Você está na página 1de 52

ASKEP ANAK MARASMUS

PENGERTIAN
Download Askep Lengkap

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi
yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam
makanan yang kita konsumsi.
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu
pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang
penting bagi tubuh untuk :

1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.

Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

ETIOLOGI

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
(Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya
tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif
normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat
kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :


1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

PENATALAKSANAAN

1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan,
kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat


Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa,
sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :

Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.


Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia
berat dan payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105

Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB


biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama
peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan
dalam kegiatan rehidrasi.
Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai
F-75 dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis


Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan
jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.

cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan

Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari
atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari,
dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)
Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya
dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah
50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar
2,5 cm pada wanita.
Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah
otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)


Tujuan :
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes,


2000).
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh


Tujuan :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)


Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan


fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
(Carpenito, 2001:157).
Tujuan :
Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil :
Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik
sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)
Tujuan :
Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).


(Carpenio, 2001:143).
Tujuan :
Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan
penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
asuhan keperawatan marasmus

Bab 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi
sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein
dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein
yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi
cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda
vital.Penanganan KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui pengertian dari marasmus;
1.2.2 Mengetahui epidemiologi dari marasmus;
1.2.3 Mengetahui etiologi dari marasmus;
1.2.4 Mengetahui manifestasi klinis dari marasmus pada anak;
1.2.5 Mengetahui patofisiologi dari marasmus;
1.2.6 Mengetahui komplikasi dan prognosis dari marasmus pada anak;
1.2.7 Mengetahui pengobatan dari pada marasmus pada anak anak;
1.2.8 Mengetahui pencegahan dari marasmus pada anak;
1.2.9 Mengetahui asuhan keperawatan dari masalah marasmus pada anak.

1.3 Implikasi Keperawatan


Sistem mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.. Sebagai perawat kita
harus mampu untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien. Asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi
dan evaluasi. Jika asuhan keperawatan dilakukan dengan baik dan tepat maka kita akan dapat
membantu kesembuhan pasien.
Ketika kita menemui pasien yang mengalami tanda dan gejala yang mengindikasikan
adanya gangguan pada sistem pencernaannya, kita dapat melakukan pengkajian kemudian
menganalisanya. Setelah menganalisa kita dapat mengambil masalah keperawatan apa saja yang
terjadi pada pasien. Kemudian kita dapat memunculkan diagnosa keperawatan.
Setelah diagnosa ini kita rumuskan, perawat dapat membuat rencana asuhan keperawatan
yang mempunyai tujuan dan kriteria hasil. Diharapkan dengan adanya pelaksanaan dari rencana
asuhan keperawatan tersebut, masalah pasien dapat teratasi sebagian maupun teratasi
sepenuhnya. Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan diaplikasikan, perawat lalu membuat
evaluasi yang berguna untuk mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap pasien. Dari evaluasi, kita dapat mengkaji lagi data-data kesehatan pasien yang dapat
meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Ketika perawat melakukan asuhan
keperawatan secara holistic maka masalah kesehatan yang dialami pasien dapat tertangani
dengan baik. Lalu pasien dapat kembali pada kondisinya yang optimal.

Bab 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi
(kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber
kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke
dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001). Marasmus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. Gizi buruk adalah bentuk
terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana
dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut
panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut
umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi
kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan
tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000).
Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi Kurang Energi
Protein(KEP). Kurang Energi Protein terjadi saat kebutuhan tubuh akan energi, protein, dan
lemak tidak tercukupi oleh makanan. Marasmus terjadi saat adanya kekurangan energi yang
parah. Marasmus dapat disebabkan oleh asupan makanan yang sangat kurang, penyakit infeksi,
prematuritas, maupun penyakit pada masa neonatus. Asupan makanan yang berkurang dapat
disebabkan oleh ketiadaan pangan ataupun kemiskinan yang menyebabkan ketidakmampuan
membeli makanan. Selain itu, penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan energi, nafsu
makan berkurang, dan gangguan penyerapan zat gizi dapat pula menyebabkan kekurangan energi
protein.
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-
anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Namun, secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian
secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

b. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang
e. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein
Perilaku diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan
dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
(Nelson,1999).
f. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

2.4 Tanda dan Gejala


Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166) tanda dan
gejala dari marasmus adalah :
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2. Diare.
3. Mata besar dan dalam.
4. Wajah seperti orang tua.
5. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
6. Terjadi atrofi otot.
7. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit menurun
8. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
9. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
10. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
11. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
12. Anoreksia.
13. Sering bangun malam.

