itu ini terlihat dari begitu mudahnya menghadang laju Yuyun yang saat itu hendak
pulang ke rumah. Juga 14 pemuda itu yang secara bersama-sama memperkosa secara
bergiliran terhadap Yuyun yang sudah tidak berdaya yang lalu kemudian memuang mayatnya
ke dalam jurang. Tidak mungkin jika penghadangan yang dilakukan terhadap Yuyun ini
dilakukan secara tiba-tiba atau spontan tanpa direncanakan sebelum pesta minum tuak. Bisa
disaksikan di tayangan televisi, apabila ada orang mabuk di cafe, maka dia akan langsung
mengamuk atau bahkan memukul orang di kafe tersebut tanpa harus membawanya jauh
keluar dari kafe, juga merusak bahkan membolak-balikan meja kafe.
Kalau ada yang menyebut ini penghadangan itu dilakukan secara spontan, itu adalah
melawan akal sehat. Bahkan dimana logikanya kalau tiba-tiba 14 pemuda itu menghadang
Yuyun dijalan yang biasa dilalui Yuyun ketika pulang sekolah? Tak hanya ada Yuyun, bisa
dipastikan ada orang lain yang berada disekitar jalan itu, walaupun jaraknya tidak dekat
dengan Yuyun. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin 14 pemuda ini mengetahui jalan
yang biasanya dilalui Yuyun setiap kali pulang sekolah, Menjadi tahu apabila diamati terlebih
dahulu. Terlebih lagi 1 dari 14 pelaku adalah kakak kelas korban, itu artinya diduga kuat
Yuyun sering dibuntuti ketika pulang sekolah sehingga tahu betul kapan Yuyun pulang
sekolah dan jalan mana yang biasa dilalui Yuyun. Bahkan unsur turut serta yang terkandung
dalam pasal 76C tersebut juga terpenuhi ini terlihat dari keputusan 6 dari 12 pemuda yang
menggotong mayat Yuyun ke dalam jurang dengan kedalaman 15 meter setelah diperkosa
secara bersama-sama, bergiliran dan berulang-ulang.
Pemerkosaan yang dilakukan secara bersama-sama dan bergiliran bahkan berulang
yang dilakukann mengakibatkan (maaf) vagina dan anus korban yang mengakibatkan luka
parah, ini terlihat dari (maaf) vagina dan anus korban yang menyatu menjadi satu. Kedua alat
vital tersebut bisa menyatu tak lain disebabkan oleh adanya daya atau kekuatan yang yang
5
secara bersama-sama dilakukan 14 pemuda tersebut sehingga mengakibatkan kedua alat vital
itu menyatu dan mengalami luka parah dan berdarah-darah. Perbuatan memukul kepala
bagian belakang korban dengan kayu sampai berlumuran darah juga makin membuktikan
bahwa sebenarnya pemerkosaan disertai dengan pembunuhan ini sudah direncanakan
sebelumnya.
Karena sebelum memutuskan untuk mabuk tuak dengan membeli 14 liter tuak, para
pelaku sudah tahu akibatnya. Ini sengaja dijadikan alasan untuk mengaburkan unsur
perencanaanya. Terlebih lagi perbuatan mengakibatkan korban mengalami luka yang parah
akibat kekerasan yang dilakukan 2 dari 14 pelaku tersebut. Keputusan membuang mayat
korban ke dalam jurang makin menunjukan bahwa kuat dugaan ini telah direncanakan
sebelumnya.
Bagaimana logikanya kalau minum tuak 14 liter bisa tahu cara menghilangkan jejak,
dibuang ke jurang pula? Bagaimana bisa berjalan menuruni jurang sedalam 15 meter? Untuk
berjalan saja sudah tak bisa lagi apabila mabuk berat. Ini diduga kuat pelakunya tidak
menghabiskan minuman seberat 14 liter tersebut tetapi hanya sedikit saja diminum dan
dijadikan dalil mabuk berat. Jika mabuk berat pasti tidak menyadari apa yang diperbuat dan
hanya akan meninggalkan mayat korban di semak dekat kebun, tetapi kalau sampai digotong
dan dibuang ke dalam jurang, ini terluhat bahwa pelaku masih setengah mabuk. Membuang
mayat korban ke dalam semak adalah untuk menghilangkan jejak. Pertanyaanya adalah
apabila pelaku menghabiskan 14 liter tuak bagaimana mungkin bisa sadar dan membuang
mayat itu ke dalam jurang yang tergolong cukup cerdas dalam memilih tempat untuk
menghilangkan jejak ini. Mengapa tidak membiarkannya di semak dekat kebun, toh akan ada
binatang buas yang biasa mondar-mandir, tetapi pelaku malah membuangnya ke dalam
jurang, bahkan jurang pun bisa dipilih soal kedalamannya, yakni yang kedalamannya hingga
15 meter.
