Você está na página 1de 12

Dengan semakin majunya teknologi konstruksi pada era sekarang dan semakin tinggi nya penggunaan

beton dalam dunia konstruksi, beton prategang adalah solusi bagus untuk memenuhi kebutuhan
beton karena beton prategang memiliki banyak kelebihan berikut penjelasan singkat tentang beton
prategang.

A. PENGERTIAN BETON PRATEGANG


Pengertian beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:
a. Menurut PBI 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-tegangan
intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-tegangan
akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.

b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998


Beton prategang adalah beton bertulang yang dimana telah diberikan tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang
bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan
yang terjadi akibat beban eksternal.

B. PRINSIP DAN CARA KERJA BETON PRATEGANG


Untuk memberikan memberikan gaya konsentris pada beton prategang bisa dilakukan dengan
dua cara yaitu :
a. Pre-tensioned Prestressed Concrete (pratarik), ialah konstruksi dimana tendon
ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton mengeras dan gaya
konsentris dipertahankan sampai beton cukup keras.
b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi dimana setelah
betonnya cukup keras, barulah dberikan gaya konsentris dengan menarik kabel
tendon.

c. Pre-Tensioning ( Pra Tarik) Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu
sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pretension method. Adapun prinsip dari
Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
Tahap 1: Siapkan bekisting ( formwork ) yang telah lengkap dengan lubang untuk
kabel tendon ( tendon duct ) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen
balok, setelah itu beton dicor ( gambar A ).
Tahap 2 : Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri, tendon atau
kabel prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong (tendon duct),
selanjutnya ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya
prategang adalah dengan cara mengikat salah satu angker, kemudian ujung
angker lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ). tetapi ada pula yang ditarik dikedua
sisinya kemudiang diangker secara bersamaan. Setelah diangkur kemudiang
dilakukan grouting pada lubang angker tadi ( Gambar B ).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya konsentris
telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya
konsentris tendon memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas,
akibatnya bentuk balok melungkung keatas ( gambar C ).
Untuk memudahkan transportasi dari pabrik ke site, maka biasanya beton
prategang dibuat dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (
balok dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, misalnya perbagian dibuat dengan
panjang 1 sampai dengan 3 m ).
d. TAHAP PEMBEBENAN
Tidak seperti beton konvensioanl, beton prategang mengalami beberapa
tahap pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harus dilakukan pengecekan atas
kondisi serat tekan dan serat tarik dari setiap penampang. Pada tahap tersebut
berlaku tegangan ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi beton dan tendon. Ada dua
tahap pembebanan pada beton prategang, yaitu transfer dan service.
Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan
dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya
beban mati struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah beban pekerja dan alat.
Pada saat ini beban hidup belum bekerja sehingga momen yang bekerja adalah
minimum, sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum ada
kehilangan gaya prategang.
Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton prategang digunakan
sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya
prategang dipertimbangkan. Pada saat ini beban luar pada kondisi yang maksimum
sedangkan gaya pratekan mendekati harga minimum.
C. MATERIAL BETON PRATEGANG
Beton adalah hasil dari pencampuran beberapa material berupa semen, air dan
agregat. dengan perbandingan berat campuran agregat kasar 44%, agregat halus 31%, semen
18%, dan air 7%. setelah 28 hari beton akan mencapai kekuatan yang ideal yang disebuta kuat
tekan karakteristik. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang telah melampaui 95% dari
pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu dengan kubus
ukuran 15x15 cm, atau siliner dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton yang digunakan
untuk beton prategang adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dengan
nilai fc minimal 30 Mpa.
Baja : material baja yang biasa digunakan dalam pembuatan beton prategang adalah
sebagai berikut K
PC Wire, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem
pratarik.
PC Strand, biasanya digunakan untuk baja prategang untuk beton prategang dengan
sistem pascatarik.
PC BAR, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem
pratarik.
Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai untuk beton konvensional seperti besi
polos dan besi ulir
D. KEUNGGULAN BETON PRATEGANG
Beton Prategang ( Prestressed concrete ) mempunyai beberapa keunggulan bila dibandingkan
dengan beton konvensional biasa, antara lain:
1. Kelebihan dari segi teknis :
- Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga beton prategang akan lebih
tahan terhadap korosi.
- Kedap air, bagus digunakan untuk proyek yang dekat dengan perairan.
- Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban rencana
bekerja, maka lendutan akhir setelah beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari
pada beton bertulang biasa.
- Efisien karena dimensi penampang struktur akan lebih kecil atau langsing, sebab
seluruh luas penampang dipergunakan secara efektif.
- Jumlah penggunaan baja jauh lebih sedikit dari pada jumlah berat besi penulangan
pada konstruksi beton konvensional biasa.
- Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntirnya meningkat.
- kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton
prategang itu sendiri, dan dari segi ekonomis beton prategang juga memiliki beberapa
kelebihan antara lain :
- Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit
- Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.
- Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
- beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama
karena, dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.
- Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu pelaksanaan
konstruksi.

