Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang
untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasi-komplikasi ini bila dapat dideteksi lebih awal
maka akan dapat ditangani dengan baik. Blighted ovum atau kehamilan kosong merupakan
salah satu komplikasi atau kelainan dalam kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan
dalam kehamilan trimester dini.
Sebuah Blighted Ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran yang
terjadi pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted ovum terjadi
ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio,
hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban. Sebagian besar kasus Blighted Ovum akan
dikeluarkan secara alamiah, tetapi kadang-kadang jaringan dalam rahim memerlukan
tindakan medis.
Blighted Ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari semua
keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena BO terjadi sangat awal, banyak
wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil ketika mereka menderita Blighted
Ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.
Pada ibu hamil dengan Blighted Ovum, kantung uterus akan berhenti perbesarannya. Pada
waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, gugurlah bahan-bahan atau
produk kehamilan. Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai
dengan hadirnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak
jarang keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang
keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi janin memang
tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami mengeluarkannya.
Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus ini, dengan harapan dapat memberikan asuhan dan perawatan
sebagai salah satu usaha untuk menghindari resiko pada ibu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan pada ibuhamil dengan blighted ovum
1.2.2 Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa kehamilan blighted ovum, maka diharapkan
siswa mempunyai bekal kemampuan :
1. Mengidentifikasi data klien dengan kehamilan blighted ovum.
2. Merumuskan diagnosa kebidanan atau identifikasi masalah pada klien dengan blighted ovum.
3. Merumuskan rencana tindakan kebidanan pada ibu hamil dengan blighted ovum
Ruang lingkup asuhan kebidanan dalam makalah ini hanya pada masalah kehamilan
blighted ovum.
Metode penulisan data yang digunakan penulis pada asuhan kebidanan menggunakan
metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif dengan melakukan tinjauan kasus melalui
:
a. Wawancara / anamnesa
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna melengkapi data pasien
maupun keluarga pasien untuk memperoleh data yang adekuat.
b. Observasi
Dengan cara mengatasi perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data
tentang kesehatan pasien.
c. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan atau status pasien
d. Studi pustaka
BAB II
KONSEP DASAR
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan.
Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual
dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut,
bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur
yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.
Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG
(human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan
otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes
kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur
kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin).
2.1.2. Etiologi
Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan
sel sperma.
Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit
kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol. Pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya
kehamilan kosong.
Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang
terjadinya kehamilan kosong.
Kadang-kadang Blighted Ovum disebabkan rendahnya kadar hormon dalam tubuh, akan tetapi penyebab utama
kondisi ini nampaknya karena faktor kromosom. Blighted Ovum terjadi ketika kromosom kromosom yang
membentuk janin rusak atau terganggu, mengakibatkan kerusakan genetik yang parah. Kemudian tubuh anda
mengenali abnormalitas kromosom ini dan secara alami berusaha untuk mengakhiri kehamilan.
Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum sering tidak menyadari bahwa mereka hamil pada saat
itu. Gejala dapat ringan atau bahkan tidak ada. Seringkali wanita terlambat haid dan hasil tes urin positif,
kehamilan berjalan normal sampai kemudian secara tidak sengaja diketahui bahwa kehamilan kosong saat
pemeriksaan USG oleh spesialis kandungan saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu. Wanita yang mendapatkan
tes kehamilan positif kemungkinan akan mengalami gejala umum kehamilan biasa, kemudian dapat timbul
gejala tidak khas yaitu perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya ukuran
rahim yang lambat.
2.1.4. Diagnosis
Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa Blighted Ovum adalah melalui pemeriksaan USG. USG
abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya janin yang berkembang dalam rahim Anda.
2.1.5. Pencegahan
Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi,
ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa calon ibu benar-benar
sehat saat akan merencanakan kehamilan.
Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan memulai
hidup sehat saat prakonsepsi.
Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi saat usia kandungan
masih di bawah delapan bulan.
Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum mendapatkan kehamilan sehat di masa depan. Meskipun
ada kemungkinan untuk menderita abortus / keguguran berulang, ini sangat dimungkinkan ada beberapa
penyebab / masalah reproduksi. Untuk memberikan waktu tubuh Anda untuk normal kembali, disarankan
menunggu satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba untuk hamil kembali. Gunakan kontrasepsi selama
waktu tersebut untuk mencegah kehamilan terlebih dahulu.
Jika Anda telah mengalami lebih dari dua kali keguguran berurutan, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan
spesialis kandungan/ahli reproduksi. Anda atau pasangan Anda mungkin menderita suatu masalah yang
mengganggu kehamilan, sehingga diperlukan pemantauan dan terapi khusus yang dapat membantu Anda untuk
mencegah keguguran selanjutnya dan membawa kehamilan sampai genap bulan.
Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuratase (sendok kerokan). Sebelum
melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan
serviks dan besarnya uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi
(Harnawatiaj, 2008).
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi,
eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan
dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau
gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga
persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.
1. Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya. Misal,
berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan
dengan maksimal.
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang
kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja.
Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat
berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka
munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila
ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa
takutnya sudah bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi
rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa
bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu
supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk
mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat
baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter
secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga
masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala
sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa
lebih tenang dalam pelaksanaan kuret
(Fajar, 2007).
C. Persiapan Alat
. Alat tenun,
1) Baju operasi
2) Laken
3) Doek kecil,
. Alat kuretase
1) Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)
2) Sonde penduga uterus
8) Tenakulum 1 buah
9) kom
D. Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi (dibius)
secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase
dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan
kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8
minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk
mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina.
Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih.
Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi
krok-krok (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda
dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan
waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).
E Teknik Kuretase
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya
melengkung karena itu memasukkan alat alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya
jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
Penduga Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang ataudalamnya penduga
rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan
atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan sebagaimana mestinya, dilakukan pemeriksaan
bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan letaknya uterus serta ada atau tidaknya kelainan disamping
uterus.
Sesudah premedikasi diberikan, infus glukosa 5 % intravena dengan 10 satuan oksitosin dipasang dan
diteteskan perlahan-lahan untuk menimbulkan kontraksi dinding uterus dan mengecilkan bahaya perforasi.
Kemudian anastesi umum, misalnya dengan penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang,
satu atau dua serviks menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum belakang
dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si penolong untuk mengadakan fiksasi
pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri
internum. Sonde uterus dimasukkan dengan hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum uteri.
Sesudah itu dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer kecil hingga yang secukupnya,
tetapi tidak lebih dari busi nomer 12 pada seorang multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh
melebihi panjang sonde uterus yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang primigravida lebih sulit dan
mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri, sehingga lebih baik dilakukan pada kehamilan yang
lebih muda dan diadakan dilatasi yang sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat dilakukan dengan kuret tajam. Harus
diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar ovum kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan secara
sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil
konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak
mungkin dengan cunam abortus, kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar.
Apabila perlu, dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus dikeluarkan esok harinya.
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan pembukaan kanalis servikalis
yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap.
Dimasukkan dahulu ganggang laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung
atasnya masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian dimasukkan
tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air, sehingga diameternya bertambah dan
mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan
dan pembukaan dapat dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeki dan
perdarahan mendadak.
Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh karena perdarahan tidak seberapa banyak dan
bahaya perforasi lebih kecil.
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual,
bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang
dan jalannya kavum uteri. Anastesi umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block dilakukan
dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing dekat pada perbatasannya pada
serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang
besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut dimasukkan sampai
setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret digerakkan naik turun sambil memutar
porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit.
Pada kehamilan yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi lainnya diisap
keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan kuret biasa (Prawirohardjo, 2007).
Cunam Abortus
Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk
mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai
untuk membersihkan sisa sisa yang ketinggalan saja.
Perhatian : Memegang, mamasukkan dan menarik alat alat haruslah hati hati. Lakukanlah dengan lembut
sesuai dengan arah dan letak rahim (Harnawatiaj, 2008).
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga bekas operasinya
dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu
tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya
adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau
muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang
kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan
dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus memastikan apakah
pasien sudah bernapas spontan atau belum
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai
dipindahkan ke ruangan perawatan.
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang sudah dibekali
ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-
buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat.
Berikut adalah dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus
diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret
kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter
kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya
bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, Jika terjadi perdarahan maka segera
datang lagi ke dokter.
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika
menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu
kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi.
Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
a. Data Subyektif
1. Biodata
Untuk mengetahui nama ibu dan suami, agama, pendidikan, pekerjaan ibu dan suami serta alamat ibu dan suami
sekarang.
2. Alasan datang
3. Keluhan utama
Apakah ibu sekarang sedang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM,
Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).
Apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit /tidak sedang menderita penyakit
menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis
HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).
7. Riwayat haid
Menanyakan umur pertama menstruasi, berapa lama menstruasi, teratur / tidak, ada keluhan / tidak selama
menstruasi.Untuk mengetahui HPHT / TP, keluhan saat hamil, keputihan atau tidak.
8. Riwayat pernikahan
Status pernikahan, berapa kali menikah, umur pertama kali menikah dan lama menikah.
Trimester I : apakah ibu mengalami keluhan yang biasanya terjadi pada hamil muda
seperti mual muntah, periksa ke mana, sebanyak berapa kali dan mendapattablet tambah
darah,vitamin lain
Trimester III : apakah ibu mengalami keluhan seperti merasakan sesak, sering kencing,
dll. Periksa kemana,apakah ibu sudah merasakan kenceng-kenceng dan mengeluarkan
cairan darah/lendir dari kemaluannya.
11. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan kontrasepsi apa, apa rencana KB, alasan memilih KB tersebut dan ingin berapa lama.
12. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Personal hygiene
d. Pola istirahat/tidur
e. Pola seksual
Terutama hormon progesteron yang tidak cepat turun walaupun UKcukup, sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitoxin kurang. Dan yangpaling menentukan adalah produksi
prostaglandin kurang yang menyebabkan his tidak kuat / tidak ada.
Bagaimana hubungan ibu dan keluarga, apakah ibu terlibat dalam kegiatan:
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Nadi : 80 88 x/mnt
RR : 16 24 x/mnt
TB : > 145 cm
2. Pemeriksanaan Khusus
a. Inspeksi
Mata : Apakah konjungtiva pucat, sklera kuning / tidak, penglihatan normal / tidak
Mulut : Bersih / tidak, pucat / tidak, caries gigi / tidak, stomatitis / tidak
Abdomen : Ada bekas operasi/ tidak, ada striae livida / albican, linea nigra / tidak
Ekstrimitas : Simetris, ada odem, tidak varises, ada nyeri tekan / tidak
b. Palpasi
c. Auskultasi
3. Data Penunjang
USG: Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan didalamnya.
2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Ds : - Ibu mengatakan keluar darah sedikit kemarin pagi jam 05.30 WIB
-Ibu mengatakan kemarin melakukan USG dan janinnya tidak berkembang dan harus dikuret
Do :
Keadaan Umum : ..
Kesadaran : ..
T : ..mmHg
N : ..x/menit
S : ..oC
RR : ..kali/menit
Inspeksi
Palpasi
Pada ibu
Perdarahan pervaginam
Intervensi
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan ibu kooperatif.
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi
keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak normal.
2.3.6 Implementasi
2.3.7 Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
DI RS MANU HUSADA
3.1 Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit kemarin pagi jam 05.30 dan merasa sakit perut (mules) hilang
timbul.
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,), menurun (DM, Hipertensi,
Asma), dan menahun (Jantung).
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular(TBC), menurun seperti (DM,Hipertensi,Asma),dan
menahun (Jantung),ibu hanya pernah sakit batuk filek dan tidak pernah masuk RS.
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular(TBC,),menurun (DM,
Hipertensi, Asma),dan menahun (jantung), serta tidak ada riwayat kembar.
6. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 18-12-13
TP : 25-09-14
7. Riwayat perkawinan
Kawin ke : 1 tahun
Lama : 9 tahun
8. Riwayat KB
Lama : 1 tahun
Nifas
H.ke Jenis Pnlg Cara Pnykt sex BB/PB H/M Umur HR ASI
2 Hamil
ini -
Riwayat Kehamilan
HE : Jangan makan-makanan yang memicu mual, banyak istirahat, makan sedikit-sedikit tapi
sering.
Pola Eliminasi BAB 1-2 /hari rutin, BAB 1-2 /hari rutin,
konsistensi lunak, warna konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas feses. kuning, bau khas feses.
BAK 52-3/hari, warna BAK 5-6/hari, warna
kuning jernih, bau khas. kuning jernih, bau khas.
Di RS, ibu BAK 1x
sebelum dikuretase.
Di RS Ibu hanya
Ibu mengatakan kebiasaan berbaring di atas tempat
di rumah mengerjakan tidur,karena akan
Aktivitas pekerjaan rumah tangga, dilakukan kuretase
seperti memasak, mencuci
dan membersihkan rumah
1. Psikologis
2. Sosial
3. Spiritual
Ibu mengatakan beragama islam, Ibu selalu menjalankan Ibadah (sholat 5 waktu), saat ini
Ibu hanya bisa berdoa sambil berbaring
4. Budaya
Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu dan jika sakit berobat ke petugas kesehatan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : tidak Pucat, tidak ada oedem, ekspresi wajah grimace / meringis,cloasma gravidarum tidak ada.
Mata : Simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva merah muda, tidak ada gangguan penglihatan.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Simetris, tidak ada hiperpigementasi areola dan papila mammae tidak menonjol, bersih,
Genetalia : Vulva vagina terlihat bercak darah warna kecoklatan ,tidak ada kelainan pada vulva,
Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan bendungan vena jugularis.
Payudara : Tidak terdapat benjolan abnormal, ASI belum keluar, tidak ada nyeri tekan.
Perut : Kembung (-), TFU belum teraba, ballottement +, ada nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
- USG Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan didalamnya.
Do : K/U : baik
Kesadaran :composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5o C BB : 50 kg
Inspeksi
Abdomen : tidak ada linea alba dan linea ngra, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Pada ibu
o Perdarahan pervaginam
3.5 Intervensi
Kriteria hasil :
TTV :
N : 70 90x/mnt
S : 36,5 37,5C
RR : 16 24x/mnt
Intervensi
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan ibu kooperatif.
