Você está na página 1de 3

Athaya A.

071511233027 week 12 A

Strategi Global: Menghadapi Globalisasi yang Tanpa Batas

Globalisasi merupakan salahsatu topik yang dibahas dalam berbagai kajian dan disiplin ilmu hampir
secara universal. Hal tersebut antara lain karena pengaruh dari proses globalisasi juga begitu menyeluruh dan
dapat dirasakan dalam hampir segala bidang kehidupan. Kajian strategi juga tidak luput dari pengaruh
globalisasi, yang mana dengan meningkatnya intensitas proses globalisasi yang relatif baru lingkungan di mana
strategi diimplementasikan telah mengalami perubahan yang signifikan sehingga perlu dilakukan kajian lebih
lanjut mengenai strategi yang digunakan serta pemahaman mengenai strategi itu sendiri secara konvensional.
Menghadapi tantangan-tantangan baru yang dibawa oleh globalisasi yang membawa dunia internasional ke arah
integrasi, menuju dunia tanpa batasan-batasan ruang dan waktu dan semakin berkurangnya batasan-batasan
birokratis antar negara, akademisi dan praktisi hubungan internasional menyesuaikan dan mengembangkan
kajian-kajian baru mengenai strategi. Muncul kajian-kajian strategi baru yang dikembangkan untuk menghadapi
situasi baru yang timbul akibat globalisasi, salahsatunya adalah strategi global. Strategi global dapat diterapkan
dengan efektif dalam situasi-situasi dimana posisi kompetitif sebuah perusahaan dalam sebuah pasar nasional
mendapat pengaruh signifikan dari posisi perusahaan tersebut dalam pasar nasional lain (Ghoshal, 2002: 425).
Strategi global diperlukan bagi perusahaan-perusahaan yang telah mengglobal atau bertujuan untuk menjadi
perusahaan yang global untuk bisa menjadi kompetitif dalam pasar yang juga telah mengglobal. Bagi beberapa
akademisi, seperti Ted Levitt (1983 dalam Ghemawat, 2007: 9), globalisasi pasar merupakan akhir bagi
perdagangan multinasional dan korporasi multinasional, digantikan oleh korporasi-korporasi global. Hal
tersebut disebabkan model perusahaan multinasional beroperasi dengan menyesuaikan produk dan proses
produksi dengan negara-negara di mana proses-proses tersebut dilakukan dengan biaya yang relatif tinggi,
sedangkan di era globalisasi sebuah korporasi global beroperasi dengan konstan, menjual produk yang sama
dengan cara yang sama tanpa menghiraukan lokasi. Maka itu, Levitt (1983 dalam Ghemawat, 2007: 9)
mendefinisikan strategi global sebagai strategi bagi dunia yang terintegrasi.

Pankaj Ghemawat (2007: 10), bagaimanapun, menulis bahwa globalisasi, terutama globalisasi pasar,
merupakan fenomena yang lebih kompleks dari sekedar integrasi global secara menyeluruh, dan strategi yang
menekankan pada ekspansi skala dan standardisasi internasional saja tidaklah cukup untuk menghadapi
globalisasi. Masih terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar dan signifikan antara setiap negara yang perlu
menjadi pertimbangan dalam membentuk strategi, bahkan dengan globalisasi yang semakin mengintegrasi dan
menghilangkan batasan-batasan yang sebelumnya menghambat perdagangan. Ghemawat (2007: 10)
berpendapat bahwa kenyataan yang dihadapi strategis mengenai globalisasi berbeda dengan asumsi yang umum
dibentuk, yang mana internasionalisasi yang menyeluruh dipandang sebagai salahsatu konsekuensi dari proses
globalisasi yang berlangsung. Pada kenyataannya, yang dihadapi strategis dan akademisi bukanlah globalisasi
yang sepenuhnya, namun semiglobalisasi, karena mayoritas aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan di dalam
Athaya A. 071511233027 week 12 A

maupun melampaui batas-batas negara sifatnya masih terlokalisasi per negara. Sebagai alternatif, strategi global
didefinisikan sebagai kemungkinan-kemungkinan strategis yang memiliki cakupan lebih luas.