Sumber : PBI 1971, ACI, dan Konsensus Pedoman Beton 1998


Beton Prategang

Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, tetapi kekuatan
tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yang
sangat tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagai bahan struktur maka tegangan telah
dipikulkan kepada beton sementara tegangan tarik dipikulkan kepada baja.
Pada struktur dengan bentang yang panjang, struktur bertulang biasa tidak cukup untuk
menahan tegangan lentur sehingga terjadi retak-retak di daerah yang mempunyai tegangan lentur,
geser atau puntir yang tinggi.
Untuk mengatasi keretakan serta berbagai keterbatasan yang lain maka dilakukan
penegangan pada struktur beton bertulang. Sistem penegangan ini mulai digunakan pada tahun 1886
saat PH. Jakson dari Amerika Serikat membuat kontruksi pelat atap.
Di Jerman pada tahun 1888, CEW Doehring mendapatkan hak paten untuk penegangan plat
beton dengan kawat baja. Pada 1928 Eugene Freyssinet, seorang insinyur Perancis, berhasil
memberikan pratekan terhadap struktur beton sehingga dimungkinkan untuk membuat desain dengan
penampang yang lebih kecil untuk bentang yang relatif panjang.
Kesulitan kemudian timbul dalam perhitungan struktur statis tak tentu, karena pemberian
pratekan menimbulkan gaya tambahan yang sulit diperhitungkan. Pada 1951 Yves Guyon berhasil
memberikan solusinya. Perkembangan beton pratekan berlanjut dengan dikemukakannya Load
Balancing Theory oleh Tung Yen Lin pada 1963. Teori tersebut telah mendorong perkembangan
penggunaan beton pratekan yang pesat. PW. Abeles dari Inggris kemudian memperkenalkan
penggunaan Partial Prestressing yang menginjinkan tegangan tarik terbatas pada beton.
Keuntungan penggunaan beton prategang adalah :
1. Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
2. Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.
3. Kelebihan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan.
4. Dapat dipakai pada rekayasa kontruksi tertentu, misalnya pada kontruksi jembatan segmen.
5. Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur plat dan cangkang,
struktur tangki, struktur pracetak dan lain-lain.
6. Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat dieleminasi karena besarnya gaya
tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.

Kekurangan struktur beton prategang relatif lebih sedikit dibanding berbagai kelebihannya, diantaranya
:
1. Memerlukan peralatan khusus seperti tendon, angkur, mesin penarik kabel, dll
2. Memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

A. Metode Pratekan
Untuk memberikan tekanan pada beton pratekan dilakukan sebelum atau setelah beton
dicetak/dicor. Kedua kondisi tersebut mebedakan sistem pratekan, yaitu Pre-Tension (pratarik) dan
Post-Tension (pascatarik).
Pratarik
Pada cara ini, tendon pertama-tama ditarik dan diangkur pada abutmen tetap. Beton
dicor pada cetakan yang sudah disediakan dengan melingkupi tendon yang sudah ditarik
tersebut. Jika kekuatan beton sudah mencapai yang disyaratkan maka tendon dipotong atau
angkurnya dilepas. Pada saat baja yang ditarik berusaha untuk berkontraksi, beton akan
tertekan. Pada cara ini tidak digunakan selongsong tendon.
Pascatarik
Dengan cara yang sudah disediakan, beton di cor disekeliling selongsong (ducts). Posisi
selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur. Biasanya baja tendon tetap
berada didalam selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah mencapai kekuatan
tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik disatu sisi dan sisi yang lain diangkur. Atau tendon
ditarik di dua sisi dan diangkur secara bersamaan. Beton menjadi tertekan setelah
pengangkuran.