2.5 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
Pada keadaan ini yang terlihat jelas ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi
otot dan menghilangnya lemak di bawa kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan
proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat
dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh itu sendiri. Hal ini
menyebabkan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti
asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat terkadang
masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk albumin yang
cukup .
Proses metabolik anak pada dasarnya sama, akan tetapi relative lebih aktif dibandingkan
dengan orang dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat
badannya untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif. Tubuh yang hidup seperti
halnya dengan mesin memerlukan bahan bakar dan bahan untuk pengganti maupun perbaikan.
Anak yang sedang tumbuh memerlukan makanan tambahan untuk pertumbuhan. Keperluan ini
dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang mengandung cukup kalori. Dalam makanan
tersebut harus cukup tersedia protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa macam
asam lemak dalam jumlah tertentu.
Pada keadaan awal, umumnya tidak ditemukan kelainan biokimia, tetapi pada keadaan
lanjut akan didapatkan kadar albumin yang rendah, sedangkan globulin yang meninggi. Jika
kebutuhan akan kalori telah dipenuhi, tetapi makanan yang diberikan tidak mengandung semua
nutrient yang esensial untuk manusia, maka secara lambat kesehatan orang tersebut akan
terganggu. Gejala yang timbul tergantung kepada kekurangan jenis nutrient dalam dietnya.
Defisiensi protein akan mengakibatkan timbulnya gejala defisiensi protein atau lebih dikenal
dengan nama Kwashiorkor. Defisiensi vitamin A yang berlangsung lama menimbulkan penyakit
defisiensi vitamin A atau Xeropthalmia. Defisiensi vitamin D mengakibatkan penyakit yang
disebut Rikets dan sebagainya.

2.6 Komplikasi
Kompikasi yang dapat dialami oleh penderita gizi buruk sangatlah bervariasi. Sistem organ
yang terganggu akibat kurang gizi adalah pencernaan, ginjal, jantung dan gangguan hormonal.
Kematian juga dapat terjadi jika derajat penyakitnya semakin berat dan disertai komplikasi
penyakit infeksi. Berikut komplikasi yang mungkin terjadi,
1. Infeksi tuberculosisi
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gagguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital
9. Gangguan keseimbangan elektrolit

2.7 Pengobatan dan Prognosis


2.7.1 Pengobatan
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi, fase transisi
dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk
setiap fase.
a. Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga ia
mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat
berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg,
makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang
dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur
ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI. Jika berat badan
pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di atas 1 tahun.
Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan
biasa, dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
2. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
3. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3,
dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan 5%
glukosa, dan
4. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam.
Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat pipa (per-
sonde) (RSCM, 2003).
b. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara berangsur, tiap
1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat
badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.
c. Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh makanan biasa
yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan
dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan mengolahnya
sesuai dengan kemampuan daya belinya. Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah
:
1. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia.
2. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
3. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat hipomagnesimia.
4. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000 SI secara
intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000 SI/kg
berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
5. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe) dan asam folat
diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat.
2.7.2 Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan
oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena
malnutrisi sendiri. Prognosis ini tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan,
walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat
dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irrever- sibel dari sel-sel tubuh akibat under
nutrition.

2.8 Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap penyakit marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang
baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Tindakan pencegahan bertujuan untuk
mengurangi insidensi dan menurunkan angka kematian. Oleh karena itu, ada beberapa faktor
yang menjadi yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk melakukan
pencegahan dapat melakukan beberapa langkah adalah sebagai berikut.
a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun yang merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
b. Pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 3 tahun ke atas.
c. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
d. Pemberian imunisasi.
e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
f. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang kepada ibu-ibu yang memiliki balita. Penyuluhan
pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan)
g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi
dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
h. Faktor ekonomi,dalam world food conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan
bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan
kemiskinan pendudukan merupakan akibat lanjutannya. Ditekankan pula perlunya bahan
makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya.
Merencanakan pengaturan makan untuk seorang bayi atau anak. Jika kita hendak
menentukan makanan yang tepat untuk seorang bayi atau anak, maka kita perlu melakukan
beberapa langkah adalah sebagai berikut.
a. Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien dengan menggunakan data tentang kebutuhan
nutrien.
b. Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menterjemahkan nutrien yang diperlukan
dengan menggunakan daftar komposisi nutrien dari berbagai macam bahan makanan.
c. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan (menu) yang dikehendaki.
Bab 3. PATHWAYS
Rendahnya Sosial Kurangnya Protein Malabsorbsi, infeksi
Ekonomi dan kalori anoreksia

Intake kurang dari Keb Tubuh

Defisiensi protein dan kalori Defisiensi Pengetahuan


Marasmus
Kurang vit. A, C& E Lipolisis protein asam amino esensial &
<< kolagen produksi albumin
Turgor kulit menurun Daya tahan tubuh Kemampuan Fisik lemah
Gg integritas kulit Keadaan umum Atrofi otot
Lemah
riput Perub. Pertumbuhan &
Risiko tinggi perkembangan
Gg citra tubuh Infeksi
Intoleransi aktivitas
Cairan dari pembuluh Infeksi saluran cerna
darah lebih tinggi
Anoreksia Nafsu makan
Kelebihan volume cairan Penurunan BB
airan Gangguan nutrisi kurang dari Keb. tubuh

