Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
KELOMPOK 24
I NYOMAN TRIADHI WISESA 1708611010
KOMANG DEDE SAPUTRA 1708611033
1.1 Kasus
Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan mengeluhkan
kekosongan sejumlah obat yang ada di Rumah Sakit (RS) berplat merah ini. Hal ini juga
dialami salah seorang pasien, F boru Pakpahan yang menceritakan kalau dua hari lalu
dia sempat mencoba mengambil obat hipertensi di RS Pirngadi Medan. Namun obat
tersebut tidak tersedia.
F boru Pakpahan menuturkan, hal ini bahkan sudah terjadi lebih dari tiga bulan
yang lalu. Obat-obatan yang dibutuhkan pasien seperti obat hipertensi, jantung dan gula
malah sudah kosong sejak bulan Desember 2016 lalu.
"Itulah yang disampaikan pegawai poli kepada saya, stok obatnya kosong. Jadi
saya tanya obat apa yang ada? Dijawab, obat generik yang dosis rendah yang ada,
sedangkan obat yang dikasih taunya membuat saya tidak cocok dan buat batuk. Kenapa
obat-obatan di RS Pirngadi ini tidak ada," keluh F boru Pakpahan, Jumat (31/03/2017).
Setelah itu, lanjutnya, pegawai tersebut menyarankan agar pasien menanyakan
kepada Direktur Umum RSUD dr Pirngadi. Sesampainya F boru Pakpahan di ruangan,
ternyata Direktur tidak ada di tempat karena sedang di Kantor Walikota Medan.
"Akhirnya saya bertemu dengan wakil direktur dan menanyakan kenapa obat selalu
kosong. Tapi dia mengatakan tidak tau," sebutnya.
Akibat kondisi ini, F Boru Pakpahan mengaku tidak tahu lagi harus kemana
mempertanyakan obat-obatan yang selalu kosong itu. Bahkan, sejumlah dokter di RS
Pirngadi ujarnya, malah menyarankan agar para pasien melakukan demonstrasi
mempertanyakan keberadaan obat-obatan tersebut. "Kami selalu mengeluh obat-obatan
selalu kosong dan dokter yang bertugas di RS Pirngadi menyarankan melakukan
demonstrasi untuk mempertanyakan keberadaan obat-obatan yang dibutuhkan pasien
selama ini kosong," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Kasubag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi Edison
Perangin-angin mengatakan, kekosongan obat itu mungkin dikarenakan belum sampai
ke bagian farmasi. Diakuinya memang ada dua pasien yang mengeluhkan soal
kekosongan obat ini ke ruang kerjanya. "Pada saat itu saya katakan kepada mereka agar
mengkonfirmasi lebih dahulu ke bagian farmasi dan memang stok obatnya sedang
kosong. Penyebab kekosongan itu akan saya pertanyakan ke bagian farmasi," terangnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSUD dr Pirngadi Medan Edwin Efendi
mengatakan pelayanan sudah berjalan dengan baik. Obat-obatan itu sudah disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. "Obat-obatan di RS mana pernah kosong, semuanya
disesuaikan dengan kebutuhan dan penggunaan pasien," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mengklaim RS selalu memenuhi kebutuhan pasien yang
datang berobat ke RS milik Pemko Medan ini. "Manalah mungkin kosong. Pelayanan
rumah sakit tetap berjalan, jadi semua kebutuhan sudah berjalan dengan semaksimal
mungkin. Ketersediaan obat-obatan itu sudah diatur di bagian farmasi. Diharapkan
pasien jangan langsung menilai negatif tentang pelayanan kita," pungkasnya.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, maka akan diketahui pada hal mana terjadi
ketidaksesuaian dengan prosedur yang seharusnya dilaksanakan di bagian distribusi
obat di depo rawat jalan. Untuk mengatasi kekosongan obat yang telah terjadi di poli
rawat jalan tersebut dapat diatasi dengan melakukan terapi substitusi seperti pada
problem solving cost effectiveness dan untuk mencegah terjadinya kekosongan stok obat
ini terjadi kembali, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
Melakukan pemeriksaan rutin terkait sediaan farmasi di depo rawat jalan
Memastikan kesesuaian antara obat yang ada dengan kartu stok
Apoteker wajib melakukan pelaporan terhadap penggunaan obat kepada bagian
IFRS secara berkala untuk mencegah kekosongan stok obat
Apoteker di bagian distribusi rawat jalan wajib mengetahui kapan bagian
pengadaan IFRS memesan obat ke PBF. Pelaporan dilakukan sebelum proses
pengadaan oleh IFRS dilakukan
Berikut merupakan prosedur kerja yang dapat dilakukan oleh apoteker untuk
mencegah terjadinya penyimpangan pada distribusi obat:
1. Permintaan obat ditulis dalam formulir permintaan barang dalam rangkap 2 (asli
untuk gudang dan rangkapnya untuk unit yang bersangkutan
2. Dalam mengisi item dan jumlah permintaan, sisa pemakaian obat dari permintaan
sebelumnya harus dicantumkan
3. Formulir permintaan yang telah diisi ditandatangani oleh penanggung jawab unit
pelayanan dan diketahui oleh Kepala IFRS
4. Formulir permintaan diserahkan kepada petugas gudang IFRS
5. Petugas gudang IFRS menyiapkan obat yang diminta dan mencatat dalam buku
pengeluaran barang dan kartu stok gudang
6. Saat serah terima barang, petugas unit pelayanan yang menerima melakukan
pengecekan
7. Setelah sesuai, petugas gudang yang menyerahkan dan petugas yang menerima
membubuhkan nama dan paraf
8. Permintaan dilakukan 1 kali seminggu
Dalam hal cost effectiveness untuk obat-obatan yang dikatakan kosong pada kasus
tersebut seperti obat untuk hipertensi dan diabetes mellitus, dapat dilakukan hal berikut:
1. Obat Hipertensi
Penyakit hipertensi dapat diobati dengan menggunakan obat antihipertensi oral
tunggal seperti golongan calcium channel blocker (CCB), ACEI, angiotensin
reseptor blocker (ARB), dan beta blocker (BB). Target dari terapi ini adalah
tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg (DiPiro et al., 2008). Berikut adalah
penanganan pada penyakit hipertensi.
