Você está na página 1de 3

Analisis dampak bantuan dana kesehatan pada output prekonomian

1. PENDAHULUAN
Pada tahun 2011, terbit Undang-undang No. 24 tahun 2011, tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, dan salah satunya adalah Badan penyelnggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan,BPJS kesehatan menerapkan sejenis subsidi silang dalam
prakteknya. Sejak berdiri pada tahun 2014 hingga tahun ini, pemerintah telah
menyuntikkan anggaran mencapai Rp 15,9 Triliun yang bertujuan untuk menambal
deficit anggaran BPJS Kesehatan.
Asuransi untuk kesehatan yang diberikan oleh pemerintah lebih dikenal dengan
BPJS. Pada dasarnya asuransi yang diberikan untuk kesehatan dari pemerintah berbeda
dengan asuransi yang diberika oleh swasta atau asuransi kesehatan. Asuransi yang
diberikan oleh pemerintah biasanya disbut sebagai asuransi kesehatan yang
murah,sedangkan apabila asuransi dari swasta disebut dengan asuransi biaya dengan
harga premi yang bervariasi, dari yang paling mahal hingga yang paling murah. BPJS
memiliki harga premi asuransi yang jauh lebih murah dari asuransi biasa karena adanya
subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Sedangkan asuransi biasa yang berasal dari
pihak swasta adalah dana yang dibayarkab oleh nasabahnya sendiri. Selain itu, ketika
asuransi biasa bebas untuk didapatkan oleh siapapun yang berminat, asuransi BPJS
cenderung didapatkan oleh masyarakat yang kondisi ekonominya menengah kebawah.
Dalam informasi APBN 2017, anggaran kesehatan tahun 2017 tetap diijaga
5%dari APBN, dengan focus untuk memperkuat promotif dan preventif, serta untuk
meningkatkan akses dari mutu pelayanan kesehatan. Selama tahun 2012 hingga 2016,
anggaran untuk kesehatan terus meningkat dengan sasaran untuk imunisasi sebesar 92%
untuk anak usia 0-11 bulan, program bantuan melalui kartu Indonesia sehat sebsar 94.4
jiwa dengan Rp 23 ribu per orang, untuk biaya operasinal kesehatan, stunting serta untuk
biaya operasional keluarga berencana.
Dalam paper ini membahas tentang dampak dari bantuan dana kesehatan baik itu
dari pemerintah maupun dari swasta terhadap output prekonomian.
LITERATUR REVIEW

Kepesertaan BPJS Kesehatan PBI dan Non PBI

Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap penduduk termasuk orang asing yang bekerja lebih
dari enam bulan di Indonesia wajib membayar iuran jaminan kesehatan. Kepesertaan BPJS
Kesehatan terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran
(non PBI) dan Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

1. Peserta Penerima bantuan Iuran(PBI)


Peserta jaminan Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah masyarakat miskin
dan tidak mampu dimana iurannya dibayari oleh pemerintah.
2. Non penerima bantuan Iuran (PBI)
Peserta dari jaminan Kesehatan bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) meliputi
Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya dan pekerja bukan penerima upah.
pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan
menerima gaji atau upah secara rutin seperti pegawai negeri sipil (PNS), anggota
TNI, anggota Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai
swasta dan semua pekerja yang menerima upah. Sedangkan pekerja bukan penerima
upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri seperti
pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri. Jumlah peserta pekerja penerima
upah dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak 5
orang meliputi peserta, satu orang istri/suami yang sah dari peserta dan anak yang
belum menikah belum berpenghasilan dan belum berusia 21 tahun baik anak
kandung/angkat yang sah dari peserta.
Referensi

Informasi APBN 2017

Asuransi terbaik. (n.d.). Retrieved from Asuransi terbaik:


https://www.cekpremi.com/blog/perbedaan-asuransi-kesehatan-dari-pemerintah-dan-
swasta/

kesehatan, B. (n.d.). INA CBG'S. Retrieved from INA CBG'S:


http://inacbg.blogspot.co.id/2015/02/kepesertaan-bpjs-kesehatan-pbi-dan-non.html

Você também pode gostar