Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tanggal 25 Agustus 2017
Hb : 13.6 gr/dL
Eritrosit : 5.03 jt/mm3
Leukosit :4.300 /ul
Segmen : 73 %
Limfosit : 23%
Monosit : 4%
Trombosit : 191.000/ul
DDR/Malaria : -/negative
Diagnosis : Morbili
Tatalaksana
Konsultasi ke Dokter Spesialis Anak atas instruksi beliau:
Medikamentosa:
IVFD D5NS 1000 cc/hari
Antrain 200 mg jika T>38.5C (IV)
Paracetamol 4 x 250 mg (po)
Ambroxol 3 x 15 mg (po)
Vitamin A 1 x 200.000 IU (po)
Apyalis 1 x I C (po)
Salep mata gentamycin
Non Medikamentosa:
Pasien dirawat di ruang isolasi.
Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien dan
penatalaksanaannya serta pencegahannya.
Daftar Pustaka
1. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam: Sumarmo S.
Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
2. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics
Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 2298
3. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of Pediatrics.
12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
4. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku Imunisasi di
Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 105
5. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
6. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 90
Hasil Pembelajaran
1. Menentukan diagnosis campak
2. Tatalaksanacampak
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subyektif
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam yang hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu.
Demam dirasakan sama sepanjang hari dan setiap hari. Tidak ada hari bebas demam. Pasien
minum obat Panadol dan demam turun hanya 4-5 jam, kemudian demam akan muncul kembali.
Pasien tidak mengalami kejang saat demam muncul. 5 hari sebelum MRS, keluhan demam
disertai kedua mata memerah, gatal, dan berair. Pasien juga mengeluhkan pilek dan batuk yang
tidak berdahak. Pilek dan batuk dirasakan semakin memberat hingga MRS. Pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala yang hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan seperti tertikam dan tidak
memberat. Pasien mulai lemas dan nafsu makan berkurang. 2 hari sebelum MRS, mulai muncul
bintik-bintik kemerahan pada wajah yang mulai bertambah banyak dan menyebar ke dada, perut,
dan tangan. Pasien semakin sulit makan karena adanya nyeri menelan. Mual dan muntah
disangkal.
Obyekif
Hasil pemeriksaan fisik dan observasi yang dilakukan selama di ruang Melati RSUD Soe
mendukung diagnosisCampak.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakan berdasarkan:
Anamnesa didapatkan keluhan demam, mata merah dan berair, nyeri kepala, pilek, batuk,
dan muncul bintik-bintik kemerahan yang mulai dari daerah wajah dan menyebar ke
bawah.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Suhu 38.6C, Hidung terdapat sekret bening. Kulit : lesi makulopapular, warna
kemerahan
pada seluruh tubuh, tidak menghilang dengan penekanan. Gatal -, nyeri -.
Assessment (Penalaran)
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan memiliki gejala yang khas antara
lain konjungtivitis, coryza, batuk, dan adanya ruam kemerahan yang menyebar secara sentripetal.
Gejala lain yang dapat dialami juga adalah demam, nyeri kepala, nyeri sendi, nafsu makan
berkurang.Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan demam sejak 1 minggu yang lalu dan diikuti
dengan munculnya keluhan mata merah, gatal dan berair, pilek, batuk. Hingga 2 hari SMRS,
muncul bintik-bintik kemerahan pada tubuh yang dimulai dari wajah dan menyebar secara
sentripetal.Dari riwayat penyakitnya kita dapat menyimpulkan pasien mengalami campak.
Plan
Diagnosis : Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
Penanganan :memberikan terapi yang bersifat suportif. Pemberian cairan intravena sesuai
kebutuhan cairan pasien, antipiretik secara rutin, salep mata untuk mencegah infeksi pada mata,
penekan reflex batuk, dan vitamin A untuk membantu replikasi sel saluran pernapasan.
Pendidikan :Melakukan edukasi terhadap keluarga Pasien mengenai penyakit yang diderita
pasien dan penatalaksanaannya serta pencegahannya. Menjelaskan keluarga pasien harus dirawat
di ruang isolasi untuk mencegah penyebaran..
Konsultasi :Konsultasi dengan dokter spesialis Anak