B. Tahap Pembebanan
Tidak seperti beton bertulang, beton pratekan mengalami beberapa tahap pembebanan. Pada
setiap tahap pembebanan harus dilakukan pengecekan atas kondisi serat tertarik dari setiap
penampang. Pada tahap tersebut berlaku tegangan ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi beton atau
tendon. Ada dua tahap pembebanan pada beton pratekan, yaitu Transfer dan Service.
Transfer
Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan dilakukan
penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya beban mati struktur,
yaitu berat sendiri struktur ditambah beban pekerja dan alat. Pada saat ini beban hidup belum
bekerja sehingga momen yang bekerja adalah minimum, sementara gaya yang bekerja adalah
maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.
Servis
Kondisi Service (servis) adalah kondisi pada saat beton pratekan digunakan sebagai
komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya prategang
dipertimbangkan. Pada saat itu beban luar pada kondisi yang maksimum sedangkan gaya
pratekan mendekati harga minimum.

Pada setiap tahapan di atas ditentukan hasil analisis untuk dievaluasi. Hasil analisis bisa
berupa perhitungan tegangan atau kontrol terhadap harga, misalnya lendutan terhadap lendutan ijin,
nilai retak terhadap suatu nilai batas, dan lain sebagainya. Perhitungan tegangan dilakukan untuk
desain terhadap kekuatan, sedangkan kontrol terhadap harga dilakukan untuk desain kekuatan, daya
layan, ketahanan terhadap api ataupun tahap batas yang lain. Perhitungan untuk tegangan bisa
dilakukan dengan pendekatan kombinasi beban, konsep kopel internal ( Internal Couple Concept ) atau
metode beban penyeimbang ( Load Balancing Method ).

C. Prosedur Perencanaan
Ada dua metode perencanaan struktur beton, yaitu metode beban kerja (working stress
method) dan metode beban batas (limit states method). Metode beban kerja dilakukan dengan
meghitung tegangan yang terjadi dan membandigkan dengan tegangan ijin yang bersangkutan. Apabila
tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan yang diijinkan maka dinyatakan aman. Dalam
menghitung tegangan, semua beban tidak dikalikan dengan faktor beban. Tegangan ijin dikalikan
dengan suatu faktor kelebihan tegangan (overstress factor). Untuk struktur beton, metode ini diterapkan
pada Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
Metode beban kerja didasarkan pada batas-batas tertentu yang bisa dilampaui oleh suatu
sistem struktur. Batas-batas tersebut, terutama adalah kekuatan, kemampuan layan, keawetan,
ketahanan terhadap api, ketahanan terhadap beban kelelahan dan persyaratan khusus yang
berhubungan dengan sistem struktur tersebut. Setiap batas dinyatakan aman apabila aksi rencana
lebih kecil dari kapasitas komponen struktur. Aksi rencana dihitung dengan menggunakan faktor
reduksi kekuatan. Peraturan beton saat ini menggunakan pendekatan ini, termasuk di Indonesia, SNI
T15-1991-03, atau edisi barunya, SNI 03-2874-2002.
Beban pada struktur umumnya terdiri dari beban mati, beban hidup, beban angin, prategang,
gempa, tekanan tanah, tekanan air, dan lain-lain. Beban yang digunakan dalam desain struktur
dikalikan dengan suatu faktor beban dalam suatu kombinasi pembebanan. Berikut ini kombinasi
pembebanan dari beberapa peraturan untuk tahap batas kekuatan (Strength Limit States).
SNI 03-2874-2002 kode Indonesia.
Beban Mati : U = 1,4 D
Beban Mati dan Hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Beban Angin : U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 (A atau R)
Gempa : U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E atau 0,9 D 1,0 E
ACI 318-83 (1983) Peraturan Amerika Serikat.
Beban Mati dan Hidup : U = 1,4 D + 1,7 L
Beban Angin : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,7 W) atau 0,9 D + 1,3 W
Gempa : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,1 E) atau 0,9 G + 1,1 E
Tekanan Tanah : U = 1,4 D + 1,7 L + 1,7 E atau 0,9 D + 1,7 E
D. Material Beton Prategang
Beton
Beton adalah campuran air, semen dan agregat serta suatu beban tambahan. Setelah
beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebut akan langsung mengeras sesuai bentuk pada
waktu basahnya. Campuran tipikal untuk beton dengan perbandingan berat adalah agregat
kasar 44 %, agregat halus 31 %, dan air 7 %. Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan
karakteristik, pada usia 28 hari fc. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang melampaui
95 % dari pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu
dengan kubus ukuran 150 x 150 mm, atau silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm. Pengukuran kekuatan dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan silinder. Rasio
antara kekuatan silinder dan kubus adalah 0,8.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang mempunyai kekuatan tekan
yang cukup tinggi dengan nilai fc antara 30-45 Mpa. Kuat tekan yang tinggi diprelukan untuk
menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya
keretakan, mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami rangka lebih kecil.

Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam taktik ada empat macam, yaitu :
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang
dengan sistem pratarik.
2. Untaian Kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang untuk beton prategang
dengan sistem pascatarik
3. Kawat Batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang
dengan sistem pratarik.
4. Tulangan biasa, sering digunakan unutk tulangan non-prategang (tidak ditarik), seperti
tulangan memanjang, sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai dengan spesifikasi
ASTM A 421 di Amerika Serikat. Ukuran dari kawat tunggal bervariasi dengan diameter 3-8
mm, dengan tegangan tarik (fp) antara 1500 17000 Mpa, dengan modulus elastisitas Ep =
200 x 10 Mpa. Untuk tujuan desain, tegangan leleh dapat diambil sebesar 0,85 dari tegangan
tariknya (0,85 fp).

E. Perhitungan Tegangan Serat Pada Balok Prategang Dengan Metode Dasar


Contoh 1
Sebuah balok T ganda 10LDT4 pratarik tanpa topping yang ditumpu sederhana mempunyai
bentang 64 ft (19,51 m) dan geometri. Balok tersebut mengalami beban mati terbagi merata tambahan
WSD dan beban hidup WL sehingga totalnya adalah 420 plf (6,13 KN/m). Prategang awal sebelum
kehilangan adalah pi = 0,70 pu = 189.000 psi (1303 Mpa) dan prategang efektif sesudah kehilangan
adalah pe = 150.000 psi (1034 Mpa). Hitungan tegangan serat ditengah bentang akibat .
a) Prategang penuh awal tanpa beban gravitasi eksternal
b) Kondisi beban kerja akhir apabila kehilangan prategang telah terjadi.
Data tegangan ijin adalah sebagai berikut :
c = 6000 psi, beton ringan (41,4 Mpa)
pu = 270.000 (1862 Mpa) = kuat tarik tendon yang ditetapkan
py = 220.000 psi (1517 Mpa) = kuat leleh tendon yang ditetapkan
pe = 150.000 psi (1034 Mpa)
t = 12 c = 930 psi (6,4 Mpa) = tegangan tarik izin malsimum di beton
ci = 4800 psi (33,1 Mpa) = kuat tekan beton pada saat prategang awal
ci = 0,6 ci = 2880 psi (19,9 Mpa) = tegangan izin maksimum di beton pada saat prategang awal.
c = 0,45 c = tegangan tekan ijin maksimum di beton pada kondisi beban kerja
Asumsikan bahwa tendon dengan 10 strands tujuh kawat berdiameter 1/2 in (12,7
mm) dengan pola strand 108-D1 digunakan pada balok prategang ini.
Ac = 449 in. (2915 cm)
Ic = 22.469 in
r = Ic / Ac = 50,04 in
cb = 17,77 in. (452 mm)
ct = 6,23 in. (158 mm)
BETON PRATEGANG

1. Sejarah
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi
sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap tarik.Beton tidak selamanya
bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak
bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Hal inilah yang
menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang dengan
bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif.
Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan
tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya
baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti
diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton
secara lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang
ditarik atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh Eugene
Freyssinet seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi
rangkak,relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja
yang bermutu tinggi. Disamping itu ia juga telah menciptakan suatu system panjang kawat dan
system penarikan yang baik, yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan
systemFreyssinet.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis struktur baru sebagai
tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka
seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah
penciptaan struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang panjang. Beton pratekan
untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun
1933 di Gare Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak beton pratekan
segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan lebih lanjut jenis struktur
ini,seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku
Masterpiecenya Beton precontraint (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan
dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki sebagai Gaya Parasit
maka Guyon dianggap sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton
pratekan.
b). T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar
di California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu memperhitungkan gaya-gaya
parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang Load
Balancing. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian
rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya
pada beban seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja
momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur bekerja merata.
Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan horizontal) merupakan inbalanced
load, yang akibatnya pada struktur dapat dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori
struktur biasa. Tegangan akhir dalam penampang didapat dengan menggunakan tegangan
merata akibat balanced dan tegangan lentur akibat unbalanced load. Tanpa melalui prosedur
rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah menjurus kepada pemakaian
baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu dimana baja prategang hanya diperuntukkan
guna memikul akibat dari inbalanced load.
Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembangan yang sangat pesat dalam
menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab,
struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada gedung
bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai dengan
aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap
sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi
dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga
dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran full
prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa
dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini tidak ekonomis,
menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full prestressing dapat
sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton bertulang biasa
dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian timbullah gagasan baru yang
dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip
penulangan penampang atau dikenal dengan nama partial prestressing. Yang mana didalam
penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan dengan baik.
Partial prestressing telah disetujui oleh Chief Engineers Departement untuk digunakan
pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh terjadi sampai 45
kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan memasang baja tulangan biasa. Freyssinet
sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa partial prestressing
mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan teori load balancing dari T.W. Lin
yang ikut mendorong dipakainya partial prestressing karena pertimbangannya kecuali segi
ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.

