Você está na página 1de 22

Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) adalah sebuah metode pengobatan di dunia


kedokteran. Hiperbarik adalah suatu keadaan yang berada dalam lingkungan bertekanan
tinggi , melebihi tekanan di atas permukaan laut ,atau lebih dari 1 ATA. Kemudian dalam
lingkungan hiperbarik ini diberikan oksigen murni (100%) sebagai media napas, yang
merupakan salah satu unsur terapi. Oksigen murni artinya semua unsur gas yang ada di
dalamnya hanya mengandung oksigen kira-kira 99,9% ,sedangkan sisanya adalah beberapa
unsur gas lain nya.

Lingkungan Hiperbarik di dunia kedokteran biasa dikenal dengan istilah ruang


hiperbarik. Ruang ini telah di desain sedemikian rupa agar pasien dapat menggunakan
oksigen murni sebagai media nafas. Pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik harus
masuk ke dalam ruang hiperbarik sambil menghisap oksigen murni.Tindakan ini merupakan
sebuah tindakan medis kedokteran yang aman, dapat di iikuti oleh siapa saja, tidak
bergantung pada usia, selama tidak memiliki kontraindikasi terhadap tindakan oksigen
hiperbarik.

Tekanan tinggi di dalam ruang hiperbarik yang biasa diberikan tergantung kepada dua
hal yaitu jenis terapi yang akan diberikan dan bergantung pada umur. Untuk kasus penyakit
klinis ,biasanya tekanan udara yang diberikan berkisar antara 1,3 ATA sampai dengan 2,8
ATA. Tetapi dalam kasus penyakit akibat penyelaman volume tekanan udara dapat mencapai
6 ATA.

II.2.1.Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik pada Penyakit Penyelaman

Pada penyelaman , saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman terjadi
saturasi jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju ke permukaan
terjadi desaturasi.

Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas nitrogen / gas lembam lainya diatur
menurut prosedur dekompresi. Jika terjadi kesalahan prosedur dekompresi atau prosedur
berenang naik menuju ke permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau
dipermukaan dapat terjadi keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas
Nitrogen. Helium maupun gas lembam lainnya tergantung jenis gas pernafasan yang dipakai.
Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan partial gas
nitrogen yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu, maka sesuai hukum Henry
sebagian larutan gas nitrogen akan berubah menjadi gas kembali sehingga terbentuklah
gelembung gas lembab.

Gelembung gas lembam yang terjadi dapat menyebabkan penyakit dekompresi


maupun emboli pada penyelam. Jika diberikan tekanan tinggi pada tubuh kita maka
gelembung tadi akan mengecil volume dan diameter nya ,selain itu gelembung nitrogen akan
kembali menjadi larutan.

Jika pada penderita penyakit dekompresi dan emboli diberikan oksigen tekanan tinggi
maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat dan efektif ,dibandingkan
jika penderita diberikan udara tekanan tinggi.

Untuk efektivititashasil terapi OHB maka OHB harus dilaksanakan sebelum 5-6 jam
sejak munculnya gejala, maksimum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi OHB
hasilnya semakin baik karena belum terjadi komplikasi mekanis dan biokimaiwi yang
ditimbulkan oleh bubble sehingga belum ada kerusakan jaringan yang permanen. Kesalahan
prosedur dekompresi sering menimbulkan Silent bubble (glembung gas yang tidak
menimbulkan gejala) yang tidak diketahui oleh penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus
omitted decompression perlu dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di
dalam RUBT maupun di air, atau dengan Tabel Pengobatan. Dalam hal ini di kalangan
penyelam yang paling sering digunakan adalah tabel rekompresi dari US Navy.

Aturan pemakaian tabel pengobatan

a. Selalu

1. Menepati tabel pengobatan dengan akurat

2. Di dalam RUBT harus ada perawat kesehatan penyelaman yang trampil untuk
mendampingi penderita

3. Kecepatan turun (descent/kompresi) dan kecepatan naik (ascent/dekompresi) harus tepat.

4. Periksa pasien dengan teliti pada kedalaman dimana gejala hilang dan pada kedalaman
pengobatan
5. Obati penyelam yang tidak sadar sebagai penderita emboli atau penyakit dekompresi,
kecuali diagnose tersebut dapat disingkirkan.

