Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul Analisis Persoalan
Ekonomi Kota Sektor Informal: Studi Kasus tentang Pedagang Kaki Lima di Kota
Bandung. Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa dalam penyelesaian mata
kuliah Ekonomi Kota. Laporan ini memaparkan deskripsi persoalan sektor informal
untuk dianalisis dan diberikan rekomendasi penanganan persoalan sektor informal
tersebut, dalam studi kasus ini tentang Pedagang Kaki Lima di Kota Bandung.
Dalam proses penulisan laporan, penulis turut dibantu oleh dosen pembimbing
mata kuliah. Oleh karena itu penulis berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah
terlibat dalam pembuatan laporan. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari
bahwa penulisan dan penyusunan laporan masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran
sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai acuan tugas-tugas selanjutnya.
Demikianlah laporan penelitian ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai
pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata
kuliah Ekonomi Kota.
Penulis
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
1.3. Sistematika Penulisan ................................................................................................................. 2
BAB II IDENTIFIKASI PERSOALAN EKONOMI KOTA ....................................................................... 3
2.1. Identifikasi Persoalan Ekonomi Kota ................................................................................... 3
2.2. Gambaran Umum Persoalan Ekonomi Kota ....................................................................... 4
BAB III REVIEW LITERATUR ..................................................................................................................... 8
3.1. Sektor Informal: PKL ................................................................................................................... 8
3.2. PDRB .................................................................................................................................................. 8
3.3. Legalitas Kebijakan Relokasi .................................................................................................... 9
3.4. Squatter .......................................................................................................................................... 10
3.5. Eksternalitas ................................................................................................................................. 11
BAB IV ANALISA ........................................................................................................................................... 12
4.1. Analisis Persoalan Ekonomi Kota ........................................................................................ 12
4.1.1. Analisis Legalitas Kebijakan Relokasi ........................................................................ 12
4.1.2. Analisis Squatter ................................................................................................................ 13
4.1.3. Analisis Eksternalitas ....................................................................................................... 15
4.2. Konsep Penanganan Persoalan Ekonomi Kota ............................................................... 15
BAB V LESSON LEARNED ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 19
1.2. Tujuan
Dalam penulisan laporan telah ditetapkan beberapa tujuan diantaranya:
1. Mengidentifikasi latar belakang timbulnya persoalan sektor informal di
perkotaan.
2. Menganalisis dampak dan implikasi dari persoalan sektor informal di perkotaan
untuk dapat menyusun upaya dan rekomendasi untuk mengatasi persoalan
tersebut.
Dalam hal ini sektor informal yang dipilih adalah profesi pedagang kaki lima,
seperti yang kita ketahui jenis usaha pedagang kaki lima adalah masuk kategori usaha
berskala kecil, tujuan utama mereka hanyalah sekedar untuk bisa memenuhi kebutuhan
primer mereka sehari-hari. Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli
barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung
jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau
per satuan (Sugiharsono dkk,2000:45). Maka definisi Pedagang Kaki Lima (Sektor
Informal) adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau
kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas
umum, seperti terotoar, pingirpingir jalan umum, dan lain sebagainya
3.2. PDRB
Secara umum pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Dengan perkataan
lain arah dari pertumbuhan ekonomi lebih kepada perubahan yang bersifat kuantitatif
(quntitative change) dan bisanya dihitung dengan menggunakan data Produk Domestik
Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang
akhir dan jasa (final goods and service) yang dihasilkan dari suatu perekonomian
selama kurun waktu tertentu dan biasanya satu tahun.
d. Sewa atau penjualan tanah/ kios yang murah sehingga tidak memberatkan
pedagang.
Dapat disimpulkan relokasi adalah usaha memindahkan PKL dari lokasi yang tidak
sesuai ke sebuah lokasi yang dinilai layak menampung pedagang dengan
memperhatikan semua aspek. Khususnya aspek ketertiban, keindahan dan kebersihan.
3.4. Squatter
Squatter jika diartikan menurut kamus dari oxford adalah seseorang yang
menempati lahan publik tanpa ada legalitas secara hukum. BIsa dikatakan squatter
adalah penghuni liar. Oleh karena itu squatter area adalah sebuah area yang didiami
oleh para penghuni liar. Mereka biasanya membangun tempat tinggal yang tidak
permanen.
