Studi dan Modifikasi Sistem Pengendalian Banjir Rob berbasis
Lingkungan (Studi Kasus: Banjir Rob Kawasan Kaligawe, Semarang)
Tb. Naufal Dzaki1*, Rahmat Tubagus H2,Kiky Sabtia MP3 1Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 3Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275
*naufaldzaki@gmail.com, telp.: +62815-6331-2581
Kata kunci: banjir rob, manajemen, infrastruktur, lingkungan
serta drainase yang mengalir langsung ke Laut 1. Pendahuluan (Arial, 11 pt bold) Utara Pulau Jawa. Dalam periode ulang 10 tahun, Di negara berkembang seperti Indonesia, tingi air maksimal yang seharusnya mengalir di banjir rob merupakan salah satu bahaya alam yang Sungai Tenggang adalah +1,6m untuk Qmax = 82,3 sering terjadi terutama daerah yang letaknya di m3/s, sedangkan Sungai Sringin +1,8m untuk Qmax sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Seperti yang = 49,6 m3/s. Pada kenyataanya, elevasi air Sungai dirangkum oleh Dewi [1], Indonesia berada di Tenggang mencapai +6,8m dan Sungai Sringin peringkat ketiga dari negara-negara di Asia yang +5,4m [3]. Berikut merupakan langkah strategis paling rentan bahaya banjir, setelah China dan penanggulangan banjir rob di Kawasan Kaligawe: India. Semarang sebagai salah satau kawasan 1. Restorasi Sungai pesisir, setidaknya memiliki wilayah seluas 1.346 ha Berikut dimensi sungai ntuk memenuhi Q banjir yang terdampak rob sepanjang tahun. Disamping rencana periode ulang 10 tahun: kemacetan lalu lintas, banjir juga menyebabkan Lebar Lebar Tinggi Tinggi tergenangnya Kawasan Kaligawe sehingga Sungai hulu hilir air jagaan mengakibatkan kerusakan infrastruktur, kawasan Tenggang 10m 20m 3,5m 0,5m industri, perkantoran, pendidikan, rumah sakit, dan Sringin 10m 25m 2,5m 0,5m pemukiman. Selain itu urgensitas yang mendorong 2. Kolam Retensi sebagai Mangrove Park penyelesainya masalah ini bahwa Kota Semarang Dalam rangka meningkatkan upaya konservasi merupakan jalur utama transportasi pantai utara Kawasan Kaligawe diperlukan magrove planting (pantura) yang sangat vital dalam perekonomian [4] untuk menurunkan konsentrasi kontaminan nasional. pada limbah domestik seperti total nitrogen, total Guna memperbaiki kondisi tersebut serta phospas, dan BOD [5]. mengurangi terjadinya kerugian yang lebih besar, 3. Pengaplikasian IPAL Drainage Communal maka diperlukan pembuatan rancangan sistem IPAL komunal digunakan sebagai langkah drainase yang terintegrasi dan pemanfaatan manajemen banjir kota yang berkelanjutan vegetasi sebagai upaya pengendalian banjir rob. dimana IPAL nantinya berfungsi dalam Pada proses pengendalian banjir ini dilakukan pencegahan sedimentasi setelah dilakukan dengan pendekatan metode struktur, yaitu dengan dredging (pengerukan). membangun atau menciptakan bangunan pe- ngendali banjir [2]. 2. Metode Penelitian (Arial, 11 pt bold) Pendekatan penelitian dilakukan dengan analisis deskriptif, penyelidikan lapangan dengan kompilasi data-data sekunder. Data primer: survei, pengukuran dan investigasi Menyusun model lapangan yang sering pengendalian banjir mengalami rob kota dengan metode struktur Data sekunder: peta wilayah genangan banjir, debit banjir, tinggi gelombang, data pasang Gambar 2 Perencanaan Unit IPAL Drainage Communal Analisis pengendalian 4. Kesimpulan dan Rekomendasi surut Pantai Utara Pulau Jawa, desain tanggul dan polder banjir dengan metode struktur
Pembangunan sistem drainase terintegrasi
Merumuskan permasalahan dan Membuat kesimpulan dengan pemanfaatan vegetasi merupakan satu tujuan penelitian dan rekomendasi kesatuan menajemen pengendalian banjir rob secara korektif dan preventif sekaligus upaya Menentukan ruang lingkup dan metode konservasi ekologi kawasan dampak bencana yang pendekatan telah rusak. Keterlibatan pemerintah, masyarakat Gambar 1 Tahapan Penelitian Sistem Pengendalian Banjir Rob dan industri di kawasan dapat direalisasikan melalui (1) pemetaan peran stakeholders, (2) penyusunan 3. Hasil dan Pembahasan (Arial, 11 pt bold) SOP manajemen pengendalian bencana, (3) Pada Kawasan Kaligawe terdapat Sungai pembuatan Research Based Bussiness Model. Banjir Kanal Timur, Tenggang, Sringin, Babon, Referensi [1] A. Dewi, Community-based Analysis of Coping with Urban Flooding: A Case Study in Semarang, Indonesia, International Institute for Geo-Information and Earth Observation, p. 90, 2007. [2] R. J. Kodoatie dan Sugiyanto, BANJIR (Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan), Semarang: Pustaka Pelajar, 2002. [3] R. K. Yudi, A. M. Nugroho dan D. A. Wulandari, Perencanaan Sistem Polder Wilayah Semarang Timur, Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 6, 2017. [4] M. Deb dan C. M. Ferreira, Potential Impacts of the Sunderban Mangrove Degradation in Future Coastal Flooding in Bangladesh, Journal of Hydro- environmental Research, 2016. [5] X. Ouyang dan F. Guo, Science of the Total Environment Paradigms of Mangroves in Treatment of Anthopogenic Wastewater Pollution, Environmental Journal, vol. 544, no. 971-979, 2016.