Bab 4. ASUHAN KEPERAWATAN


4.1 Pengkajian
4.1.1 Anamnesa
a. Identitas klien, meliputi:
1. Nama klien: sesuai dengan nama pasien.
2. Usia: klien marasmus biasanya berusia kurang dari 5 tahun (balita)
3. Jenis kelamin: terjadi pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan
4. Agama: bergantung pada pasien
5. Pendidikan: anak biasanya belum sekolah, sedangkan orangtua anak biasanya berpendidikan
rendah.
6. Alamat: klien dengan marasmus biasanya bertempat tinggal di daerah dengan pemukiman
kumuh atau pemukiman padat penduduk.
b. Identitas Orang tua (penanggung), meliputi:
1. Nama orang tua: sesuai dengan nama bapak dan ibu atau keluarga penanggung dari klien.
2. Alamat orang tua: sama dengan anak
3. Pendidikan orang tua: biasanya orang tua klien berpendidikan rendah.
4. Pekerjaaan orang tua: pekerjaan orangtua klien dengan marasmus biasanya adalah sebagai buruh
atau dengan status sosial ekonomi rendah.
c. Data subjektif
1. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering mual dan muntah.
2. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering rewel dan nangis terus padahal sudah diberi makan.
3. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya semakin kurus badannya.
4. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya juga sering diare.
d. Data Objektif
1. Pasien tampak sangat kurus,
2. Rambut pasien tampak kemerahan,
3. Perut pasien terlihat cekung,
4. Wajah pasien tampak seperti orang tua (berkerut)
5. Kulit pasien tampak keriput.
e. Keluhan utama :
f. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat
badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post
natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan
nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
pasien dan lain-lain.
4.1.2 Pengkajian pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dan mual muntah.
b. Pola eliminasi: klien biasanya mengalami diare.
c. Pola aktivitas dan integritas ego: klien biasanya mengalami gangguan aktifitas karena
mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan oleh gangguan metabolism.
d. Pola istirahat dan tidur: klien sering rewel karena selalu merasa lapar meskipun sudah diberi
makan sehingga sering terbangun pada malam hari.
e. Pola higiene: kebersihan diri klien kurang, kulit tampak kusam, rambut kemerahan.
f. Pola pernapasan: adanya suara whezzing dan ronkhi akibat adanya penyakit penyerta seperti
bronkopneumonia.
g. Pola keamanan: klien sangat rentan untuk terjangkit infeksi karena system imun yang menurun.
h. Pola seksualitas: tidak mengalami gangguan.
4.1.3 Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan
dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan
lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
a. Pengkajian fisik dengan metode head to toe
1. Keadaan umum klien, meliputi: kesadaran composmentis: lemah, rewel, kebersihan kurang,
berat badan kurang, tinggi badan, nadi cepat dan lemah, suhu meningkat, dan pernapasan
takipneu.
2. Kepala: lingkar kepala klien biasanya lebih kecil dari normal, warna rambut kusam.
3. Muka: tampak seperti wajah orang tua.
4. Mata: konjungtiva anemis.
5. Hidung: biasanya terdapat sekret dan terpasang selang NGT untuk memenuhi intake nutrisi.
6. Mulut: biasanya terdapat lesi, mukosa bibir kering dan bibir pecah-pecah.
7. Leher: biasanya mengalami kaku duduk.
8. Torax : adanya tarikan dada saat bernapas
9. Abdomen: perut cekung, terdapat ascites, bising usus meningkat, suara hipertimpani.
10. Ekstremitas atas: lingkar atas abnormal, akral dingin dan pucat.
11. Ektremitas bawah: terjadi edema tungkai.
12. Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kulit keriput, CRT: > 3 detik, (Capernito,2000).
b. Pemeriksaan fisik abdomen antara lain:
1. Inspeksi
a) klien tampak kurus, ada edema pada muka dan kaki;
b) warna rambut kemerahan, kering dan mudah patah/dicabut;
c) mata terlihat cekung dan pucat;
d) terlihat pergerakan usus;
e) ada pembesaran/edema pada tungkai.
2. Auskultasi
a) bunyi peristaltik usus meningkat;
b) bunyi paru-paru wheezing dan ronchi.
3. Perkusi
a) terdengar adanya shifting dullnees;
b) terdengar bunyi hipertimpani.
4. Palpasi
hati: terjadi pembesaran hati.
c. Pemeriksaaan fisik untuk pertumbuhan anak.
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan anak
2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan
(dalam meter)
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan
jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA) untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Biokimia: Hb anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam
folat dan berbagai vitamin, kadar albumin yang rendah karena kurangnya konsumsi protein,
kadar globumin normal atau sedikit tinggi, kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih
rendah daripada asam amino non esensial.
2. Biopsi: ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel
mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakual lemak yang
besar.
3. Autopsi: menunjukkan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti degenerasi otot
jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold dan atrofi kelenjar timus.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1. Penurunan ukuran antropometri.
2. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut).
3. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra.
4. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal).
5. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
6. Edema tungkai.
7. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)
4.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : Keluarga klien intake makanan tidak Gangguan nutrisi
mengeluhkan badan klien adekuat (nafsu makan kurang dari
lemah berkurang) kebutuhan tubuh
DO: berat badan turun,
berat badan tidak sesuai
dengan tinggi badan,
edema, rambut kering,
kusam, jarang, putih dan
mudah dicabut, kulit
kering dan bersisik, hepar
membesar, hb rendah,
mata pucat dan cekung.
2. DS: respon verbal dari diare, mual, muntah Defisit volume
klien dan keluarga. cairan
DO: klien BAB lebih dari
3kali dalam sehari
3. DS: keluarga klien gangguan nutrisi/status Gangguan integritas
menyatakan klien tidak metabolik kulit
bergairah dan lesu.
DO: klien kulit bersisisk,
kering
4. DS:respon verbal klien kerusakan pertahanan Resiko tinggi infeksi
yang terlihat tidak ceria. tubuh
DO: klien lemah, lesu,
pusing, Hb rendah, BB
tidak sesuai dengan tinggi
badan, mata pucat
5. DS: pernyataan keluarga kurang informasi Defisiensi
tentang ketidakmampuan pengetahuan
keluarga merawat klien
DO:klien mengalami
anoreksia dan mual.
6. DS: keluarga klien melemahnya Perubahan
mengeluhkan tidak adanya kemampuan fisik dan pertumbuhan dan
nafsu makan pada klien. ketergantungan perkembangan
DO: BB turun dan jauh sekunder akibat
dari IMB, terlihat perut masukan kalori atau
yang buncit dan klien nutrisi yang tidak
mengalami anoreksia serta adekuat.
mual.
7. DS: keluarga klien perubahan wajah yang Gangguan citra diri
mengatakan anaknya takut menyerupai orang tua
atau bertemu dengan orang
asing
DO: Wajah pasien tampak
seperti orang tua
(berkerut)