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi
keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak normal.
3.6 Implementasi
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36.5 C
RR : 20x/menit
TD : 100/70 mmHg
SpO2 : 100
N : 72 x/mnt
3.7 Evaluasi
S : ibu mengatakan kepalanya masih pusing dan serasa mengantuk setelah dikuretase,
N : 72 x/menit
S : 36.5
RR : 20 x/menit
Catatan Perkembangan
- Kesadaran : composmentis
N : 78 x/menit
S : 36.5
RR : 18 x/menit
A : masalah teratasi
4. jelaskan bahwa perdarahan ibu akan berhenti beberapa hari setelah kuretase
- Pospargin 3 x1/hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Kuretase dapat dilakukan atas indikasi blighted ovum Setelah dilakukan pengkajian data pada NYA
didapatkan bahwa NYA GII P1001 Ab000 dengan Blighted Ovum.
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa NYA GII P1001 Ab000 dengan Blighted Ovum . Untuk mencegah
terjadinya komplikasipasca kuretase maka dilakukan identifikasi kebutuhan segera yaitu : Observasi TTV,
Observasi perdarahan, Observasi cairan infus, Observasi kesadaran, melakukan KIE dan kolaborasi dengan
dokter SpOG dalam pemberian terapi.
Dari diagnosa diatas direncanakan tindakan perawatan yaitu : Melakukan observasi TTV
sebagai indikator untuk mengetahui penyimpangan, , melakukan observasi cairan infus,
memotivasi ibu untuk mobilisasi bertahap guna untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu,
memotivasi ibu untuk makan makanan bergizi, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
dalam pemberian terapi, adapun terapi yang diberikan untuk NYA adalah injeksi :
Primperan,Gentamicin. obat oral: Amoxan3x1 Dosis 500 mg, Pospargin 3 x1/hari,.Rencana
tindakan diatas semuanya dilakukan pada NYA,berjalan lancar sesuai rencana tanpa ada
masalah. Setelah diberikan penanganan dan dievaluasi NYA membaik dan diijinkan pulang
. Nasihat yang diberikan pada NYA sebelum pulang antara lain : Personal hygenis,
aktivitas yang berat dihindari, menjaga kebersihan dirii, dan pola nutrisi. Hasil yang
didapatkan NYA paham tentang cara perawatan dirinya, dan NYA kooperatif dalam
tindakan yang dilakukan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di
dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala
kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning
sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif. Pada kasus didapatkan
nyA GII P1001 Ab000 dengan blighted ovum dilakukan terminasi kehamilan dengan
dilakukan kuretase.
5.2 Saran
Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan serta harus mampu mengenali tanda- tanda bahaya yang terjadi pada
ibu post partum sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi.
http://midwifest.blogspot.co.id/2015/04/asuhan-kebidanan-ibu-hamil-dengan.html
1. Pengertian
Blighted ovum atau BO adalah kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio.
Blighted Ovum adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada
kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
(Hanifa W. 2006)
(Mochtar R. 2008)
2. Etiologi
Hingga saat ini tidak ada penyebab pasti yang dapat menyebabkan terjadinya Blighted Ovum,
tapi ada beberapa faktor yang turut menjadi pemicu terjadinya Blighted Ovum, antara lain:
- Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas sel
telur yang tidak bagus.)
- Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan
terjadinya blighted ovum
- Faktor usia
Semakin tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted ovum.
3. Patofisiologi
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun
dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat
infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap
tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan
sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil
konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan
menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami
ibu hamil pada umumnya.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dantanda-
tanda mungkin termasuk:
- Kram perut
- Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang yang biasanya dapat menjadi acuan ialah dengan USG, diagnosis
pasti bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6 7 minggu. Sebab saat itu diameter
kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 mm sehingga bisa terlihat lebih jlas. Dari situ
juga akan tampak adanya kantung kehamilan dan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan
anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya
30mm tidak dijumpai struktur mudigah dan kantong telur.
8. Pencegahan
- Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. ibu hamil pun harus menjaga
kebersihan diri dan lingkungan tepat tinggalnya.
- Pastikan calon ibu hamil benar bena sehat saat akan merencanakan kehamilan.
- Bukan hanya calon ibu hamil, tetapi calon ayah pun harus memulai pola hidup sehat dan
meninggalkan kebiasaan buruk seperti merokok
- pemeriksaan kehamilan secara rutin. Sebab kehamilan kosong jarang terdeteksi saat usia
kandungan masih di bawah 8 bulan.
9. Penatalaksanaan
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil
konsepsi dari rahim (kuretase).
Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi
penyebabnya.
- Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang.
- Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan.
Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat
diupayakan jika kemungkina penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang
rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil hormon
seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit
kepala dan perubahan suasana hati, dll. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara
langsung, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam
hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan itu
mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seiringkali lebih tinggi.
Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks
kemudian dilakukan kuretase.
A. Pengkajian
- Identitas klien meliputi : nama, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, status
perkawinan
- Data umum kesehatan meliputi: tinggi badab, berat badan, masalah kesehatan khusus,
obat-obatan.
Keadaan umum, TTV, jika keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
- Pemeriksaan genikologi
Ada tidaknya tanda akut abdomen jika memungkinkan, cari sumber perdarahan, apakan dari
dinding vagina atau dari jaringan servik.
- Pemeriksaan vaginal touche: bimanual tentukan besat dan letak uterus, tantukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan kedalam ostium dengan mudah atau tidak.
Daftar Pustaka
Hanifa W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Restiana Setyorini
Amd.Kep
Friday, September 13, 2013
1. Definisi
Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong
gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
Blighted Ovum (BO) Kehamilan Kosong adalah gejala dimana rahim/kandungan ibu membesar
seperti orang hamil walaupun di dalam rahim tersebut tidak terdapat janin sama sekali.
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam
kandungan. Seperti kehamilan pada umumnya, ibu yang mengalami kehamilan kosong ini juga
mengalami terlambat menstruasi, mual dan muntah diawal kehamilan serta terjadi pembesaran
perut. Selain itu juga saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun
positif.
2. Etiologi
a. Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas sel telur
yang tidak bagus.)
b. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya
blighted ovum
c. Faktor usia
Semakin tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted ovum.
3. Patogenesis
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor
maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk
plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim.
Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan
memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah
terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala
kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena
tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG
(human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang wanita
baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG
transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7
minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga
bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan
tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan
tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang
membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau
penyakit usus.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan
sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang
tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi
terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Resiko juga meningkat bila usia suami atau
istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi
dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted
ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak
berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan
seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita
penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama
bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik,
memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan
berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch),
maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam
rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan
otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang
dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.
4. Manifestasi Klinis
a. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
c. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
5. Pencegahan
a. Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus
selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
b. Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa calon ibu
benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
d. Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok
dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
e. Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi saat
usia kandungan masih di bawah delapan bulan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan DJJ
Pemeriksaan USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya janin yang
berkembang dalam rahim
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Identitas klien meliputi : nama, uumr, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, status perkawinan
Data umum kesehatan meliputi: tinggi badab, berat badan, masalah kesehatan khusus, obat-
obatan.
Perdarahan, haid terakhir dan pola siklus haid
Keadaan umum, TTV, jika keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
c. Pemeriksaan genikologi
Ada tidaknya tanda akut abdomen jika memungkinkan, cari sumber perdarahan, apakan dari dinding
vagina atau dari jaringan servik.
e. Pemeriksaan vaginal touche: bimanual tentukan besat dan letak uterus, tantukan juga apakah
satu jari pemeriksa dapat dimasukkan kedalam ostium dengan mudah atau tidak.
8. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.
Hanifa W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
a. Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong
kehamilan) dan air ketuban saja.
b. Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung kehamilan berkembang di dalam rahim, namun
kantungkosong dan tidak mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti berkembang
pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.
c. Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, tetapi
embrio tidak berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak embrio itu sendiri.
d. Blighted ovum adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan
berhenti berkembang sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal)
e. Blightedovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi
embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri.
Blightedovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentangkehamilannya.
2. Etiologi
a. Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas seltelur yang tidak bagus).
b. Blightedovum merupakan penyebab sekitar 50% kegugurantrimester pertama dan biasanya merupakan akibat dari
masalahkromosom. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tidak mencoba untuk
melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh
pembelahan sel abnormal, atau kualitas sperma yang buruk atau telur.
c. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum.
d. Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blightedovum.
e. Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing
manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkanterjadinya kehamilan kosong.
f. Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahansel telur dan sperma. Tubuh ibu
mengenali adanya kromosom yang abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak
melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal yang sehat. Hal ini dapat
disebabkan oleh pembelahansel yang abnormal, atau kualitas sperma atau telur yang kurang baik. Infeksi TORCH dan
streptokokus, penyakit kencingmanis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor
imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blightedovum. Risiko juga meningkat bila usia
suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
3. Patogenensis
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab
(diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janintidak berkembang sama sekali. Hasil
konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akanmengirimkan sinyal pada
indung telur danotak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan
oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu
hamil pada umumnya hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone HCG (human chorionic gonadotropin) dimana
hormonini akanmemberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam
dan menyebabkan tes kehamilanmenjadi positif.Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya
mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
4. Manifestasi Klinis
a. Pada awal kehamilan berjalanbaik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
c. Blightedovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilanmemasuki 6-7 minggu.
e. Blightedovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkintermasuk :
1) Periode menstruasiterlambat
2) Kram perut
5) Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
7) Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat)
5. Diagnosa
b. Pemeriksaan fisik
c. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan penunjang (USG) Diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukansaat kehamilan
memasuki usia 6-7minggu. Sebabsaat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat
lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan
anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur
mudigah dan kantong kuning telur.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorangwanita baru dapat diindikasikan
mengalami blightedovum bila telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Karena gejalanya yangtidak spesifik,
makabiasanya blightedovum baru ditemukan setelah akantejadi keguguranspontan dimanamuncul keluhan perdarahan.
Selain blightedovum, perut yang membesar seperti hamil,dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau
penyakit usus.
6. Penatalaksanaan
Jika telah di diagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil
kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blightedovum lalumengatasi penyebabnya . Jika karena infeksi maka
dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi
sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Lebih pentingadalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan konseling
dan meyakinkan mereka bahwa proses inisangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan
dapat mencoba lagi. Tidak perlu menunggu sangat lama.Umumnya sel telur blighted adalah kejadian acak dankemungkinan
pengulangan cukupkurang.
7. Pencegahan
a. Dalam banyak kasus blightedovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasanganseharusnya melakukan tes genetika dan
konseling jika terjadi keguguran berulang di awalkehamilan. Blighted ovum seringmerupakan kejadian satu kali, dan jarang
terjadi lebih dari satukali pada wanita.
b. Untuk mencegahterjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan
TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya,
melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikankebiasaan merokok agar kualitas
sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama Istri / Suami : Untuk mengetahui identitas.
Agama : Untuk memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan dalam memberikan asuhan
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang digunakan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien sehingga memudahkan kunjungan rumah.
2) Keluhan Utama
Pada kasus blightedovum kemungkinanmengalami kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
Keluhan padaTrimester I : Chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada kehamilan 12-14 minggu) sering
kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
Untuk mengetahui apakah klien pernah atau tidak pernah menderita penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun
(DM, HT, asma, dll) serta serta penyakit infeksiseperti TORCH.
Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikutmenyebabkan terjadinya blighted ovum.
Untuk mengetahui bagaimana keadaan kesehatan klien saat ini, apakahklien sedang menderita menular (seperti TBC, kusta),
penyakit menurun (jantung, Diabetes,hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti TORCH.
Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikutmenyebabkan terjadinya blighted ovum.
Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya/ keluarga suaminya ada atau tidak yang mempunyai penyakit menurun(seperti
DM, HT, asma, dll), penyakit menular(TBC, Kusta) serta ada atau tidak yang mempunyai keturunankembar, bila ada siapa. Perlu
dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga yang dapat menurunatau menular pada ibu sehingga mempengaruhi
masa kehamilan.
6) Riwayat Pernikahan
Menikah : kali
Ditanyakan kawin berapa kali, umur/ lama perkawinan, jarak perkawinan dengankehamilan, perkawinan pada masyarakat
pedesaan sering terjadi pada usia muda,yaitu sekitar usia menarche resiko melahirkan BBLR sekitar 2 kali lipat dalam 2 tahun
setelahmenarche disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Semua ini akanmenyebabkan kebanyakan
wanita di negara berkembangmempunyai TB yang pendek.
7) Riwayat Menstruasi
Ditanyakan kapan pertama kali klien mendapat haid (menarche), apakah haidnya teratur atau tidak, berapa hari siklus haidnya,
berapa lama haidnya, berapa banyak darah haid yang keluar selama haid, bagaimana warna darah haidnya, bagaimanabaunya
dan konsistensinya. Juga ditanyakan keluhan apa saja yang dialami klien saathaid. Apakah dismenorhoe, bila ya, kapan : apakah
klien saat haid, apakah dismenorhoe, bila ya, kapan : apakah klien pernah mengalami flour albus, bila ya kapan, bagaimana
warna flour albus, apakah berbauatau gatal, bagaimana konsistensinya dan jumlahnya. Menarche sekitar umur 13-16 tahun
Siklus 28-30 hariLama 3-5 hari Jumlah + 50 cc.
Untuk mengetahui adakahpenyulit-penyulit yangmenyertai kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kelainan pada masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah caesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau
vorseps, induksioksitosin, hipertensi yang diinduksioleh kehamilannya, preeklampsi/ eklampsia, perdarahan pasca persalinan)?
Kehamilan
Apakah selama hamil ada penyakit yangmenyertai kehamilan seperti hipertensi, anemia , penyakit jantung, asma, TBC, kencing
manis.adakahmasalah yangdiderita ibu selama hamil, misalnya hiperemesis gravidarum yang dapatmenyebabkan anemia.