Strategi global secara umum dikembangkan untuk dimanfaatkan dalam dunia bisnis, terutama untuk
mengarahkan dan menjadi panduan bagi perusahaan-perusahaan multinasional. Semua perusahaan, sama halnya
dengan organisasi apapun, memiliki tujuan-tujuan utama yang dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori luas
(Ghoshal, 2002: 427). Pertama, perusahaan tersebut perlu mencapai efisiensi dalam segala aktifitasnya. Kedua,
perusahaan tersebut perlu mengelola risiko yang timbul sebagai konsekuensi dari aktifitas-aktifitas tersebut.
Ketiga, perusahaan perlu mengembangkan kapabilitas belajar secara internal sehingga dapat berinovasi dan
beradaptasi ketika menghadapi perubahan di masa depan. Keunggulan secara kompetitif tersebut dapat dicapai
perusahaan dengan tiga cara, yakni mengeksploitasi perbedaan antara pasar input dan output di antara negara-
negara tempat perusahaan tersebut beroperasi, memanfaatkan keuntungan economy of scale dalam berbagai
aktifitas yang dilakukannya, serta mengeksploitasi sinergi atau economy of scope yang timbul dari ragam
aktifitas dan organisasi (Ghoshal, 2002: 427). Dalam hal ini, strategi global menjadi hal yang vital dalam
pelaksanaan bisnis. Strategi global bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan tiga cara yang tersedia bagi
perusahaan tersebut dalam mewujudkan efisiensi, meminimalisir risiko, dan mengembangkan kapabilitas
belajar. Strategi global yang sukses melibatkan pengelolaan yang efektif terhadap interaksi antara tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dengan means atau cara-cara yang tersedia bagi perusahaan untuk mencapainya (Ghoshal,
2002: 427).

Menurut Mike W. Peng dan Erin G. Pleggenkuhle-Miles (2009: 51) terdapat empat perdebatan utama
dalam kajian strategi global kontemporer, yakni perdebatan mengenai jarak kultural vs institusional,
diversifikasi geografik global vs regional, konvergensi vs divergensi dalam tatanan korporat, serta
tanggungjawab korporasi secara sosial secara domestik vs di luar negeri. Perdebatan pertama mengenai jarak
kultural dan institusional membahas mengenai bagaimana strategi global secara fundamental dibentuk oleh
institusi-institusi formal dan informal. Objek perdebatan utama berfokus pada pertanyaan mengenai peran
budaya dalam strategi global yang berlandaskan institusi, dan dalam cara-cara apa kultur berbeda dengan
institusi (Peng & Pleggenkuhle-Miles, 2009: 53). Terdapat perdebatan mengenai apa yang perlu ditekankan
dalam strategi global, antara jarak kultural, yang mengkaji perbedaan mendasar antara budaya negara asal
perusahaan dengan budaya negara tempat perusahaan beroperasi, dan jarak institusional, yang membahas
perbedaan budaya dan perbedaan hukum serta norma dan identifikasi kognitif. Perdebatan kedua membahas
pengertian global dan multinasional sendiri dalam strategi global, yang mana dikatakan bahwa banyak
korporasi dan perusahaan multinasional dan global yang tidak sesuai dengan labelnya (Peng & Pleggenkuhle-
Miles, 2009: 55). Perdebatan ketiga mempertanyakan hal yang mendasari dan menggerakkan nilai-nilai sosial,
Athaya A. 071511233027 week 12 A

ideologi ekonomi atau budaya nasional (Peng & Pleggenkuhle-Miles, 2009: 56). Menurut persepektif
konvergensi, ideologu ekonomi mendorong terbentuknya nilai sosial, sedangkan secara divergen, budaya lebih
berperan besar. Perdebatan terakhir membahas mengenai tanggungjawab korporasi, di satu sisi perusahaan perlu
memaksimalkan keuntungan bagi stakeholders dan pemilik perusahaan, namun juga memiliki tanggungjawab
terhadap masyarakat yang merupakan sumber daya yang dimanfaatkan oleh perusahaan (Peng & Pleggenkuhle-
Miles, 2009: 59).

Referensi:

Ghemawat, Pankaj, 2007. Redefining Global Strategy: Crossing Borders in a World Where Differences
Still Matter. Boston: Harvard Business School Press.
Ghoshal, Sumantra, 1987. Global Strategy: An Organizing Framework, dalam Strategic Management
Journal, Vol. 8, No. 5, New York: Palgrave Macmillan.
Peng, Mike W. & Pleggenkuhle-Miles, Erin G. 2009. Current Debates in Global Strategy, dalam
International Journal of Management Reviews, Oxford: Blackwell Publishing Ltd.

Você também pode gostar