Você está na página 1de 10

Akidah

A. Arti dan Ruang Lingkupnya

Yang dimaksud dengan aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia

akidah), menurut etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia

mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian

teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena itu, Akidah Islam ditautkan

dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam. Akidah Islam berawal

dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha

Esa dalam zat, sifat, perbuatan, dan wujud-Nya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat,

sifat, perbuatan, dan wujud-Nya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman

dan prima cause seluruh keyakinan Islam.

Secara sederhana, sistematika akidah Islam dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kalau orang telah menerima tauhid sebagai prima cause yakni asal yang pertama,

asal dari segala-galanya dalam keyakinan Islam, maka rukun iman yang lain hanyalah

akibat logis (masuk akal) saja penerimaan tauhid tersebut. Pokok-pokok keyakinan

Islam yang terangkum dalam istilah Rukun Iman itu merupakan asas seluruh ajaran

Islam. Jumlahnya ada enam yang dimulai dari,

a. Keyakinan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa

b. Keyakinan kepada Malaikat-malaikat


c. Keyakinan kepada Kitab-kitab suci

d. Keyakinan kepada para Nabi dan Rasul Allah

e. Keyakinan kepada akan adanya Hari Akhir/Kiamat

f. Keyakinan kepada Kada dan Kadar Allah.

Pokok-pokok keyakinan atau Rukun Iman ini merupakan akidah Islam.

B. Keyakinan Kepada Allah

Allah, Zat Yang Maha Mutlak itu, menurut ajaran Islam adalah Tuhan Yang

Maha Esa. Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Menurut akidah Islam

konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa disebut Tauhid. Ilmunya adalah Ilmu

Tauhid. Ilmu tauhis adalah ilmu tentang Kemaha Esaan Tuhan (Osman Raliby,

1980:8).

Menurut Osman Raliby ajaran Islam tentang Kemaha Esaan Tuhan adalah

sebagai berikut:

1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya

Kemaha Esaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata

bahwa Zat Allah tidak sama dan tidak dapt dibandingkan dengan apapun juga. Dia

unique (unik: lain dari semuanya), berbeda dalam segala-galanya. Zat Tuhan yang

unik atau Yang Maha Esa itu bukanlah materi yang terdiri dari beberapa unsure
bersusun. Ia tidak dapat disamakan atau dibandingkan dengan benda apapun yang

kita kenal, yang menurut ilmu fisika terjadi dari susunan atom, molekul, dan unsur-

unsur berbentuk yang takluk pada ruang dan waktu yang dapat ditangkap oleh

pancaindera manusia, yang dapat hancur musnah dan lenyap pada suatu masa.

2. Allah Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya

Sifat-sifat allah itu banyak dan tidak dapat diperkirakan. Namun demikian,

dari Al-Quran dapat diketahui Sembilan Puluh Sembilan nama sifat Tuhan yang

biasanya disebut dengan al-Asmaul Husna: Sembilan puluh Sembilan Nama-nama

Allah yang Indah. Didalam Ilmu Tauhid dijelaskan dua puluh sifat Tuhan, yang

disebut Sifat Dua Puluh, yaitu:

1) Ada 11) Maha Mendengar

2) Azal, tidak ada permulaan-Nya 12) Maha Melihat

3) Kekal 13) Maha Berkata-kata

4) Berbeda dengan ciptaan-Nya 14) Dalam Keadaan Berkuasa

5) Berdiri sendiri 15) Dalam Keadaan Berkemauan

6) Maha Esa 16) Dalam Keadaan Berpengetahuan

7) Berkuasa, Maha Kuasa 17) Dalam Keadaan Hidup

8) Berkehendak 18) Dalam Keadaan Mendengar

9) Maha Mengetahui 19) Dalam Keadaan Melihat

10) Hidup 20) Dalam Keadaan Berkata-kata


3. Allah Maha Esa dalam perbuatan-Nya

Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa

tiada bertara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat berbuat

menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik, lain dari yang lain, tiada

taranya, dan tidak sanggup pula manusia menirunya. Kagumilah, misalnya,

bagaimana Ia menciptakan diri kita sendiri dalam bentuk tubuh yang sangat baik,

yang dilengkapi-Nya dengan pancaindera, akal, perasaan, kemauan, bahasa,

pengalaman, dan sebainya.

