Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Nama Ketua : MIEF QURANIN S.
Nama Anggota : 1. MAQHVIROH N. R.
2. M.CHOIRUL ANAM
3. DIAH KRISTIANISAH R
4. IMA SAFITRI PUJI UTAMI
5. HAPPY PILAS
6. MITRA KENCANA PUTRI
7. QONI OKTANTI
8. LISMAWATI
9. WAHYU SETYORINI
10. ELZA PUSPITA
11. GATI PUTRI WIRATAMA
12. ADI LUKAS KURNIAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JANUARI 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan :
Ketua Pelaksana :
- Nama : Mief Quranin S.
- NIM : 105070300111036
- Jurusan : Gizi Kesehatan
- No.HP : 085755492910
Anggota Pelaksana :
- Anggota 1 : Maqhviroh N. R - Anggota 7 : Qoni Oktanti
- Anggota 2 : M.Choirul Anam - Anggota 8 : Lismawati
- Anggota 3 : Diah Kristianisah R - Anggota 9 : Wahyu Setyorini
- Anggota 4 : Ima Safitri Puji U. - Anggota 10 : Elza Puspita
- Anggota 5 : Happy Pilas - Anggota 11 : Gati Putri W.
- Anggota 6 : Mitra Kencana Putri - Anggota 12 : Adi Lukas K.
Lokasi Kegiatan : Kelurahan Kedungrejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Malang
Lama Kegiatan : 2 12 Januari 2013
Malang, Januari 2013
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana
Menyetujui,
Ketua PKNM 2013/2014
JUDUL
Optimalisasi kesehatan melalui pembinaan ibu bayi dan balita dalam upaya
pencegahan kejadian diare dan peningkatan kesadaran akan gizi.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. ANALISIS SITUASI
A. Geografi
Desa Kedungrejo mempunyai luas wilayah 438,01 Km yang mempunyai
jumlah lima dusun, 5 RT, dan 7 RW dengan pembagian: 1 (Dusun Genitri), 2
(Dusun Kedungboto), 3 (Dusun Rekesan), 4 (Dusun Gedang Sewu) dan 5
(Dusun Barang Genitri).
Untuk transportasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda
empat dan dapat ditempuh dengan melewati jalan tembusan dari arah desa
Pakisjajar ataupun melewati daerah Madyopuro.
Adapun batas wilayah sebagai berikut:
1. Utara: Desa Sumberkradenan Kec. Pakis,
2. Selatan: Desa Kambingan Kec. Tumpang,
3. Timur: Desa Banjarrejo, Kec. Pakis, dan
4. Barat: Kelurahan Cemorokandang Kota Malang
B. Demografi
Berdasarkan data dari kantor statistik keadaan Demografi Desa
Kedungrejo memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.476 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 2.962 orang dan jumlah penduduk wanita
sebanyak 3.514 orang. Sedangkan bayi usia 0-12 bulan sebanyak 134 jiwa
dengan jumlah bayi laki-laki sebanyak 63 jiwa dan jumlah bayi perempuan
sebanyak 92 jiwa. Untuk jumlah balita usia 1-4 tahun sebanyak 541 jiwa
dengan jumlah balita laki-laki sebanyak 254 jiwa dan jumlah balita
perempuan sebanyak 287 jiwa.
4
C. Keadaan Khusus
a. Sarana Kesehatan Pemerintah
Poskesdes 1
b. Sarana Kesehatan Swasta
Balai Pengobatan (BP) 0
Rumah Bersalin 1
c. Jumlah Pemberi Pelayanan Kesehatan
Dokter Praktek Swasta 0
Mantri Praktek Swasta 2
Bidan Praktek Swasta 1
Dukun Bayi Terlatih 1
Dukun Bayi tidak Terlatih 0
Akupuntur 1
d. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UK3M)
Posyandu 5
5
Profil status gizi pada bayi dan balita di Desa Kedungrejo berada
pada kategori medium. Status gizi dipengaruhi oleh penyakit
infeksi, salah satunya adalah diare (11,5%). Penyakit infeksi
sendiri terjadi akibat hygiene yang kurang, sanitasi yang kurang
karena tidak adanya jamban keluarga, serta status imunisasi dari
bayi dan balita itu sendiri. Selain itu, status gizi dipengaruhi oleh
intake nutrisi. Menurut bidan desa, bayi dan balita yang berada
di bawah garis merah (BGM) dan kurus disebabakan karena pola
asuh yang salah, terutama yang berasal dari keluarga non-gakin
dan beberapa disebabkan juga karena bayi/balita sakit atau
berasal dari keluarga miskin. Data posyandu pada bulan
Desember 21013 mengenai operasi timbang dibagi menjadi dua
kategori yakni berdasarkan status gizi yang dihitung melalui
BB/U dan melalui cara hitung BB/TB-PB. Data yang diperoleh
di Di Dusun Kedungboto, ditemukan sebanyak 19,81%
3. Gizi dinyatakan kurang gizi dan pada sebanyak 4 orang dinyatakan
kurus. Pada kategori gizi kurang, sebanyak 40% berasal dari
keluarga miskin, dan 45% tidak didata berasal dari keluarga
miskin atau mampu. Sedangkan pada kategori bayi kurus,
sebanyak 75% diantaranya bayi/balita berasal dari keluarga
miskin. Di Dusun Genitri ditemukan sebanyak 17% bayi/balita
dinyatakan kurang gizi dan kurus. Sebanyak 65% bayi/balita
yang kurus berasal dari golongan non-gakin dan sebanyak 23%
bayi/balita yang berada dalam kategori kurang gizi berasal dari
keluarga miskin, namun sebanyak 71% tidak diketahui latar
ekonomi keluarganya. Lima orang berada pada BGM. Di Dusun
Barang Genitri, sebanyak 9,89% bayi/balita dinyatakan status
gizinya kurang, 56% berada di BGM, dan sebanyak 56% diantara
bayi/balita dengan status gizi kurang berasal dari keluarga
miskin. Sedangkan pada kategori bayi kurus, ditemukan 7 orang
dan 5 orang diantaranya berasal dari keluarga miskin. Di Dusun
8
2:4=2
3:4=3
GROWTH KETERANGAN
1:2=2 1 =0
1:3=3 2 =1
1:4=4 3 =3
2:3=3 4 =2
2:4=4
3:4=3
Keterangan:
1 = Pelayanan tumbuh kembang
2 = Higiene sanitasi
3 = Diare
4 = Status gizi bayi dan balita
Tabel 5. Hasil Analisis USG
No. MASALAH U S G TOTAL
1 Pelayanan tumbuh kembang 0 0 0 0
2 Higiene sanitasi 2 2 1 5
3 Diare 3 3 3 9
4 Status gizi bayi dan balita 1 1 2 4
2. Perumusan Masalah
Apakah intervensi tepat sasaran yang harus dilakukan berkaitan dengan
optimalisasi kesehatan melalui pembinaan ibu bayi dan balita dalam upaya
pencegahan kejadian diare dan peningkatan kesadaran akan gizi?
3. Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan praktek cuci tangan pada ibu dan balita
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai penanganan diare
3. Meningkatkan higienitas makanan
4. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, MP ASI dan
pengolahan makanan yang tepat
4. Manfaat Kegiatan
1. Meningkatnya praktek mencuci tangan pada ibu bayi, ibu balita dan balita.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai penanganan diare pada bayi dan
balita.
3. Meningkatkan higienitas makanan terutama mengenai pemilihan jajanan
sehat.
4. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif,
tahapan MP ASI yang tepat dan pengolahan makanan yang tepat bagi bagi
dan balita.
11
BAB II
1. Kesehatan
A. Definisi Kesehatan
Kesehatan menurut Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 adalah
kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Secara holistik, manusia sehat
dilihat dari ketiga unsur tersebut yaitu badan, jiwa dan sosial. Kesehatan
manusia bergerak maju atau mundur dalam kontinuitas tertentu, dimana
jarak menentukan apakah seorang dikatakan sehat atau sakit. Kesehatan
tidak pernah konstan (Effendy, 1998).
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain (George et. al., 2003). Definisi yang
bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang
menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar
yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku
yang kondusif bagi kesehatan (George et. al., 2003).
B. Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan terciptanya
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mempunyai kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2004).
Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan
untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya
norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (Suprihatin, 1993).
C. Kesadaran Masyarakat Terhadap Kesehatan
Kesadaran adalah keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami
oleh sesorang. Kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman atau
pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran
12
C. Epidemiologi diare
Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005).
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik
dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan
ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan,
menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu
kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang
tinja dengan benar.
b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.
Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa
penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua
tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara proporsional
diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu
penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu
sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian diare.
D. Pencegahan Diare
a. Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).
b. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
e. Penggunaan jamban yang benar.
f. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang
benar.
g. Memberikan imunisasi campak.
E. Pencegahan Penyakit Diare
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus,pencegahan tingkat kedua
(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
14
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997). Naun, yang
lebih dibahas yaitu pencegahan secara primer
1) Penyediaan air bersih
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air
permukaan yang merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang
tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah
dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan
salju (Soemirat, 1996).
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih
harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter
dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan
pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang
bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang
terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita
diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).
2) Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban
memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak
mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak
dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah
digunakan dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo, 1996).
3) Status Gizi
Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak episode
diare yang dialami. Mortalitas bayi dinegara yang jarang terdapat
malnutrisi protein energi (KEP) umumnya kecil (Canada, 28,4 permil).
Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan
kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk
mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok organisme
berkurang (Notoatmodjo, 1996).
4) Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru
lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar
terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama
15
BAB III
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Promosi
kesehatan
BAB IV
METODE KEGIATAN
1. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
2. Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini bertempat di
3. Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah
4. Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan ini yaitu
Tabel Metode Pelaksanaan Kegiatan
No. Kegiatan Metode
1. -
2. -
3. -
4. -
5. -
RANCANGAN EVALUASI
Kegiatan Indikator Keberhasilan Cara Mengukur Indikator
- -
- -
- -
- -
JADWAL PELAKSANAAN
Tanggal Kegiatan Target Peserta Indikator
-
-
18
1 NamaKegiatan
a.
b.
c.
2 NamaKegiatan
a.
b.
3 NamaKegiatan
a.
b.
4 Lain-lain
JUMLAH TOTAL
19
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Dr. Petrus (1995). Penata Laksanaan dan Pencegahan Diare Akut,.
Jakarta: buku kedokteran EGC.
Depkes RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes
RI.
________. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI.
________. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes
RI.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC
George, Pickett & John J. Hanlon.2003. "Kesehatan Masyararat Administrasi dan
praktik", EGC, 9794488054, 9789794488058.
Halawa, Erniwati. (2007). Prediksi Konsentrat Zat Pencemar Udara Menggunakan
Metoda ANFIS. Akses: 5 Januari 2010.
Howard G and Bartram J. 2003. Domestic Water Quantity, service level, and health.
Geneva, World Health Organization Regional Office for Europe, 2003.
Nasry Noor, N, (1997), Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Soemirat. 1996. Buku Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada
Suraatmaja S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Suprihatin, Guhardja. 1993. BPK Gunung Mulia, PT, Institut Pertanian Bogor.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, "Pengembangan sumber daya
keluarga: bahan pengajaran", BPK Gunung Mulia, , 9794150142,
9789794150146.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.