8. DS : keluarga pasien Kurang adekuatnya Intoleransi aktifitas


mengatakan anaknya transport oksigen ke
merasa sakit jika terlalu seluruh sel.
banyak gerak
DO : pasien hanya mampu
berbaring di tempat tidur
9. DS : pasien Penurunan konsentrasi Kelebihan
keluarga volume
protein plasma
mengatakan kaki pasien cairan
menyebabkan
bengkak penurunan tekanan
osmotic plasmayang
DO : terdapat pitting
kemudian
edema pada kaki pasien menyebabkan filtrasi
cairan yang keluar dari
pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah
cairan yang
direabsorpsi kurang dari
normal.

4.3 Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik
dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
7. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua ditandai
dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.
9. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).

4.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1. Gangguan nutrisi Pasien mendapat 1. Dapatkan riwayat 1. Riwayat diet untuk
kurang dari nutrisi yang adekuat. diet data klien
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan 2. Dorong orangtua atau
2. Sebagai support
berhubungan dengan tindakan anggota keluarga lain untuk anak ketika
intake makanan tidak keperawatan, untuk menyuapi anak makan
adekuat (nafsu makan diharapkan pasien atau ada disaat makan3. Untuk menambah
berkurang) (Wong, akan dapat 3. Gunakan alat makan semangat makan si
2004), yang ditandai - meningkatkan yang dikenalnya anak
dengan: masukan oral. 4. Perawat harus ada saat
4. Mencegah
DS : Klien mengeluh - Nafsu makan makan untuk terjadinya hal-hal
badan lemah, meningkat memberikan bantuan, yang tidak
anoreksia, lesu, - badan tidak lemah, mencegah gangguan diinginkan, memberi
mudah lelah ceria dan segar dan memuji anak semangat untuk anak
DO: berat badan - BB normal, hb untuk makan mereka 5. Menggunakan alat
turun, berat badan normal 5. Sajikan makansedikit makan yang dikenal
tidak sesuai dengan - edema hilang tapi sering oleh anak akan
tinggi badan, edema, - rambut distribusi 6. Sajikan porsi kecil menambah semangat
rambut kering, rata, hitam nampak makanan dan berikan untuk makanm
kusam, jarang, putih berminyak setiap porsi secara
6. Memenuhi
dan mudah dicabut, - hepar tidak terpisah kebutuhan nutrisi
kulit kering dan membesar 7. berikan makanan anak.
bersisik, hepar TKTP, dilakukan
7. Mempertahankan
membesar, hb secara bertahap keseimbangan
rendah, mata pucat 8. observasi intake dan kebutuhan protein
dan cekung. output dan kalori anak
9. observasi TTV 8. Memastikan
10. kolaborasi dengan haluaran output
tenaga kesehatan lain sesuai dengan intake
untuk pemberian anak
vitamin dan gizi untuk
9. Memenuhi
makanannya. kebutuhan anak
11. penyuluhan kesehatan untuk kebutuhan
tubuhnya
10. Menambah
pengetahuan anak
dan keluarga
2. Defisit volume cairan Tidak terjadi 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan dehidrasi vital dan tanda-tanda TTV dan tanda
diare, mual, muntah. Setelah dilakukan dehidrasi dehidrasi anak
DS: respon verbal tindakan keerawatan,
2. Monitor jumlah dan 2. Untuk mengetahui
dari klien dan diharakan klien akan tipe masukan cairan cairan pada anak
keluarga. daat: 3. Ukur kaluaran urine 3. Untuk mengetahui
DO: klien BAB - Mukosa bibir dengan akurat keseimbangan antara
sehari > 3kali lembab 4. Dorong keluarga untuk input dan output
- tidak terjadi membantu pasien 4. Meningkatkan
peningkatan suhu makan nutrisi klien
- turgor kulit baik 5. Tawarkan makanan 5. Mempercepat
ringan pemulihan volume
6. Atur kemungkinan cairan yang
transfusi berkurang
7. Pelihara IV line 6. Mencegah infeksi
8. Monitor respon klien 7. Mengidentifikasi
dengan penambahan apakah terdapat