6. Gunakan tabel pengobatan dengan udara hanya jika system oksigen tidak dapat dipakai

7. Hati-hati terdapat kemungkinan keracunan oksigen.

8. Jika penderita kejang-kejang karena keracunan oksigen, segera lepas masker oksigen,
lindungi penderita agar tidak cedera (kepala terbentur, lidah tergigit).

9. Awasi pemakaian oksigen dengan ketat sesuai batas waktu dan batas kedalaman pada
tabel.

10. Periksa kondisi pasien sebelum dan saat tiba pada stasiun dekompresi dan selama
dekompresi

11. Setelah pengobatan selesai, awasi penderita selama 6 jam untuk menajaga kemungkinan
terjadinya kekambuhan

12. Pelihara ketepatan waktu dan catat semua kejadian saat pengobatan.

13. Pelihara dan siapkan alat P3K untuk siap pakai setiap saat diperlukan.

b.Tidak Boleh

1. Melakukan pemendekan atau tabel pengobatan kecuali atas perintah dokter ahli kesehatan
penyelaman

2. Membiarkan penderita tidur pada saat perubahan kedalaman atau tidur lebih dari satu jam
pada kedalaman tertentu

3. Menunggu alat resusitasi, jika terjadi kegagalan pernafasan lakukan pernafasan buatan
mulut ke mulut.

4. Menghentikan terapi selama resusitasi.

5. Memakai oksigen pada kedalaman lebih dari 60 fsw.

6. Menunda melaporkan gejala-gejala yang dialami penyelam

7. Menunda mengobati kasus-kasus yang meragukan


8. Membiarkan penderita di dalam chamber dalam posisi meringkuk karena dapat
mengganggu sirkulasi darah

Tabel 6

Digunakan untuk DCS Tipe 1 yang gejala nya tidak hilang dengan tabel 5 pada kedalaman 60
fsw selama 10 menit atau untuk DCS Tipe 2.
Tabel 6a :

Digunakan untuk DCS Tipe 2 yang disertai gas emboli / dicurigai ada gas emboli
Dasar-Dasar Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Penyakit Klinis

Pengaruh Oksigen Hiperbarik terhadap Mikroorganisme

Timbulnya organisme yang kebal terhadap antibiotic menyebabkan makin


bertambahnya keinginan untuk mendapatkan vaksin antibiotika baru maupun cara-cara yang
dapat meninggikan kemampuan zat antimikroba. Tujuan dari terapi adalah merusak jasad
renik tanpa merugikan tuan rumah (host). Sebab itu tujuan dari pemakaian HBO adalah untuk
mencapai tingkat tekanan parsial oksigen dalam jaringan yang dapat merusak jasad renik,
bukan malah membantu pertumbuhan nya, tanpa adanya efek negative terhadap tuan rumah.

Sebagai zat anti mikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya oksigen
menghambat bakteri gram positif maupun negative dengan kekuatan yang sama. Jadi dengan
demikian oksigen dapat dianggap obat antimikroba yang bersifat bakterisid sedangkan
terhadap kuman aerob bersifat bakteriostatik.

Pada penelitian-penelitian ditemukan bahwa oksigen hiperbarik mempunyai efek


mencegah pertumbuhan fungi, alga ,dan protozoa, namun efek HBO terhadap virus hasilnya
masih saling bertentangan. Ada yang dihambat, ada pula yang di rangsang sehingga
disimpulkan infeksi oleh virus termasuk salah satu kontraindikasi relative terhadap
pemakaian HBO.

Pengaruh Oksigen Hiperbarik Terhadap Sel Jaringan Tubuh

Berdasarkan penelitian tahun 1960-an, penelitian dan kenyataan klinis menyatakan


bahwa pada luka selalu terdapat hipoksia, dan bahwa adanya oksigen merupakan factor yang
menentukan dalam proses penyembuhan luka dan factor penting dalam pertahanan terhadap
infeksi.

Pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast merupakan dasar dari proses


penyembuhan jaringan, karena kolagen adalah protein penghubung (connective protein) yang
mengikat jaringan-jaringan yang terpisah menjadi satu.

