Você está na página 1de 2

ANALISA

Salah satu tujuan program Keluarga Berencana (KB) yang diterapkan di Indonesia adalah
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Program KB memiliki upaya yaitu: mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal untuk melahirkan serta mengatur kehamilan. Undang-
undang No.52 Tahun 2009 mendukung Program KB sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan berkualitas. Hal ini dimaksudkan, dengan memiliki
anggota keluarga yang terbatas maka kesejahteraan hidup keluarga akan lebih baik. Untuk
mewujudkan Program KB ini, alat kontrasepsi merupakan metode yang digunakan sebagai
upaya pengaturan kehamilan (INFODATIN, 2014).

Namun, metode kontrasepsi ini ternyata tidak sepenuhnya dapat mewujudkan tujuan Program
KB. Hal ini dikarenakan beberapa metode kontrasepsi memiliki kelebihan dan kelemahan
yang berbeda. Sebagian diantaranya kurang efektif dalam menghambat terjadinya kehamilan.
Selain itu, penggunaan yang tidak tepat dan tidak konsisten juga berpengaruh terhadap
gagalnya metode kontrasepsi. Imbas utama dari kegagalan KB adalah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD), yaitu sekitar 50% dari KTD (Winner, et al., 2012).
Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa penggunaan KB belum tentu bisa mencegah
kehamilan apalagi jika tidak berKB.

Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu
kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan.
Kehamilan ini akibat dari suatu perilaku seksual / hubungan seksual baik yang disengaja atau
tidak disengaja (Widyastuti, 2009)

Diketahuinya adanya kehamilan yang merupakan kehamilan yang tidak diinginkan hal ini
akan menimbulkan resiko antara lain resiko medis, psikologis, psikososial, kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin. Pada resiko medis akan menimbulkan resiko aborsi tidak aman
berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu, gangguan kesehatan. Pada psikologis akan
menimbulkan resiko merasa bersalah, depresi, marah agresi, ibu merasa tidak ingin dan tidak
siap untuk hamil. Psikososial akan berdampak ketegangan mental dan kebingungan akan
peran sosial yang tiba-tiba berubah, tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak
keadaan tersebut, dikucilkan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut,
dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaaan diri. Ibu dan janin juga akan beresiko
terganggunya kesehatan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi,
pengguguran kandungan, bila bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja
terlantar,perkembangan bayi tertahan, bayi terlahir dengan berat rendah. (Kusmiran E, 2012)

Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang


yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya
umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman
untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. (Moleong LJ, 2005)

Pada kasus ini, bidan mempunyai peran penting yaitu memberdayakan perempuan untuk
mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab
bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan
yaitu untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan
kebidanan berfokus pada pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan
dengan cara yang kreatif & fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan pendidikan
berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan & tidak otoriter serta
menghormati pilihan perempuan. (Kepmenkes, 2007)

Saran untuk mengurangi angka kejadian KTD pada PUS adalah dengan pemilihan serta
penggunaan metode kontrasepsi seharusnya disesuaikan dengan tujuan dari akseptor KB.
Terdapat beberapa fase sebagai tujuan dari akseptor KB yaitu fase menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan serta tidak lagi menginginkan kehamilan. Selain itu, pemerintah
sebaiknya memberikan sosialisasi mengenai segala bentuk informasi metode kontrasepsi baik
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) maupun Non MKJP khususnya di media
massa seperti televisi serta media sosial yang saat ini sedang hangat digunakan oleh
masyarakat. (Perwiraningtyas, 2016)

Referensi

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang


Standar Profesi Bidan
2. INFODATIN. (2014). Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta Selatan:
Kementrian Kesehatan RI.
3. Winner, B., Peipert, J. F., Zhao, Q., Buckel, C., Madden, T., Allsworth, J. E. (2012).
Effectiveness of LongActing Reversible Contraception. The new england journal of
medicine , 1998-2007.
4. Widyastuti Y , dkk. Kesehatan Reproduksi. Fitamaya. Yogyakarta. 2009.
5. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta.
2012.
6. Moleong LJ. Metodologi Kualitatif. Remaja Rodakarya. Bandung. 2005.
7. Perwiraningtyas, P. Prasetyo, Nugroho A. Jurnal Ners LENTERA: Hubungan Jenis
Metode Kontrasepsi dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pada Pasangan Usia
Subur (PUS). Vol.4(1). Maret 2016

Você também pode gostar