2. Obat Antidiabetes
Penyakit diabetes mellitus tipe 2 dapat diobati dengan menggunakan kombinasi
antidiabetic oral dengan target terapi berupa nilai gula darah sewaktu (GDS) 110-
130 mg/dL dan gula darah puasa (GDP) 80-130 mg/dL (DiPiro et al., 2008).
Berikut adalah algoritma terapi pada diabetes mellitus tpe 2.
Cost effectiveness dapat diterapkan dalam hal substitusi obat yang disesuaikan
dengan kemampuan atau ketersediaan obat di rumah sakit. Berikut merupakan prosedur
yang dapat dilakukan saat terjadi kekosongan obat:
1. Pasien yang telah mendapat resep diserahkan ke loket pelayanan farmasi
2. Petugas pelayanan resep melakukan skrining resep dan menyampaikan obat yang
tertulis kepada petugas distribusi.
3. Petugas distribusi melakukan pengecekan stok pada obat yang tertulis pada resep.
4. Saat dilihat dalam persediaan/stok obat dalam resep kosong, petugas distribusi
melihat buku formularium dan mencari obat yang memiliki komposisi yang sama
5. Petugas distribusi meminta pada petugas pelayanan untuk menghubungi dokter
penulis resep berkenan atau tidak untuk diganti dengan yang lain
6. Apabila dokter penulis resep berkenaan untuk diganti, obat tersebut diganti sesuai
instruksi dari dokter penulis resep
7. Apabila dokter pembuat resep tidak berkenan untuk disubtitusi maka petugas
instalasi farmasi akan membelikan di Apotek terdekat atau apotek yang
bekerjasama dengan rumah sakit
8. Petugas pelayanan menyiapkan perbekalan farmasi.
9. Petugas pelayanan menyerahkan perbekalan farmasi yang sudah disiapkan kepada
pasien disertai informasi yang dibutuhkan
2.4 Problem Solving Pembayaran
Pembayaran dalam hal obat-obatan yang diterima pasien rawat jalan di era JKN
semuanya merujuk pada sistem INA CBGs. Dalam implementasi JKN telah diatur pola
pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalah dengan INA-CBGs
(Indonesian Case Base Group). INA CBGs merupakan pembayaran paket atas
penyakit yang diderita pasien rawat inap dan rawat jalan. Besaran tarif INA-CBGs
ditinjau sekurang-kurangnya setiap dua tahun sekali oleh Menteri kesehatan setelah
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
keuangan. Tarif INA-CBGs meliputi tarif pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit
kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 1, 2, 3, 4 dan 5. Tarif INA-CBGs
juga meliputi tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit umum dan
rumah sakit khusus rujukan nasional.
BAB III
KESIMPULAN
Terjadinya kekosongan stok obat di poli rawat jalan RS dr. Pirngadi dapat
disebabkan oleh tidak terlaksananya tupoksi apoteker di bagian disribusi obat pada unit
rawat jalan. Apabila terjadi kekosongan obat terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan apoteker di unit rwat jalan, yaitu: melakukan pemeriksaan pada bagian tugas
dan fungsi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga kekosongan stok obat itu
terjadi, untuk mencegah terjadinya kekosongan harus adanya komunikasi yang baik
antara apoteker dan petugas di depo rawat jalan dan pihak IFRS, untuk mengatsi
kekosongan obat dapat dilakukan substitusi obat yang dikomunikasikan dengan bagian
pelayanan dan dikondisikan terkait stok yang tersedia di IFRS dan untuk
pembayarannya tetap menggunakan sistem INA CBGs karena di Indonesia sendiri
sekarang ini telah memasuki era JKN dimana seluruh pembayarannya menggunakan
system INA CBGs.. Apoteker di bagian distribusi obat unit rawat jalan seharusnya
memahami apa saja yang menjadi tupoksinya sehingga tidak terjadi tumpeng tindih
dalam pelaksanaan tugasnya, selain itu dokumentasi dan pelaporan terkait penggunaan
obat kepada bagian IFRS penting untuk dilakukan guna mencegah terjadinya
kekosongan stok obat.
DAFTAR PUSTAKA
NIP. 199503022017061003
II. TUJUAN Tercapainya distribusi perbekalan farmasi dengan mutu, cakupan dan efisiensi yang
optimal di Rumah Sakit.
III. KEBIJAKAN Distribusi untuk unit pelayanan rawat jalan dilaksanakan 1 kali dalam seminggu
II. TUJUAN Tercapainya distribusi perbekalan farmasi dengan mutu, cakupan dan efisiensi yang
optimal di Rumah Sakit.
III. KEBIJAKAN Prosedur distribusi ini dilakukan apabila terjadi kekosongan stok obat