Pelaku sebelum minum diyakini sempat berpikir kalau menemukan sasarannya yang
telah ditarget akan membuangnya ke jurang yang tak lain tujuannya adalah untuk
menghilangkan jejaknya. Sehingga amat sangat disayangkan apabila penyidik hanya
menjeratkan pelaku dengan pasal 80 ayat (3) tanpa ayat (2) dari UU No 35/2014 tentang
Perlindungan Anak. Dan untuk pasal 81 UU No 35/2014 tentang Perlindungan Anak tak
perlu lagi diuraikan karena semua unsur sudah terpenuhi.
Kedua. Setelah pasal 81 ayat (2) (3) yang harusnya dijeratkan kepada 14 pelaku, ada
pasal lain dalam UU No 35/2014 tentang Perlindungan Anak yang bisa juga dijeratkan
6
kepada 14 pelaku seandainya kasus ini belum sampai ke persidangan. Pasal yang dimaksud
adalah pasal 76F jo 83 UU No 35/2014 tentang Perlindungan Anak.
Pasal 76F Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan dan atau
perdagangan anak.
Pasal 83 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 15
tahun, denda paling sedikit Rp. 60.000.000 dan paling banyak Rp. 300.000.000 Nah,
sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa pada tanggal 2 April, Yuyun sempat dikabarkan
hilang dari rumahnya bahkan orang tua dari Yuyun menunggu Yuyun sampai malam hari
tetapi anaknya tak kunjung kembali ke rumah. Itu artinya sebelum terjadinya perbuatan yang
sangat biadab, keji tersebut dilakukan, Yuyun diculik atau dengan kata lain sengaja
dilenyapkan untuk melancarkan perbuatan keji dan biadab tersebut. Terbukti setelah
dilenyapkan nyawa Yuyun langsung hilang. Ini dilakukan terlebih dahulu oleh 14 pemuda
yang sengaja berdiri di tengah jalan yang biasa dilalui oleh Yuyun saat pulang dari
sekolahnya.
Yang jadi pertanyaanya adalah mengapa Yuyun harus diseret sampai ke kebun,
padahal disekitar kebun masih ada tempat lain seperti gubuk? Apakah pelaku masih dalam
keadaan setengah mabuk sehingga masih sadar karena bisa memilih tempat (kebun) dan
membuang mayatnya ke dalam jurang? Penyidik juga harusnya menyelidiki apakah 14 liter
tuak itu habis diminum atau tidak oleh 14 pelaku? Jika tidak ada kemungkinan dalil mabuk
sengaja digunakan pelaku untuk mengaburkan unsur perencanaannya. Ini menjadi penculikan
terlebih dahulu baru kemudian di ikuti dengan pemerkosaan disertai pembunuhan terlihat dari
Yuyun yang saat itu pulang sekolah melintas di jalan dekat kebun, lalu kemudian dihadang
oleh 14 pemuda tersebut dan langsung diseret ke semak dekat kebun.
14 pemuda yang seolah sudah siap dengan targetnya tersebut langsung menghadang
Yuyun saat Yuyun lewat. Itu artinya kalau pemerkosaan disertai pembunuhan dilakukan
secara spontan adalah tidak bisa diterima oleh akal sehat karena tidak mungkin 14 pemuda itu
tanpa rencana lebih dulu bisa langsung menghadang Yuyun, padahal di jalan itu Yuyun tak
sendirian tetapi tak jauh dari jalan dimana Yuyun berada pasti ada orang yang melintas di
jalan yang sama. Itulah sangat disayangkan kalau penyidik tak mensertakan pasal 76F jo 83
UU No 35/2014 tentang Perlidungan Anak karena jelas Yuyun sudah ditarget sebelumnya
sehingga semua berjalan mulus sampai Yuyun diseret ke kebun untuk diperdayai oleh 14
7
pemuda itu. Pertanyaany selanjutnya adalah mengapa 14 pemuda itu sengaja berpesta minum
tuak di warung di dekat jalan yang biasa dilalui Yuyun saat pulang sekolah?
Nah, inilah yang makin menguatkan dugaan bahwa sebelum mabuk sudah
direncanakan untuk terjadinya pemerkosaan, pembunuhan bahkan dengan sadarnya pelaku
bisa memilih tempat yang tepat (jurang) untuk membuang mayat Yuyun. Kalau orang mabuk
berat tak akan bisa melakukan ini karena untuk berjalan saja sulit apalagi bisa menggotong
mayat. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa setelah sehari dibunuh ada tersangka yang
kembali menuruni jurang tempat dimana Yuyun dibuang disana? Makin jelas terlihat bahwa
diduga kuat saat memperkosa, membunuh bahkan menggotong mayat Yuyun ke dalam jurang
ini dilakukan dalam keadaan sadar (tidak mabuk berat). Karena logikanya orang mabuk tak
menyadari perbuatannya tapi kok ini malah tahu dan ingat di jurang sebelah mana mayat
Yuyun dibuang. Janggal bukan?
