Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tekanan tinggi di dalam ruang hiperbarik yang biasa diberikan tergantung kepada dua
hal yaitu jenis terapi yang akan diberikan dan bergantung pada umur. Untuk kasus penyakit
klinis ,biasanya tekanan udara yang diberikan berkisar antara 1,3 ATA sampai dengan 2,8
ATA. Tetapi dalam kasus penyakit akibat penyelaman volume tekanan udara dapat mencapai
6 ATA.
Pada penyelaman , saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman terjadi
saturasi jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju ke permukaan
terjadi desaturasi.
Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas nitrogen / gas lembam lainya diatur
menurut prosedur dekompresi. Jika terjadi kesalahan prosedur dekompresi atau prosedur
berenang naik menuju ke permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau
dipermukaan dapat terjadi keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas
Nitrogen. Helium maupun gas lembam lainnya tergantung jenis gas pernafasan yang dipakai.
Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan partial gas
nitrogen yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu, maka sesuai hukum Henry
sebagian larutan gas nitrogen akan berubah menjadi gas kembali sehingga terbentuklah
gelembung gas lembab.
Jika pada penderita penyakit dekompresi dan emboli diberikan oksigen tekanan tinggi
maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat dan efektif ,dibandingkan
jika penderita diberikan udara tekanan tinggi.
Untuk efektivititashasil terapi OHB maka OHB harus dilaksanakan sebelum 5-6 jam
sejak munculnya gejala, maksimum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi OHB
hasilnya semakin baik karena belum terjadi komplikasi mekanis dan biokimaiwi yang
ditimbulkan oleh bubble sehingga belum ada kerusakan jaringan yang permanen. Kesalahan
prosedur dekompresi sering menimbulkan Silent bubble (glembung gas yang tidak
menimbulkan gejala) yang tidak diketahui oleh penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus
omitted decompression perlu dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di
dalam RUBT maupun di air, atau dengan Tabel Pengobatan. Dalam hal ini di kalangan
penyelam yang paling sering digunakan adalah tabel rekompresi dari US Navy.
a. Selalu
2. Di dalam RUBT harus ada perawat kesehatan penyelaman yang trampil untuk
mendampingi penderita
4. Periksa pasien dengan teliti pada kedalaman dimana gejala hilang dan pada kedalaman
pengobatan
5. Obati penyelam yang tidak sadar sebagai penderita emboli atau penyakit dekompresi,
kecuali diagnose tersebut dapat disingkirkan.
6. Gunakan tabel pengobatan dengan udara hanya jika system oksigen tidak dapat dipakai
8. Jika penderita kejang-kejang karena keracunan oksigen, segera lepas masker oksigen,
lindungi penderita agar tidak cedera (kepala terbentur, lidah tergigit).
9. Awasi pemakaian oksigen dengan ketat sesuai batas waktu dan batas kedalaman pada
tabel.
10. Periksa kondisi pasien sebelum dan saat tiba pada stasiun dekompresi dan selama
dekompresi
11. Setelah pengobatan selesai, awasi penderita selama 6 jam untuk menajaga kemungkinan
terjadinya kekambuhan
12. Pelihara ketepatan waktu dan catat semua kejadian saat pengobatan.
13. Pelihara dan siapkan alat P3K untuk siap pakai setiap saat diperlukan.
b.Tidak Boleh
1. Melakukan pemendekan atau tabel pengobatan kecuali atas perintah dokter ahli kesehatan
penyelaman
2. Membiarkan penderita tidur pada saat perubahan kedalaman atau tidur lebih dari satu jam
pada kedalaman tertentu
3. Menunggu alat resusitasi, jika terjadi kegagalan pernafasan lakukan pernafasan buatan
mulut ke mulut.
Tabel 6
Digunakan untuk DCS Tipe 1 yang gejala nya tidak hilang dengan tabel 5 pada kedalaman 60
fsw selama 10 menit atau untuk DCS Tipe 2.
Tabel 6a :
Digunakan untuk DCS Tipe 2 yang disertai gas emboli / dicurigai ada gas emboli
Dasar-Dasar Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Penyakit Klinis
Sebagai zat anti mikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya oksigen
menghambat bakteri gram positif maupun negative dengan kekuatan yang sama. Jadi dengan
demikian oksigen dapat dianggap obat antimikroba yang bersifat bakterisid sedangkan
terhadap kuman aerob bersifat bakteriostatik.
Apabila sel dibiarkan anoksik, maka suatu polipeptida precursor kolagen menumpuk
di dalam sel, namun tak ada kolagen yang dilepaskan. Bilamana oksigen diberikan lagi, maka
kolagen dibentuk dalam kecepatan tinggi.
Selain itu jika suplai oksigen meningkat rasio RNA / DNA dalam jaringan meningkat
menunjukkan adanya penambahan pembentukan rough endoplasmic reticulum dari sel-sel
luka dan differensiasi sel makin tinggi tingkatnya.
Namun, peningkatan tekanan oksigen local dalam waktu yang lama melebihi batas
optimum menghambat penyembuhan yang kemungkinan disebabkan efek toksik oksigen
maka dari itu diberikan tekanan oksigen yang tidak melebihi 3 ATA.