Apabila sel dibiarkan anoksik, maka suatu polipeptida precursor kolagen menumpuk
di dalam sel, namun tak ada kolagen yang dilepaskan. Bilamana oksigen diberikan lagi, maka
kolagen dibentuk dalam kecepatan tinggi.
Selain itu jika suplai oksigen meningkat rasio RNA / DNA dalam jaringan meningkat
menunjukkan adanya penambahan pembentukan rough endoplasmic reticulum dari sel-sel
luka dan differensiasi sel makin tinggi tingkatnya.

Namun, peningkatan tekanan oksigen local dalam waktu yang lama melebihi batas
optimum menghambat penyembuhan yang kemungkinan disebabkan efek toksik oksigen
maka dari itu diberikan tekanan oksigen yang tidak melebihi 3 ATA.

Kesimpulan Dasar pemikiran Perlunya Terapi Oksigen Hiperbarik

1. Daerah-daerah atau tempat-tempat yang iskemik atau hipoksik akan menerima oksigen
secara maksimal

2. Di daerah yang iskemik, oksigen hiperbarik mendorong / merasangsang pembentukan


pembuluh darah kapiler baru

3. Di daerah yang iskemik, oksigen hioperbarik mendorong / merasangsang pembentukan


pembuluh darah kapiler baru

4. Pertumbuhan kuman-kuman baik gram positif / negative mengalami penekanan dengan


pemberian HBO

5. Oksigen hiperbarik mendorong pembentukan fibroblast dan meningkatkan efek fagositosis


(bakterisidal) dari leukosit.

Kontraindikasi Penggunaan HBO

Kontraindikasi absolut

Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila sebelum
pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi
pneumothorax tersebut.

Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati atau
keganasan metastatic akan menjadi lebih buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk
pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada keadaan-keadaan luar biasa.

Namun penelitian-penelitian yang dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sel-


sel ganas tidak tumbuh lebih cepat dalam suasana oksigen hiperbarik. Penderita keganasan
yang diobati dengan oksigen hperbarik biasanya secara bersama-sama juga menerima terapi
radiasi dan kemoterapi.

Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang tinggi
berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus sehingga pada bayi premature
secara teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun, penelitian yang kemudian dikerjakan
menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi.

Kontraindikasi relative

Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian, tetapi bukan merupakan kontraindikasi


absolut pemakian oksigen hiperbarik adalah sebagai berikut:

a. Infeksi saluran napas bagian atas, yang menyulitkan penderita untuk melaksanakan
ekualisasi. Dapat ditolong dengan menggunakan dekongestan dan miringotomi bilateral.

b. Sinusitis kornis, menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi, dapat diberikan


dekongestan dan miringitomi bilateral

c. Penyakit kejang, yang menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen.
Namun bilamana diperlukan, penderita sebelumnya dapat diberi anti konvulsan.

d. Emfisema yang disertai retensi CO2. Pada keadan ini ada kemungkinan bahwa
penambahan oksigen lebih dari normal, akan menyebabkan penderita secara spontan berhenti
bernafas akibat hilangnya rangsangan hipoksik. Pada penderita-penderita dengan penyakit
paru disertai retensi CO2, terapi oksigen hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita di intubasi
dan memakai ventilator.

e. Panas tinggi yang tidak terkontrol, dapat merupakan predisposisi terjadinya konvulsi
oksigen. Namun kemungkinan ini dapat diperkecil dengan pemberian aspirin dan selimut
hipotermia. Juga sebagai pencegahan dapat diberikan anti konvulsan.

f. Riwayat pneumothorax spontan. Penderia yang mengalami pneumothorak spontan dalam


RUBT kamar tunggal akan menimbulkan masalah tetapi di dalam RUBT kamar ganda dapat
dilakukan pertolongan-pertolongan yang memadai. Sebab itu bagi penderita yang mempunyai
riwayat pneumothorax spontan, harus dilakukan persiapan-prsiapan untuk mengatasi hal
tersebut.
g. Riwayat Operasi dada. Operasi dada dapat menyebabkan terjadinya lukadengan arr
trapping yang menimbulkan terjadinya waktu dekompresi. Namun setiap operasi dada harus
diteliti kasus demi kasus untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Tetapi jelas
proses dekompresi harus dilakukan sangat lambat.