Frekuensi ibu ANC ditanganioleh tenaga kesehatan, obat atauvitamin yang dikonsumsi ibu saat hamil
Blightedovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
Persalinan
Ibu melahirkan tanggal dan jam berapa, pada usia kehamilan berapa, dimana,ditolong oleh siapa, jenis kelamin anaknya, berat
dan panjangnya, spontan ataut indakan, anak lahir langsungmenangis atau tidak, adakah penyulit selama proses persalinan
seperti inersia uteri, tetania uteri, perdarahan atauKPD
Nifas
Bagaimana keadaan nifas ibu saat ini, apakah ibumengalami demam atauperdarahan, apakah ibu menyusui bayinya
10) Riwayat KB
Ditanyakan apakahklien pernah ikut KB atau tidak, jenis ataumetode KB apa yang digunakan, berapa lama menggunakan
menggunakanmetode KB dari apakah klienmengalami efek samping akibat KB tersebut, bila iya, efek samping apa yang dialami,
apa yang dilakukan klien terhadap efek samping tersebut, apa rencana KB klien setelahmelahirkan
a. Pola Nutrisi
Sebelum Hamil : Berapa kali ibumakan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja menunya, serta adakah
tambahan makananselain nasi.
Selama hamil : Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja menunya, serta adakah
tambahan makananselain nasi. Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamiladalah300 kalori per hari, dengan
komposisi menu seimbang(cukupmengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin, mineral, air)
b. Pola Eliminasi
Sebelum hamil :
BAB : Berapa kali sehari, warna tinjanya apa, konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak saat BAB, kalau
adaapa keluhannya
Saat hamil :
BAB : Berapa kali sehari, warna tinjanya apa, konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak saat BAB, kalau
adaapa keluhannya.
Sebelum hamil : Aktifitas apa saja yang bisa dikerjakan ibu sehari-hari.
Saat hamil : Aktifitas apa saja yang bisa dikerjakan ibu sehari-hariselama kehamilan inib.
d. Pola Istirahat/Tidur
Sebelum hamil : Bagaimana pola kebiasaan istirahat ibu, baik siangmaupun malam.
Saat hamil : Bagaimana pola kebiasaan istirahat ibu, baik siangmaupun malam pada kehamilan ini.
Saat hamil : Bagaimana ibu menjaga hygiennya, ibu mandi berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali sehari, keramas
berapa kali sehari.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk badan, kesadaran.
d. Tanda-tanda vital :
TD : Tidak bolehmencapai 140/90 mmHg, perubahan 30 sistole dan15 diastole diatas tekanan darah sebelum hamil
menekankan toxemia gravidarum.
Suhu : 36,5-37,5
RR : 16-20 x/menit.-
e. Berat badan
Pada akhir kehamilan pertambahan berat badan total adalah9-12 kg. Bila terdapat kenaikanyang berlebih, perlu diperkirakan
adanya resiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau bayi besar.
f. Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko untuk ibu hamil/bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm
dimungkinkan ibu memiliki panggul sempit.
g. LILA
Lila kuramng dari23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang /buruk, ibu beresiko untuk
melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
i. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Kepala dan Wajah : Meliputi keadaan rambut, apakah ada edema pada wajah , warna pada sklera mata,warna konjungtiva.
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan pembesaranvena jugularis.
Payudara : Mengamatibentuk, ukuran, dankesimetrisannya, puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya
kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe.
Genetalia : Apakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema, condilomatalata, condylomaacuminata,
pembesarankelenjar skene dan bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi
Diagnosa Keperawatan
Intervensi keperawatan
Rencana Tindakan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional TTD
Keperawatan
Keperawatan
Rencana Tindakan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional TTD
Keperawatan
Keperawatan
5. Menghindari
perilaku isolasi sosial
karena faktor
5. Dorong keluarga
perubahan kondisi
untuk menemani
tubuh dan kesehatan
pasien
dan meningkatkan rasa
aman pasien
6. Pengetahuan yang
adekuat sehingga
6. Bantu pasien pasien mampu memilih
mengenali situasi mekanisme koping
yang menimbulkan yang tepat terhadap
kecemasan stress
7. Relaksasi pikiran
menstimulasi rangsang
7. Instruksikan
saraf agar menjadi
pasien menggunakan
tenang dan rileks
teknik relaksasi
7. Mengetahui pola
8. Pastikan teknik
normal metabolik
perawatan luka yang
tepat 8. Mencegah infeksi
terjadi pada luka pada
9. Anjurkan pasien
pasien
istirahat adekuat
9. Proses istirahat
adekuat akan
10. Kolaborasi dengan membantu proses
dokter untuk regenerasi jaringan
pemberian antibiotik dalam tubuh
10.Tahap penanganan
infeksi dan
menurunkan risiko
penyebaran infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho use. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi
2. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
A. PENGERTIAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
B. ETIOLOGI
Kelainan kromosom
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan berat dan
toksoplasmosis.