1. Daerah-daerah atau tempat-tempat yang iskemik atau hipoksik akan menerima oksigen
secara maksimal
Kontraindikasi absolut
Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila sebelum
pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi
pneumothorax tersebut.
Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati atau
keganasan metastatic akan menjadi lebih buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk
pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada keadaan-keadaan luar biasa.
Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang tinggi
berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus sehingga pada bayi premature
secara teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun, penelitian yang kemudian dikerjakan
menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi.
Kontraindikasi relative
a. Infeksi saluran napas bagian atas, yang menyulitkan penderita untuk melaksanakan
ekualisasi. Dapat ditolong dengan menggunakan dekongestan dan miringotomi bilateral.
c. Penyakit kejang, yang menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen.
Namun bilamana diperlukan, penderita sebelumnya dapat diberi anti konvulsan.
d. Emfisema yang disertai retensi CO2. Pada keadan ini ada kemungkinan bahwa
penambahan oksigen lebih dari normal, akan menyebabkan penderita secara spontan berhenti
bernafas akibat hilangnya rangsangan hipoksik. Pada penderita-penderita dengan penyakit
paru disertai retensi CO2, terapi oksigen hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita di intubasi
dan memakai ventilator.
e. Panas tinggi yang tidak terkontrol, dapat merupakan predisposisi terjadinya konvulsi
oksigen. Namun kemungkinan ini dapat diperkecil dengan pemberian aspirin dan selimut
hipotermia. Juga sebagai pencegahan dapat diberikan anti konvulsan.
h. Riwayat Operasi telinga. Penderita yang mengalami operasi pada telinga dengan
penempatan kawat atau topangan plastic di dalam telinga setela stapedoktomi, mungkin suatu
kontraindikasi pemakian oksigen hiperbarik, sebab perubahan tekanan dapat mengganggu
impian tersebut. Konsultasi dengan ahli THT dalam hal ini diperlukan.
i. Kerusakan paru asimotmatik yang ditemukan pada pnerangan atau pemotretan dengan sinar
x ,memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu
dekompresi antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.
j. Infeksi irus. Pada perocobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus menjadi lebih hebat
bila binatang tersebut diberi terapi oksigen hiperbarik. Dengan alas an ini dialnjutkan agar
penderita yang terkena salesma (Cold) menunda pengobatan dengan okisgen hiperbarik
sampai gejala akut menghilang, apabila penderita tidak memerlukan pengobatan segera
dengan oksigen hiperbari.
k. Sferosistosis kongentai. Pada keadaan ini butir-butir darah merah sangat fragil dan
pemberian oksigen hiperbarik dapat diikuti dengan hemolysis yang berat. Bila memang
pengobatan dengan oksigen hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi
penghalang antara lain harus dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi
komplikasi yang mungkin timbul.
l. Riwayat neuritis optic. Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik, terjadinya
kebutaan diubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik. Namun, kasus yang terjadi sangat
sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optic, diperkirakan mengalami
gangguan penglihatan yang berhubungan retina bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen
hiperbarik harus segera dihentikan dan perlu konsultasi dengan ahli mata.
Kategorisasi Penyakit
1. Aktinomikosia
2. Emboli udara
5. Infeksi bakteri
8. Keracunan Sianida
9. Penyakit dekompresi
13. Osteo-radinekrosis
18. Mukomikosis
19. Osteomielitis
24. Luka yang tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama
I. Pengertian
Defisit neurologis yang terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah
otak.
Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu
(WHO, 1989).
Cidera serebro vaskuler atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah kesuatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh thrombus,
biasanya sekunder pada arteri sclerosis, terhadap embolisme barasal dari tempat lain dalam tubuh atau
terhadap perdarahan akibat rupfur arteri (aneurisma).
II. Etiologi
Penyebab-penyebab
1. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya.
Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau
elastisitas pembuluh darah
Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral
Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik.
3. Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub
arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4. Hypoksia Umum
Hipertensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
CO turun akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.
III. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung).
Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat
atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat
revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
V. Path Ways
Penyakit yang mendasari stroke
Iskemia SNH
Hipoksia
TIK meningkat
Hernia cerebral
VI. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai darah dan O2 keotak menurun,
adanya sumbatan darah ke otak
2. Resiko atropi berhuungan dengan anggota gerak, hemiplegi, paraplegi
3. Reiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik
4. Gangguan perawatan diri berhubungan dengan imobilitas, kecemasan anggota gerak tubuh.
VII. Intervensi
Mencegah terjadinya
Supaya mengetahui
resiko injuri setelah
aktifitas pasien
tindakan keperawatan
Mengurangi
1x3 jam dengan KH:
Memonitor aktifitas pasien terjadinya resiko
Resiko injuri b/d
Mempertahakan Membantu pasien dalam injuri
kelemahan
posisi agar tidak melakukan aktifitas pada Dapat membantu
anggota gerak
jatuh waktu tersebut program
Kolaborasi: pengembalian
Konsul dengan ahli terapi kekuatan otot
fisik untuk latihan aktif
agar penyakitnya
Bertambahnya cepat sembuh
pengetahuan tentang Agar program terapi
Anjurkan pasien untuk
stroke setelah tidak putus ditengah
minum obat
dilakukan tindakan anjurkan pasien untuk jalan
keperawatan dengan kontrol kembali jika obat Untuk mengetahui