4. Allah Maha Esa dalam wujud-Nya

Ini berarti wujud Allah lain sama sekali dari wujud alam semesta. Ini tidak

dapat disamakan dan dirupakan dalam bentuk apapun juga. Oleh karea itu,

Anthromorfisme (paham pengenaan ciri-ciri manusia pada alam seperti binatang atau

benda mati apalagi pada Tuhan) tidak ada dalam ajaran Islam. Menurut keyakinan

Islam, Allah Maha Esa. Demikian Esa-Nya sehingga wujudnya tidak dapat

disamakan dengan alam atau bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan-Nya ini.

Eksistensi-Nya wajib. Karena itu Ia disebut wajibul wujud. Pernyataan ini

mempunyai makna bahwa hanya Allahlah yang abadi dan wajib eksistensi atau

wujud-Nya. Selain dari Dia, semuanya mumkinul wujud. Artinya boleh (mungkin)

ada, boleh (mungkin) tiada seperti eksistensi manusia dan seluruh alam semesta ini

yang pada waktunya pasti akan mati atau hancur binasa.


5. Allah Maha Esa dalam menerima ibadah

Ini berarti nahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan menerima

ibadah. Hanya Dialah satu-satunya yang patut dan harus disembah dan hanya kepada-

Nya pula kita menerima pertolongan. Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala

perbuatan manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata terucapkan maupun

dalam bentuk perbuatan-perbuatan lain, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

6. Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia

Artinya, bila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan,

atau keinginannya langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah sendiri tanpa

perantara atau media apapun namanya. Tidak ada sistem rohbaniyah atau

kependetaan dalam Islam. Semua manusia kecuali para Nabi dan Rasul, mempunyai

kedudukan yang sama dalam berhubungan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa.

7. Allah Maha Esa dalam memberi hukum

Ini berarti bahwa Allah satu-satunya Pemberi Hukum yang Tertinggi. Ia

member hokum kepada alam, seperti hokum-hulum alam yang selama ini kita kenal

dengan sebutan hokum-hukum Archimedes, Boyle, Lavoisier, hokum relativitas,

thermodynamic, dan sebagainya. Ia pula yang member hokum kepada umat manusia

bagaimana mereka harus hidup dibumi-Nya ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan

kehendak-Nya yang dengan sendirinya sesuai dengan hokum-hukum (yang berlaku

di) alam semesta dan watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan Allah.
C. Keyakinan Kepada Para Malaikat

Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera

manusia. Akan tetapi dengan izin Allah, mlaikat dapat menjelmakan dirinya seperti

manusia, seperti malaikat jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, ibu Isa almasih

(Q.S. Maryam19:16-17), misalnya. Mereka diciptakan Tuhan dari cahaya dengan

sifat atau pembawaan antara lain selalu taat dan patuh kepada Allah, dan senantiasa

membenarkan dan melaksanakan perintah Allah. Para malaikat mempunyai tugas

tertentu, ada yang dialam gaib dan dialam dunia. Tugas malaikat di alam dunia antara

lain:

1. Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya

2. Mengukuhkan hati orang-orang yang beriman

3. Memberi pertolongan kepada manusia

4. Membantu perkembangan rohani manusia

5. Mendorong manusia untuk berbuat baik

6. Mencatat perbuatan manusia

7. Melaksanakan hukuman Allah

Selain para malaikat ada makhluk gaib lain ciptaan Tuhan. Yang dimaksud

adalah setan. Setan diciptakan dari api. Berbeda dengan malaikat yang mendorong

manusia untuk berbuat baik, kerja setan adalah menyesatkan manusia. Kalau ada

gerak dihati seseorang untuk berbuat jahat, itu tandanya manusia tersebut mendapat
bisikan setan. Jika ia ingin berbuaat baik, itu indikasi bahwa malaikat berhasil

menyampaikan bisikannya pada manusia yang bersangkutan. Itulah sebabnya, maka

akal manusia yang mempertimbangkan kedua kecenderungan itu perlu diisi dengan

iman kepada wahyu yang sengaja diturunkan Tuhan untuk menjadi pedoman hidup

manusia.

Ada makhluk halus lain yang diciptakan dari api yang disebut iblis. Iblis

termasuk kategori setan. Iblis adalah makhluk gaib yang berusaha dengan berbagai

cara menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan dengan merangsang nafsu rendah

manusia, dan selalu berusaha mempengaruhi manusia agar berperilaku sama dengan

iblis (Gazalba, 1976: 38).