h. Riwayat Operasi telinga. Penderita yang mengalami operasi pada telinga dengan
penempatan kawat atau topangan plastic di dalam telinga setela stapedoktomi, mungkin suatu
kontraindikasi pemakian oksigen hiperbarik, sebab perubahan tekanan dapat mengganggu
impian tersebut. Konsultasi dengan ahli THT dalam hal ini diperlukan.

i. Kerusakan paru asimotmatik yang ditemukan pada pnerangan atau pemotretan dengan sinar
x ,memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu
dekompresi antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.

j. Infeksi irus. Pada perocobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus menjadi lebih hebat
bila binatang tersebut diberi terapi oksigen hiperbarik. Dengan alas an ini dialnjutkan agar
penderita yang terkena salesma (Cold) menunda pengobatan dengan okisgen hiperbarik
sampai gejala akut menghilang, apabila penderita tidak memerlukan pengobatan segera
dengan oksigen hiperbari.

k. Sferosistosis kongentai. Pada keadaan ini butir-butir darah merah sangat fragil dan
pemberian oksigen hiperbarik dapat diikuti dengan hemolysis yang berat. Bila memang
pengobatan dengan oksigen hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi
penghalang antara lain harus dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi
komplikasi yang mungkin timbul.

l. Riwayat neuritis optic. Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik, terjadinya
kebutaan diubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik. Namun, kasus yang terjadi sangat
sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optic, diperkirakan mengalami
gangguan penglihatan yang berhubungan retina bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen
hiperbarik harus segera dihentikan dan perlu konsultasi dengan ahli mata.

Kategorisasi Penyakit

Kelainan atau penyakit di klasifikasikasikan menurut kategorisasi yang dibuat oleh


The Commite on Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric Medical
Society yang telah mengalami revisi pada tahun 1986 dan 1988.
Dalam revisi ini UMHS tidak lagi memasukkan golongan penyakit untuk penelitian,
namun hanya memakai Accepted Categorization saja, Adapun penyakit-penyakit yang
termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut:

1. Aktinomikosia

2. Emboli udara

3. Anemia karena banyak kehilangan darah

4. Insufisiensi arteri perifer akut

5. Infeksi bakteri

6. Keracunan Karbon monoksida

7. Crush Injury and Reimplanted Appendages

8. Keracunan Sianida

9. Penyakit dekompresi

10. Gas gangrene

11. Cangkokan (graft) kulit

12. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob

13. Osteo-radinekrosis

14. Radionekrosis jaringan lunak

15.Sistitits akibat radiasi

16. Ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi.

17. Kanidiobolus koronotus

18. Mukomikosis

19. Osteomielitis

20. Ujung amputasi yang tidak sembuh


21. Ulkus diabetic

22. Ulkus statis refraktori

23. Tromboangitis obliterans

24. Luka yang tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama

25. Inhalasi asap

26. Luka Bakar

27. Ulkus yang terkait dengan vaskulitis.


1. Konsep Dasar Hiperbarik Oksigen (HBO)
1.1 Batasan HBO
Hiperbarik oksigen (HBO) adalah suatu cara terapi dimana penderita harus berada dalam
suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100 % pada suasana tekanan ruangan
yang lebih besar dari 1 ATA (Atmosfer absolute) (Lakesla, 2009). Kondisi lingkungan dalam
HBO bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan
tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di
dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang dirancang baik untuk kasus
penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis. Individu yang mendapat terapi HBO adalah
suatu keadaan individu yang berada di dalam ruangan bertekanan tinggi (> 1 ATA) dan
bernafas dengan oksigen 100%.
Tekanan atmosfer pada permukaan air laut adalah sebesar 1 atm (Neubeur,1998).
Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli yang
mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1atm adalah 760 mmHg. Dalam
tekanan udara tersebut komposisi unsur unsur udara yang terkandung di dalamnya
mengandung Nitrogen (N2) 79 % danOksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun
demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen
(O2) 100% (Mathieu, 2006).
Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat
seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada
di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase- fase
respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi,utilisasi dan diffusi.
Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang
kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal. Efek fisiologis dapat
dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan oksigen ke
jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma (Mahdi, 2009).
Oksigen dalam darah diangkut dalam bentuk larut dalam cairan plasma dan bentuk ikatan
dengan hemoglobin. Bagian terbesar berada dalam bentuk ikatan dengana hemoglobin dan
hanya sebagian kecil dijumpai dalam bentuk larut. Dalam HBO oksigen bentuk larut menjadi
amat penting, hal ini disebabkan sifat dari oksigen bentuk larut lebih mudah dikonsumsi oleh
jaringan lewat difusi langsung dari pada oksigen yang terikat oksigen lewat sistem
hemoglobin (Guritno, 2005)