cairan reaksi alergi atau
reaksi yang tidak
diinginkan.
3 Gangguan integritas Tujuan : Tidak
1. Monitor kemerahan, 1. Mencegah
kulit berhubungan terjadi gangguan pucat,ekskoriasi terjadinya kerusakan
dengan gangguan integritas kulit 2. Dorong mandi pada kulit
nutrisi/status 2xsehari dan gunakan 2. Mandi dapat
metabolik. Kriteria hasil : lotion setelah mandi menjaga kebersihan
DS: keluarga klien a. kulit tidak kering 3. Massage kulit Kriteria kulit
menyatakan klien b. kulit tidak bersisik hasilususnya diatas 3. Massage dapat
tidak bergairah dan c. elastisitas normal penonjolan tulang mencegah terjadinya
lesu. 4. Ubah posisi baring kerusakan kulit
DO: klien kulit pasien setiap 2 jam. 4. Baring yang sering
bersisisk, kering. akan mengakibatkan
penekanan pada kulit
4 Resiko tinggi infeksi Tujuan :Pasien tidak
1. Mencuci tangan 1. Tangan yang bersih
berhubungan dengan menunjukkan tanda- sebelum dan sesudah akan terhindar dari
kerusakan pertahanan tanda infeksi melakukan tindakan kuman
tubuh, ditandai 2. Pastikan semua alat 2. Alat yang
dengan: badan lemah, Kriteria hasil: yang kontak dengan bersih/steril tidak
lesu, pusing, Hb
a. suhu tubuh normal pasien bersih/steril akan mengakibatkan
rendah, BB tidak (36,60 C-37,70 C) 3. Instruksikan tenaga infeksi
sesuai dengan tinggi
b. lekosit dalam batas kesehatan dan keluarga
3. Mempertahankan
badan, mata pucat normal dalam prosedur kontrol keseimbangan
DS:respon verbal c. badan tidak lemah infeksi kebutuhan protein
klien yang terlihat dan ceria 4. berikan makanan dan kalori anak
tidak ceria. d. pusing berkurang TKTP 4. Memastikan TTV
DO: klien lemah, e. Hb normal kembali 5. monitoring TTV anak tetap dalam
lesu, pusing, Hb f. BB normal kembali 6. Beri antibiotik sesuai batas normal
rendah, BB tidak g. mata tidak pucat program 5. Antibiotik sebagai
sesuai dengan tinggi pengobatan
badan, mata pucat
5. Defisiensi Tujuan : pengetahuan
1. Tentukan tingkat 6. Pengetahuan orang
pengetahuan pasien dan keluarga pengetahuan orangtua tua pasien
berhubungan dengan bertambah pasien mempengaruhi
kurangnya informasi Kriteria hasil: 2. Mengkaji kebutuhan perawatan pasien
ditandai dengan
- Menyatakan diet dan jawab 7. Jawaban sesuai
ketidakmampuan kesadaran dan pertanyaan sesuai indikasi agar tidak
keluarga merawat perubahan pola hidup indikasi membingungkan
klien dan anoreksia - mengidentifikasi 3. Dorong konsumsi orangtua pasien
DO:klien mengalami hubungan tanda dan makanan tinggi serat 8. Untuk memenuhi
anoreksia dan mual. gejala. dan masukan cairan kebutuhan nutrisi
DS: ketidakmampuan adekuat pasien
keluarga merawat 4. Berikan informasi 9. Menambah
klien tertulis untuk orangtua wawasan orangtua
pasien klien dalam
perawatan pasien.
6. Perubahan Tujuan : Anak 1. Ajarkan pada orangtua1. Tiap anak
pertumbuhan dan mampu tumbuh dan tentang tugas mempunyai tugas
perkembangan berkembang sesuai perkembangan yang perkembangan
berhubungan dengan dengan usianya. sesuai dengan sesuai dengan
melemahnya kelompok usia. usianya
kemampuan fisik dan Kriteria hasil : 2. Kaji tingkat 2. Memastikan
ketergantungan Terjadi peningkatan perkembangan anak perkembangan anak
sekunder akibat dalam perilaku dengan Denver II tetap dalam batas
masukan kalori atau personal, sosial, 3. Berikan kesempatan normal
nutrisi yang tidak bahasa, kognitif atau bagi anak yang sakit 3. Memberikan
adekuat. aktifitas motorik memenuhi tugas kesempatan anak
DS: tidak adanya sesuai dengan perkembangan untuk tetap
nafsu makan klien. usianya. 4. Berikan mainan sesuai beraktivitas
DO: BB turun dan usia anak. 4. Mainan yang sesuai
jauh dari IMB, dengan usia akan
terlihatperut yang membuat anak
buncit dan klien tertarik dan
mengalami anoreksia kooperatif
serta mual.