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks, mioma uterus dan kelainan
bawaan uterus.
C. PATOGENESIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya
(blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus pspiraseus.
D. MANIFESTASI KLINIK
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simpisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi :
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak
menonjol atau tidak nyeri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan Doopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
F. KOMPLIKASI
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
G. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminen
Istirahat baring agar aliaran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas
Tes kehamilan dapat dilakukan,. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
2. Abortus insipien
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan
kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskuler.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
3. Abortus inkomplit
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCL fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin tranfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan ergometrin
0,2 mg intramuskuler
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
4. Abortus komplit
Bila kondisi paisen baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5 hari.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.
5. Missed abortion
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam
Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segera sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan servik dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi servik dengan dilator Hegar. Kemudian
hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
Bial tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik garam 20% dalam cavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus septik
Penanggulangan infeksi
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan , sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Berduka antisipasi yang berhubungan dengan distres akibat kehilangan dan atau
perasaan bersalah
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan efek prosedur, kurang pemahaman
tentang perawatan diri praoperasi dan pasca operasi
Nyeri akut yang berhubungan dengan efek prosedur dan atau peristiwa pasca operasi.
Defisit self care berhubungan dengan prosedur terapi tirah baring, nyeri
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Swasta
a. Keluhan utama
Klien mengeluh keluar darah lewat vagina sejak hari senin, terasa nyeri pada perut dan
pinggang, kenceng-kenceng, nyeri tidak menyebar, skala 7
b. Faktor pencetus
Kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit sekarang ini, klien pernah dirawat di
rumah sakit dengan diagnosa abortus imminent. Klien hamil 5 bulan/20 minggu,
G2 P1 A0
e. Riwayat obstetri
d. Imunisasi : vaksin TT
V. PEMERIKSAAN FISIK
TB : 158 cm
N = 92 X/menit S = 37 C
d. Kepala : mesochepal
11 Oktober 2007
Bila sakit, klien selalu memeriksakan kesehatannya ke puskesmas, selama hamil, klien
pernah dirawat di RSUD Panembahan Senopati pada bulan September dengan diagnosa
abortus imminent.
Diet RS habis tiap porsi, pasien minum 5-6 gelas per hari
c. Eliminasi
Pasien BAB satu kali per hari, konsistensi lunak, warna kuning bau khas feses. Pasien
terpasang DC ukuran 16 sejak 11 Oktober 2007
Selama hamil pasien melakukan aktivitas mandiri, tetapi setelah didiagnosa abortus
imminent, pasien bedrest selam beberapa hari, tapi setelah itu pasien aktivitas lagi
seperti semula, akhirnya klien masuk rumah sakit. Selama di rumah sakit pemenuhan
ADL pasien dibantu oleh keluarganya
Sebelum masuk rumah sakit, klien tidur 6-7 jam sehari,. Setelah masuk rumah sakit dan
post kuretase klien tidur 5-6 jam sehari
Pasien pendidikannya SLTA, pertanyaan yang di ajukan oleh perawat dijawab dengan
lancar
Klien merasa sedih karena anak yang dikandungnya mengalami keguguran, padahal
pasien ingin punya anak lagi
Hubungan klien dengan keluarga baik dan hubungan klien dengan masyarakat juga baik
Selama hamil melakukan hubungan seksual kadang 1-2 minggu sekali, tetapi setelah
didiagnosa abortus imminent, klien tidak melakukan hubungan seksual lagi karena takut
terjadi apa-apa dengan janinnya.
Klien anak kedua dari lima bersaudara, orang tua klien sudah meninggal. Suaminya
adlah anak ketiga dari empat bersaudara, orang tuanya juga sudah meninggal dunia.
Klien mempunyai 1 orang anak laki-laki berusia 13 tahun.
VIII. KELUARGA BERENCANA
Selama 7 tahun setelah kelahiran anak pertama, klien menggunakan IUD. Setelah itu
klien melepas IUD karena ingin punya anak lagi.
Hb : 10,6 gr%
AL : 13,8 ribu
AT : 308 ribu
Gol. Darah :O
PPT : 13,1detik
HbsAg : negative
X. TERAPI
Transfusi darah
IV Penambah darah
Transfusi darah
IV Penambah darah
DS :
DO :
DS :
DO :
- konjungtiva anemis
- pasien lemah
DS :
DO :
- kontak mata buruk
- gelisah
- pandangan sekilas
DO:
DS :
DO :
- pasien lemah
- Pasien bedrest
- Toileting dibantu
- Mobilisasi dibantu
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012_03_03_archive.htm
l