2. Aplikasi
Penggunaan sistem prategang pada elemen struktural linier adalah dengan memberikan
gaya konsentris atau eksentris dalam arah longitudinal. Gaya ini mencegah berkembangnya retak
dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah
kritis pada kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan
torsional penampang tersebut.
Selain itu, pemberian tegangan (stressing) juga digunakan pada cerobong reaktor nuklir,
pipa, dan tangki cairan, yang pada dasarnya mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan
pemberian prategang linier. Tegangan melingkar pada struktur silindris atau kubah menetralisir
tegangan tarik di serat terluar dari permukaan kurvilinier yang disebabkan oleh tekanan kandungan
internal.
Struktur beton prategang mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
a) Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan korosif.
b) Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
c) Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan akhirnya
akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
d) Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai secara efektif.
e) Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton biasa.
f) Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka struktur dengan bentang
besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan Natural Frequency dari struktur berkurang,
sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila struktur itu
memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.
Adapun kekurangan dari penggunaan beton prategang adalah :
a) Dengan ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah, maka struktur dengan
bentang besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan natural frequency dari struktur
berkurang, sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila struktur
itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya ditambah.
b) Penggunaan bahan-bahan bermutu tinggi mengakibatkan harga satuan pekerjaan menjadi lebih
tinggi.
c) Pengerjaan membutuhkan menuntut ketelitian yang lebih tinggi dan pengawasan yang lebih
ketat dari pelaksana ahli.
3. Sifat-Sifat Bahan
a) Beton
Untuk beton pratekan diperlukan mutu beton yang tinggi (min K-300) karena mempunyai
sifat penyusutan dan rangkak yang rendah mempunyai modulus elastisitas dan modulus tekan
yang tinggi serta dapat menerima tegangan yang lebih besar dibandingkan beton mutu rendah,.
Sifat-sifat ini sangat penting untuk menghindarkan kehilangan tegangan yang cukup besar akibat
sifat-sifat beton tersebut.
b) Baja Prategang
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum dipakai pada struktur beton prategang.
Baja untuk beton prategang terdiri dari:
Kawat baja
Kawat baja disediakan dalam bentuk gulungan, kawat dipotong dengan panjang tertentu dan
dipasang di pabrik atau lapangan. Baja harus bebas dari lemak untuk menjamin rekatan antara
beton dengan baja prategang.
Untaian kawat (strand)
Kekuatan batas strand ada 2 jenis yaitu 1720 MPa dan 1860 MPa, yang lazim dipakai adalah
strand dengan 7 kawat.

Tabel spesifikasi strand 7 kawat


Nominal (mm) Luas Nominal mm2 Kuat Putus (kN)
6,35 23,22 40
7,94 37,42 64,5
9,53 51,61 89
11,11 69,68 120,1
12,70 92,9 160,1
15,24 139,35 240,2

Batang Baja
Batang baja yang digunakan untuk beton prategang disyaratkan pada ASTM A 322, kekuatan
batas minimum adalah 1000 MPa. Modulus elastisitas 1,72 105 1,93.105 MPa. Batang baja
mutu tinggi tersedia pada panjang sekitar 24 m. Batang-batang baja tersedia sampai 34,9
mm.
http://insinyursipil.blogspot.co.id/2015/01/apa-itu-beton-prategang.html

http://civilisociety.blogspot.co.id/2012/12/beton-prategang.html

http://amriwidiangga.blogspot.co.id/2013/01/beton-prategang-prestressed-concrete.html

https://www.academia.edu/6376470/Beton_prategang

http://digilib.unila.ac.id/5321/13/BAB%20II.pdf

Você também pode gostar