7. Gangguan citra diri Tujuan : Anak


1. Kaji secara verbal dan1. Mengkaji seberapa
berhubungan dengan mampu mengubah nonverbal Respon besar gangguan yang
perubahan wajah body image menjadi pasien terhadap muncul
yang menyerupai positif. tubuhnya 2. Dapat dijadikan
orang tua ditandai 2. Monitor frekuensi sumber motivasi
dengan anak menjadi - Kriteria hasil : mengkritik dirinya 3. Meyakinkan pasien
pemalu dan tidak a. mempertahankan 3. Jelaskan tentang tentang perawatan
percaya diri dan interaksi sosial pengobatan, perawatan maupun medis yang
memalingkan wajah b. mampu dan prognosis penyakit dilakukan dapat
mengidentifikasi 4. Fasilitasi kontak mempercepat proses
kekuatan personal dengan individu lain penyembuhan
c. body image positif dalam kelompok kecil dandapat memberi
pasien harapan
positif
4. Mempermudah
kontak sosial dan
membangkitan PD
pasien
8. Intoleransi aktifitas Tujuan : Anak 1. Berikan permainan
1. Agar tidak terjadi
berhubungan dengan mampu beraktifitas dan aktifitas sesuai dikubitus pada anak
gangguan sistem sesuai dengan dengan usia 2. Untuk
transport oksigen kemampuannya. 2. Bantu semua memaksimalkan
sekunder akibat Kriteria hasil : kebutuhan anak gerak pasien
malnutrisi. Menunjukkan dengan melibatkan
3. Agar anak merasa
kembali kemampuan keluarga pasien nyaman jika dengan
melakukan aktifitas. keluarga dan
keluarga mampu
mandiri
9. Kebihan volume Tujuan : Kelebihan
1. Pantau kulit terhadap
1. Luka tekan sulit
cairan berhubungan volume cairan tidak tanda luka tekan kembali semula jika
dengan rendahnya terjadi. 2. Ubah posisi sedikitnya terdapat edema
masukan protein Kriteria hasil : 2 jam 2. Agar tidak terjadi
(malnutrisi). a. 3. Kaji masukan diet dan dikubitus/perlukaan
Menyebutkan
kebiasaan yang dapat
faktor-faktor 3. Agar cairan tidak
menunjang retensi
penyebab dan cairan. menumpuk
metode-metode 4. Terjadi edema jika
pencegahan edema intake dan output
b. Memperlihatkan tidak seimbang
penurunan edema
perifer dan sacral.

4.4 Implementasi Keperawatan


Diagnosa Tanda
No Implementasi Keperawatan
Keperawatan tangan
1 Gangguan nutrisi 1. Mendapatkan riwayat diet
kurang dari 2. Mendorong orangtua atau
kebutuhan tubuh anggota keluarga lain untuk
berhubungan dengan menyuapi anak atau ada
intake makanan disaat makan
tidak adekuat (nafsu 3. Meminta anak makan dimeja
makan berkurang) dalam kelompok dan buat
waktu makan menjadi
menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang
dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan
untuk memberikan bantuan,
mencegah gangguan dan
memuji anak untuk makan
mereka
6. Menyajikan makan sedikit
tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil
makanan dan berikan setiap
porsi secara terpisah
2 Defisit volume
1. Mendapatkan riwayat tanda-tanda
cairan berhubungan vital
dengan diare, mual,
2. Menghitung input dan output klien
muntah 3. Mengukur haluaran keakuratan urin
klien
3 Gangguan integritas
1. Menggunakan lotion setiap setelah
kulit berhubungan mandi pada kulit klien.
dengan gangguan
2. Mendorong orangtua dalam
nutrisi/status memandikan klien 2x sehari.
metabolik. 3. Mendapatkan massage kulit secara
rutin tiap 2 hari sekali.
4 Resiko tinggi infeksi
1. Melakukan cuci tangan sebelum dan
berhubungan dengan setelah tindakan
kerusakan 2. Menginstruksikan tim kesehatan dan
pertahanan tubuh keluarga untuk protap kontrol nfeksi
3. Menyajikan makanan tinggi
karbohidrat dan protein
4. Mendapatkan riwayat tanda-tanda
vital
5 Kurang pengetahuan
1. Meningkatkan program pendidikan
berhubungan dengan kesehatan kepada keluarga klien
kurangnya informasi2. Mendapatkan riwayat diet sesuai
indikasi
3. Mendorong keluarga untuk
menyajikan makanan tinggi serat dan
intake cairan yang adekuat
6 Perubahan 1. Meningkatkan pendidikan kesehatan
pertumbuhan dan yang sesuai tumbuh kembang klien
perkembangan 2. Mendapatkan riwayat pemeriksaan
berhubungan dengan DDST
melemahnya 3. Mendorong keluarga untuk
kemampuan fisik membantu klien memenuhi tugas
dan ketergantungan perkembangan
sekunder akibat
4. Modifikasi tempat tidur klien dengan
masukan kalori atau adanya mainan yang sesuai seusia
nutrisi yang tidak klien
adekuat.
7 Gangguan citra diri
1. Menjelaskan tentang pengobatan,
berhubungan dengan perawatan dan prognosis penyakit
perubahan wajah
2. Mendorong klien mengungkapkan
yang menyerupai perasaanya
orang tua ditandai
3. Memfasilitasi kontak dengan
dengan anak individu lain dalam kelompok kecil
menjadi pemalu dan
tidak percaya diri
dan memalingkan
wajah