Selain dari apa yang telah dikemukakan diatas, ada makhluk halus lain yang

disebut jin. Sama halnya dengan iblis yang dapat merupakan dirinya kedalam

berbagai bentuk, jin kadang-kadang juga memperlihatkan dirinya sebagai makhluk

biasa, seprti binatang, dan sebagai makhluk yang luar biasa (bentuknya). Jin ada yang

ingkar dan ada pula yang taat kepada Allah. Paham dan pendirian mereka sama

dengan manusia. Dalam kepustakaan, yang baik dan patuh kepada Allah disebut Jin

Islam, sedangkan yang jahat disebut jin kafir.

Malaikat, setan, iblis, dan jin adalah makhluk-makhluk halus yang tidak dapat

ditangkap pleh pancaindera manusia dalam bentuk yang asli. Sebagai makhluk halus
yang berada dialam gaib wujudnya sama dengan malaikat, tetapi tugas dan sifatnya

berbeda.

Nama dan tugas-tugas malaikat Allah adalah:

1. M

2. M

3. M

4. M

5. M

6. M

7. M

8. M

9. M

10. M

D. Keyakinan pada Kitab-kitab Suci

Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja kataba (artinya ia ttelah menulis)

memuat wahyu Allah. Perkataan wahyu berasal dari bahsa Arab al-wahy. Kata ini

mengandung makna suara, bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab. Dalam pengertian yang

umum wahyu adalah firman Allah yang disampaikat malaikat Jibril kepada para
Rasul-Nya. Firman Allah itu mengandung ajaran, petunjuk, pedoman yang diperlukan

manusia dalam perjalanan hidupnya didunia ini menuju akhirat.

Al-Quran menyebutkan beberapa kitab suci misalnya Zabur yang diturunkan

melalui nabi Daud as., Taurat melalui nabi Musa as., Injil melalui nabi Isa as., dan

Al-Quran melalui nabi Muhammad saw. Namun dalam perjalanan sejarah, kecuali

Al-Quran isi kitab-kitab suci itu telah berubah, tidak lagi menurut firman-firman

Allah yang asli. Taurat dan Injil misalnya, telah dibuktikan telah diubah, ditambah,

dan dikurangi isinya oleh tangan-tangan manusia yang menjadi pemimpin atau

pemuka agama yang bersangkutan.

Untuk mencegah agar Al-Quran tidak mengalami nasib yang sama seperti

kitab-kitab suci yang lain itu, maka kalau Al-Quran diterjemahkan kedalam salah

satu bahasa, teks asli Al-Quran didalam bahasa Arab tetap dipertahankan dan

ditempatkan berdampingan dengan terjemahannya.

Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam. Menurut keyakinan umat Islam

yang dibenarkan oleh penelitian ilmiah Al-Quran adalah kitab suci yang memuat

firman-firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada

nabi Muhammad sebagai Rasulullah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22

hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah. Isinya adalah petunjuk atau

pedoman bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya guna mencapai

kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Dalam membicarakan


wahyu yang terdapat dalm kitab-kitab suci ini ada baiknya kalau disinggung pula

tentang akal dalam hubungannya dengan wahyu. Akal adalah potensi yang

dianugerahkan Allah kepada manusia yang dengan akalnya itu memungkinkan

manusia memperoleh dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan

akalnya manusia dapa membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang

buruk, yang menyelematkan dan yang menyesatkan.

Dalam pembendaharaan Islam ada ungkapan yang menyatakan: al-aqlu

huwa-l-hayah wal faqdu huwa-l-maut. Artinya (lebih kurang) akal adalah kehidupan,

hilang akal berarti kematian.

Dari uraian singkat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa wahyu dan akal

merupakan sakaguru ( tiang utama, penegak, pengukuh) ajaran Islam. Namun, segera

perlu ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran Islam, wahyulah yang pertama dan

utama, sedangkan akal adalah yang kedua. Wahyulah, baik yyang langsung yang kini

dapat dibaca dalam al-Quran maupun yang tidak langsung melalui Sunah Nabi yang

terdapat pada kitab-kitab Hadits yang shahih yang member bimbingan pada manusia.

E. Keyakinan pada Para Nabi dan Rasul

Você também pode gostar