Ketiga. Jika merujuk pada UU No 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidama Anak,
khususnya pasal 81 ayat (1) yang bunyinya adalah sebagai berikut: Pasal 81 UU No 11/2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak: (1) Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila
keadaan dan perbuatan Anak akan membahayakan masyarakat. (2) Pidana penjara yang dapat
dijatuhkan kepada Anak paling lama 1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana
penjara bagi orang dewasa. (6) Jika tindak pidana yang dilakukan Anak merupakan tindak
pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang
dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 tahun.
Nah berangkat dari pasal 1,2,6 UU No 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, harusnya 7 pelaku yang masih dibawah umur tersebut bisa pula dijeratkan dengan
pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana yang juga mengatur soal hukuman 20 tahun
penjara. Kalau dituntut 20 tahun menggunakan pasal 340 KUHP, Maka 7 anak itu akan
dihukum paling lama 10 tahun dan sudah berkesesuaian dengan pasal 81 ayat (6) UU No
11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yakni pidana penjara paling lama 10 tahun.
Ini lebih tepat ketimbang hukuman maksimal 15 tahun jika mengacu UU No 35/2014 tentang
Perlindungan Anak karena jika dikurangi setengah maka masa hukuman yang dijalani hanya
7,5 tahun.
Pasal 340 Barangsiapa dengan sengaja dan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana., dengan pidana mati atau pidana
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun penjara. Pasal 340 KUHP
tak melulu menganjar dengan ancaman pidana mati ataupun seumur hidup, tetapi bisa pula 20
tahun penjara. Nah, dalam kasus ini tuntutan jaksa sangatlah rendah karena dari apa yang
8
sudah diuraikan dari kacamata hukum pidana diatas jelas terlihat adanya keadaan sadar yang
dilakukan 14 pelaku ketika memperkosa, membunuh, sampai berbagi tugas menggotong
mayat Yuyun ke dalam jurang, berbagi tugas karena hanya ada 6 pelaku dari 12 pelaku yang
memutuskan membuang mayat Yuyun ke dalam jurang sedalam 15 meter dengan cara
menggotong. Bisa menggotong mayat korban ke dalam jurang, itu artinya pelaku tak mabuk
berat, hanya mabuk biasa itupun kalau hanya beberapa gelas tidak sampai 1 liter per/orang
dari jumlah 14 liter tuak. Ditambah lagi para pelaku mengulangi jurang tempat Yuyun
dibuang, juga keputusan pelaku yang menyembunyikan tas, seragam pramuka, dan sepatu
dari korban juga makin menunjukan bahwa ini semua dilakukan dalam keadaan sadar. Kalau
tidak sadar, jangankan membuang mayat ke dalam jurang, tas sepatu dan pakaian korban pun
pasti akan tidak disembunyikan.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin kalau mabuk berat karena 14 pelaku itu
meminum 14 liter tuak bisa berpikiran jernih dengan menghilangkan jejak yakni membuang
mayat Yuyun ke dalam jurang dan menyembunyikan tas, sepatu dan pakaian pramuka
korban? Dimana logikanya kalau ini tidak dilakukan dalam keadaan sadar/ dengan rencana?
Oleh karena itulah sangat disayangkan keputusan Polsek Padang Ulang Tanding, Bengkulu
yang terlalu cepat menyusun berkas perkara kasus ini karena dari semua pasal yang
dijeratkan kepada pelaku memungkinkan pelaku hanya dijatuhi vonis dibahwa 10 tahun ,
padahal kalau bukan hanya 338 KUHP, tetapi juga pasal 340 KUHP, 7 pelaku yang masih
dibahwa umur itu bisa dituntut 20 tahun dan bisa divonis 10 tahun oleh hakim yang mulia
karena jelas kasus ini sudah direncanakan dengan dalih mabuk berat yang tak lain tujuannya
adalah menghindari pasal pembunuhan berencana
Namun apa daya perkara ini sudah sampai di pengadilan, dan 7 pelaku anak yang
masih dibawah umur pun hanya bisa dituntut 10 tahun, dan bisa dipastikan hukuman yang
akan dijatuhkan akan jauh dari 10 tahun (dibawah 10 tahun), apabila tuntutannya 20 tahun
penjara (Pasal 340 KUHP) , 7 pelaku anak dibawah umur itu setidaknya bisa divonis 10 tahun
penjara atau setengah dari hukuman orang dewasa. Hanya menggunakan pasal 338 KUHP,
tanpa mensertakan pasal 340 KUHP, yang padahal ancaman pidanannya juga ada 20 tahun,
Keadilan untuk korban kian jauh panggang dari api.