1.2 Dasar Fisiologi


Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai berikut:
a. Fase Respirasi
Seperti diketahui, kekurangan oksigen pada tingkat sel menyebabkan terjadinya gangguan
kegiatan basal yang pokok untuk hidup suatu organisme. Untuk mengetahui kegunaan HBO
dalam mengatasi hipoksia seluler, perlu dipelajari fase-fase pertukaran gas sebagai berikut :
1) Fase Ventilasi
Fase ini merupakan penghubung antara fase transportasi dan lingkungan
gas diluar. Fungsi dari saluran pernafasan adalah memberi O2 dan membuang CO2 yang
tidak diperlukan dalam metabolisme. Gangguan yang terjadi dalam fase ini akan
menyebabkan hipoksia jaringan. Gangguan tersebut meliputi gangguan membran alveoli,
atelektasis, penambahan ruang rugi, ketidakseimbangan ventilasi alveolar dan perfusi kapiler
paru (Pennefather, 2002).
2) Fase Tranportasi
Fase ini merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan organ-organ (sel dan
jaringan). Fungsinya adalah menyediakan gas yang dibutuhkan dan membuang gas yang
dihasilkan oleh proses metabolisme. Gangguan dapat terjadi pada aliran darah lokal atau
umum, hemoglobin,shunt anatomisatau fisiologis. Hal ini dapat diatasi dengan merubah
tekanan gas di saluran pernafasan (Kindwall& Whelan, 1999).
3) Fase Utilisasi
Pada fase utilisasi terjadi metabolisme seluler, fase ini dapat terganggu apabila terjadi
gangguan pada fase ventilasi maupun transportasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan
hiperbarik oksigen, kecuali gangguan itu disebabkan oleh pengaruh biokimia, enzim, cacat
atau keracunan (Kindwall & Goldman, 1998).
4) Fase Difusi
Fase ini adalah fase pembatas fisik antara ketiga fase tersebut dandianggap pasif, namun
gangguan pada pembatas ini akan mempengaruhi pertukaran gas.
b. Transportasi dan Utilisasi Oksigen
1) Efek kelarutan oksigen dalam Plasma
Pada tekanan barometer normal, oksigen yang larut dalam plasma sangat sedikit. Namun
pada tekanan oksigen yang aman 3 ATA, dimana PO2 arterial mencapai 2000 mmhg,
tekanan oksigen meningkat 10 sampai 13 kali dari normal dalam plasma. Oksigen yang larut
dalam plasma sebesar 6 vol % (6 ml O2 per 100 ml plasma) yang cukup untuk memberi
hidup meskipun tidak ada darah (Grim et al, 2009).
2) Haemoglobin (Hb)
1 gr Hb dapat mengikat 1,34 ml O2, sedangkan konsentrasi normal dari Hb adalah 15 gr per
100 ml darah. Bila saturasi Hb 100 % maka 100 ml darah dapat mengangkut 20,1 ml O2 yang
terikat pada Hb (20,1 vol%). Pada tekanan normal setinggi permukaan laut, dimana PO2
alveolar dan arteri 100 mmHg, maka saturasi Hb dengan O2 97 % dimana kadar O2 dalam
darah adalah 19,5 vol %. Saturasi Hb akan mencapai 100 % pada PO2 arteri antara 100-200
mmHg (Grim et al, 2009)
3) Utilisasi O2
Utilisasi O2 rata-rata tubuh manusia dapat diketahui dengan mengukur perbedaan antara
jumlah O2 yang ada dalam darah arteri waktu meninggalkan paru dan jumlah O2 yang ada
dalam darah vena diarteri pulmonalis. Darah arteri mengandung 20% oksigen, sedangkan
darah vena mengandung 14 % vol oksigen sehingga 6 vol % oksigen dipakai oleh jaringan
(Lakesla, 2009).
4) Efek Kardiovaskuler
Pada manusia, oksigen hiperbarik menyebabkan penurunan curah jantung sebesar 10-20 %,
yang disebabkan oleh terjadinya bradikardia dan penurunan isi sekuncup. Tekanan darah
umumnya tidak mengalami perubahan selama pemberian hiperbarik oksigen. Pada jaringan
yang normal HBO dapat menyebabkan vasokontriksi sebagai akibat naiknya PO2 arteri. Efek
vasokontriksi ini kelihatannya merugikan, namun perlu diingat bahwa pada PO2 2000
mmHg, oksigen yang tersedia dalam tubuh adalah 2 kali lebih besar dari pada biasanya. Pada
keadaan dimana terjadi edema, efek vasokontriksi yang ditimbulkan oleh hiperbarik oksigen
justru dikehendaki, karena akan dapat mengurangi edema (Hanabe, 2004).