Banyak hal orang-orang menempati daerah yang tidak jelas status hukumnya,
misalnya adalah faktor ekonomi. Dimulai dari tidak ratanya perekonomian antara desa
dan kota. Kebanyakan para pendatang tidak punya modal yang cukup sehingga mereka
rela melakukan apa saja agar bisa mencari nafkah di kota. Mereka membangun tempat
tinggal ditempat- tempat yang tidak ada boleh ada bangunan seperti dibawah jembatan,
dipinggir rel kereta api, dan lain-lain. Keberanian mereka membangun rumah-rumah
disebabkan oleh faktor-faktor seperti adanya jaminan dari orang-orang pemerintah
sendiri maupun dari preman-preman setempat. Mereka ditarik biaya oeh para
3.5. Eksternalitas
Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterikatan
dengan aktivitas lainnya.Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan
kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem,
maka keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah.Akan
tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar
sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan
lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut eksternalitas.
Pendapat oleh Rosen (1988) menyatakan bahwa eksternalitas terjadi ketika
aktivitas suatu satu kesatuan mempengaruhi kesejahteraan kesatuan yang lain yang
terjadi diluar mekanisme pasar (non market mechanism). Tidak seperti pengaruh yang
ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar, eksternalitas dapat mempengaruhi
efisiensi ekonomi. Menurut Guritno Mankoesoebroto (1997 : 43), eksternalitas timbul
karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai pengaruh
terhadap pihak yang lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang
menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak
tersebut.
Menurut Guritno Mangkoesoebroto (1997) di dalam perekonomian terdapat
empat kemungkiinan eksternalitas, yaitu :
a. Konsumen konsumen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan
eksternalitas bagi konsumen lain.
b. Konsumen produsen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan
eksternalitas positif atau negatif terhadap produsen.
c. Produsen konsumen, yaitu dampak dari kegiatan perusahaan terhadap
masyarakat sekitar perusahaan tersebut.
d. Produsen produsen, yaitu dampak dari kegiatan suatu perusahaan terhadap
perusahaan lain.
Abah (76) berasal dari Garut, Jawa Barat. Pada tahun 1952, ia memutuskan
pergi ke Bandung membantu seorang temannya berjualan di pasar Cicadas.
Berbekal pendidikan dasar, ia kemudian melamar dan diterima bekerja di gudang
mesiu atau PINDAD. Tidak puas bekerja di tempat tersebut, ia pindah bekerja ke
pabrik sepatu kemudian ke pabrik es. Penghasilan minim mendorongnya untuk
pindah kerja ke pabrik ban. Setelah berhasil mengumpulkan modal, ia memutuskan
berhenti kerja dan memulai usaha sendiri, yaitu membuka kios beras di dekat RS.
Santo Yusuf, Cicadas. Suatu saat, kios tersebut terkena operasi tibum (penertiban
umum). Kios beserta seluruh isinya diangkut oleh para petugas tibum. Saat Abah
mendatangi petugas penertiban di kantornya di Pasir Impun, ia hanya mendapati
kiosnya yang kosong tanpa barang tersisa sedikit pun. Saat itu, Abah masih
memiliki modal untuk memulai usaha baru. Ia memutuskan untuk melanjutkan
usaha dengan membeli 3 buah becak dan mencoba berjualan sayur secara keliling
dengan menggunakan pikulan. Setelah beberapa lama berjualan, ia kembali terkena
operasi penertiban. Ia menuturkan, saat sedang beristirahat di trotoar, petugas
tibum mengangkut diri dan barang dagangannya ke atas truk serta
meninggalkannya di luar kota, daerah ke arah Lembang16. Hingga ia harus berjalan
kaki kembali ke Kota Bandung. Kerugian yang dideritanya terus berlanjut, ia juga
harus kehilangan ketiga becaknya yang terkena razia. Para petugas mempreteli
seluruh becaknya dan meninggalkannya tanda roda. Abah merasa terpukul atas
kejadian itu. Ia mengakui bahwa penertiban terakhir itu telah membuat keadaan
ekonominya terpuruk dan tidak mampu bangkit untuk memulai usaha baru
kembali. Selama lebih dari 20 tahun terakhir ini, ia terpaksa bekerja sebagai buruh
penarik becak dan tinggal di atas becak setiap harinya. (Catatan wawancara, 2
Agustus 2008)
Dari kasus di atas dapat menjadi contoh bahwa kebijakan seperti ini hanya akan
meningkatkan jumlah warga miskin di kota bandung sendiri. Dengan meningkatnya