8. Intoleransi aktifitas
1. Memberikan permainan dan aktifitas
berhubungan dengan sesuai dengan usia
gangguan sistem
2. Membantu semua kebutuhan anak
transport oksigen dengan melibatkan keluarga pasien
sekunder akibat
malnutrisi.
9. Kelebihan volume
1 Memantau kulit terhadap tanda luka
cairan berhubungan tekan
dengan rendahnya
2 Mengubah posisi sedikitnya 2 jam
masukan 3
protein Mengkaji masukan diet dan
kebiasaan yang dapat menunjang
(malnutrisi).
retensi cairan.

4.5 Evaluasi
Nama
No Diagnosa Evaluasi dan
Paraf
1 Gangguan nutrisi S: orang tua pasien mengatakan sus,
kurang dari anak saya nafsu makan
kebutuhan tubuh O: BB pasien naik
berhubungan dengan A: tujuan telah tercapai
intake makanan tidak P: hentikan tindakan keperawatan
adekuat (nafsu makan
berkurang)

2 Defisit volume cairan S: orang tua pasien mengatakan sus,


berhubungan dengan anak saya sudah tidak diare lagi.
diare, mual, muntah O: mukosa bibir lembab dan turgor
kulit membaik
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan

3 Gangguan integritas S: orang tua pasien mengatakan sus,


kulit berhubungan anak saya sudah tidak bersisik lagi
dengan gangguan kulitnya.
nutrisi/status O: kulit sudah elastic dan tidak
metabolik. bersisik
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
4 Resiko tinggi infeksi S: orang tua pasien mengatakan sus,
berhubungan dengan anak saya sudah tidak pucat lagi
kerusakan pertahanan matanya.
tubuh O: suhu normal dan Hb normal
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
5 Kurang pengetahuan S: orang tua pasien mengatakan sus,
berhubungan dengan saya suda tau penyebabnya.
kurangnya informasi O: Nampak perubahan persepsi dari
segi kognitif
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
6 Perubahan S: orang tua pasien mengatakan sus,
pertumbuhan dan anak saya sudah mau bermain.
perkembangan O: aktivitas motorik sudah dilakukan
berhubungan dengan sesuai tumbuh kembang
melemahnya A: tujuan telah tercapai
kemampuan fisik dan P: hentikan tindakan keperawatan
ketergantungan
sekunder akibat
masukan kalori atau
nutrisi yang tidak
adekuat.
7 Gangguan citra diri S: orang tua pasien mengatakan sus,
berhubungan dengan anak saya sudah ngomong dengan
perubahan wajah orang lain.
yang menyerupai O: pasien dapat berinteraksi dengan
orang tua ditandai orang sekitar
dengan anak menjadi A: tujuan telah tercapai
pemalu dan tidak P: hentikan tindakan keperawatan
percaya diri dan
memalingkan wajah

8 Intoleransi aktifitas S : orang tua pasien mengatakan


berhubungan dengan bahwa anaknya mulai mau bermain
gangguan sistem dengan mainannya
transport oksigen O : pasien mulai mau dan mampu
sekunder akibat bermain
malnutrisi. A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan

9 Kelebihan volume S : ibu pasien mengatakan bahwa


cairan berhubungan kaki anaknya sedikit membaik tidak
dengan rendahnya bengkak (kempes)
masukan protein O : edema berkurang, luka tekan
(malnutrisi). semakin berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan tindakan keperawatan
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor
lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang
rendah. Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk menentukan penyebab dari perlunya
anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada
penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan, serta penyuluhan yang baik. Pengobatan
marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein. Penatalaksanaan di rumah sakit
yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.

5.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapakan kita mampu memahami konsep penyakit dan asuhan
keperawatan marasmus sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Berhman, Kliegman dan Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong, L. D & Whaleys, 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2.Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa:
Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC
Adiningsih. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi anak sulit makan Sulit makan sayur dan
minum susu. Jakarta: Gramedia.
MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
SISTEM PENCERNAAN: MARASMUS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliahKeperawatan Anak

Di sususn oleh :

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2014/2015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
pada anak marasmus.Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan.Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan penulis.
Penulisan makalah ini tidak akan selesai bila tanpa dorongan, bantuan, motivasi dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud
mengucapkan rasa terimakasih
Meski masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot.(Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi
sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang.Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein
dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik.Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.Pemberian terapi cairan dan
elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda
vital.Penanganan KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas
mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya pada anak.
C. MANFAAT
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS Ini bermanfaat
untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses
kaperawatan, implementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.(Suriadi,
2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
B. KlASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor(Ngastiyah, 1997)
C. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-
anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)
D. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
E. MANISFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar.Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
F. PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan lemak di
bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis. Untuk
kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk
komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan
asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah,
2005 : 259).