2. Konsep Dasar Stroke

I. Pengertian
Defisit neurologis yang terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah
otak.
Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu
(WHO, 1989).
Cidera serebro vaskuler atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah kesuatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh thrombus,
biasanya sekunder pada arteri sclerosis, terhadap embolisme barasal dari tempat lain dalam tubuh atau
terhadap perdarahan akibat rupfur arteri (aneurisma).

(Linda Juall Carpenito, 1995).

II. Etiologi
Penyebab-penyebab

1. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya.
Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:

Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau
elastisitas pembuluh darah
Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral
Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik.
3. Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub
arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4. Hypoksia Umum
Hipertensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
CO turun akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.

III. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung).
Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat
atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat
revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

IV. Pemeriksaan Diagnostik


Rontgen kepala dan medulla spinalis
Elektro encephalografi
Fungsi lumbal
Angiografi
Computerized tomografi scaning (CT scan)
Magnetik Resonance Imaging (MRI)

V. Path Ways
Penyakit yang mendasari stroke

Penurunan perfusi jaringan cerebral

Iskemia SNH

Hipoksia

Metabolisme anaerob terganggu Nekrosis jaringan otak Aktifitas elektrolit

Volume cairan bertmbah Pompa Na dan K gagal

Asam laktat meningkat Nadan K influk

Edema cerebral Retensi air

TIK meningkat

Hernia cerebral
VI. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai darah dan O2 keotak menurun,
adanya sumbatan darah ke otak
2. Resiko atropi berhuungan dengan anggota gerak, hemiplegi, paraplegi
3. Reiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik
4. Gangguan perawatan diri berhubungan dengan imobilitas, kecemasan anggota gerak tubuh.

VII. Intervensi

DP Tujuan Intervensi Rasional

Kecemasan b/d Kecemasan berkurang Berikan pendkes bahwa Agar pasien


kelemahan dengan tindakan 1x3 stroke bisa disembuhkan mengetahui penyakit
neurology jam dengan KH: yang diderita
muskuler Gejala yang yang
1. Pasien merasa
bervariasi terjadi
tenang
Monitor status neurology mungkin karena
2. Pasien tidak cemas
dan periksa TTV pasien penekanan cerebral

Mencegah terjadinya
Supaya mengetahui
resiko injuri setelah
aktifitas pasien
tindakan keperawatan
Mengurangi
1x3 jam dengan KH:
Memonitor aktifitas pasien terjadinya resiko
Resiko injuri b/d
Mempertahakan Membantu pasien dalam injuri
kelemahan
posisi agar tidak melakukan aktifitas pada Dapat membantu
anggota gerak
jatuh waktu tersebut program
Kolaborasi: pengembalian
Konsul dengan ahli terapi kekuatan otot
fisik untuk latihan aktif

agar penyakitnya
Bertambahnya cepat sembuh
pengetahuan tentang Agar program terapi
Anjurkan pasien untuk
stroke setelah tidak putus ditengah
minum obat
dilakukan tindakan anjurkan pasien untuk jalan
keperawatan dengan kontrol kembali jika obat Untuk mengetahui

KH: sudah habis seberapa kemampuan

Rendah diri Kaji tingkat kemampuan pasien mengenai

berkurang dengan pasien mengenai penyakitnya


Kurangnya
adanya dukungan panyakitnya
informasi tentang
dari keluarga
stroke b/d
Dapat mengerti
keterbatasan
efek samping
kognitif dan
pengobatan bagi
aturan
pasien dan keluarga
pengobatan

Você também pode gostar