G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik.
Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.

3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.

4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat

Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa,
sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :

Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.

Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik

Pengobatan infeksi

Pemberian makanan

Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan
payah jantung.

a) Menurut Arisman, 2004:105


Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya
cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral
atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam
kegiatan rehidrasi.
Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75
dan F-100.
b) Menurut NuchsanLubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu
:

1) Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan
jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.

Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2) Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan


Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau
rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan
protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
Mengukur TB dan BB

Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)

Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan
jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.


BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang: nama
perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan
topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :
Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :


a. Data Subjektif
1) Rasio berat badan
2) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
3) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.

4. Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus.Anak tampak lesu dan
tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

5. Masukan atau intake nutrisi


Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan.
Melaporkan / terlihat kurang makan.
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

6. Pengetahuan tentang nutrisi


Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.
a. Data Objektif
1. Data umum
a. Perubahan rambut :Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus,
mudah lepas bila ditarik).
b. Warna kulit lebih muda: Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna
lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
c. Tinjaencer : Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam bercak bersepih: Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan
warna kulit yang sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h. Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.
i . Mulut dan gigi :Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j. Kaji adanya anoreksia, mual.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat
(nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

C. Rencana perawatan

NO No dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional


1. I Tujuan : Pasien mendapat1. Dapatkan riwayat diet 1.Untuk mengetahui
nutrisi yang adekuat asupan kalori
Kriteria hasil 2.
: Dorong orangtua atau 2.untuk meningkatkan
meningkatkan masukan anggota keluarga lain untuk selera makan
oral menyuapi anak atau ada
disaat makan
3. Sajikan makansedikit tapi
sering 3.meningkatkan
4. Sajikan porsi kecil makanan asupan nutrisi
dan berikan setiap porsi 4.proses penyembuhan
secara terpisah pada anak
2. II Tujuan : Tidak terjadi1. Monitor tanda-tanda vital 1.mengetahui keadaan
dehidrasi dan tanda-tanda dehidrasi umum
Kriteria hasil : Mukosa2. Monitor jumlah dan tipe
bibir lembab, tidak terjadi masukan cairan 2.mengetahui intake
peningkatan suhu, turgor dan output
kulit baik. Cairan dalam tubuh
Intervensi : 3. Ukur haluaran urine dengan 3. mengetahui output
akurat cairan dalam tubuh

3. III Tujuan : Tidak terjadi1. Monitor kemerahan, 1.mengetahui keadaan


gangguan integritas kulit pucat,ekskoriasi umum
Kriteria hasil : 2.
kulit tidak kering, tidak Dorong mandi 2xsehari dan 2.untuk meningkatkan
bersisik, elastisitas normal gunakan lotion setelah mandi personal hygiene

3. Massage kulit Kriteria hasil 3.mempelancar


ususnya diatas penonjolan peredaran darah
tulang
4. IV Tujuan : Pasien tidak
1. Mencuci tangan sebelum dan 1.meningkatkan
menunjukkan tanda-tanda sesudah melakukan tindakan kebersihan personal
infeksi 2.
Kriteria hasil : suhu tubuh
3. Pastikan semua alat yang 2.mencegah terjadinya
normal 36,6 C-37,7 kontak dengan pasien infeksi
C,lekosit dalam batas bersih/steril
normal 4.
Instruksikan pekerja 3.meningkatkan
perawatan kesehatan dan pengetahuan pada
keluarga dalam prosedur keluarga
control infeksi
Berikan antibioticsesuai
program 4.mencegah infeksi
5. V Tujuan : pengetahuan Tentukan tingkat 1.agar keluarga pasien
pasien dan keluarga pengetahuan orangtua pasien mengetahui kesehatan
bertambah lebih lanjut
Kriteria hasil : 2.program kesehatan
Menyatakan kesadaran dan Mengkaji kebutuhan diet dan
perubahan pola jawab pertanyaan sesuai
hidup,mengidentifikasi indikasi 3.proses pemulihan
hubungan tanda dan gejala. Dorong konsumsi makanan penyakit
tinggi serat dan masukan
cairan adekuat 4.meningkatkan
Berikan informasi tertulis pengetahuan orang tua
untuk orangtua pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mendapatkan riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
6. Menyajikan makansedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
meningkatkan masukan oral.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita
terutama di daerah perkotaan.Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan
makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang
lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan
kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori
dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap
penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun
marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat
menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat
tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih
dini.

B. SARAN
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap
bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC


Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby

Lubis,N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.


http://www.cerminduniakedokteran.com.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
NANDA .2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa:
Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005.Perawatan Anak Sakit, Edisi .Jakarta : EGC

Você também pode gostar