Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disebut angkatan Balai Pustaka karena penerbit yang paling banyak menerbitkan
buku-buku sastra pada masa itu adalah Penerbit Balai Pustaka. Selain itu, Balai
Pustaka juga banyak menerbitkan buku-buku sastra daerah yang tersebar di
Indonesia.
Selain disebut Angkatan BP, angkatan 20-an juga disebut Angkatan Sitti Nurbaya
karena roman yang paling digemari dan laris oleh masyarakat ini adalah roman Sitti
Nurbaya, karya Marah Rusli.
Balai Pustaka didirikan pada tahun 1917. Pemimpinnya adalah Dr. A. Rinkes dibantu
oleh Dr. Hidding dan Dr. Drewes. Alasan utama pemerintah kolonial Belanda
mendirikan BP adalah menjaga kelangsungan pemerintahan mereka sebab pada
masa itu mulai banyak tersebar bacaan Eropa yang berisi tentang perjuangan
bangsa Eropa dalam melawan pejajah. Itulah sebabnya buku-buku yang dianggap
merugikan bagi pemerintah kolonial Belanda dibuang dan digantikan dengan buku-
buku yang memihak Belanda.
Karya sastra yang lahir pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra angkatan
sebelumnya, sebab para pengarang pada masa ini memunyai pandangan tertentu
tentang kesenian, kebudayaan, serta tentang sastrawan. Karya sastra mereka mulai
memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi.
Itulah sebabnya para angkatan sastrawan ini bersemboyan Seni untuk masyarakat
atau Seni haruslah berorientasi untuk kepentingan masyarakat.
Layar Terkembang
Anak Perawan di Sarang Penyamun
Tebaran Mega
Puisi Lama
Belenggu
Jiwa Berjiwa
Nyanyi Sunyi
Buah Rindu
Setangi Timur
Sastra Melayu Lama dengan Tokoh-Tokohnya
Rindu Dendam
Puspa Aneka
Tuba Dibalas dengan Susu
Hulu Balang Raja
Katak Hendaknya di Lembung
Kalau Tak Untung
Pencuri Anak Perawan
Sukreni Gadis Bali
Si Cebol Merindukan Bulan
Ken Arok dan Ken Dedes
Di Bawah Lindungan Kabah
Tenggelamnya Kapalnya Van der Wijk
Andang Taruna
Cincin Stempel
Tebusan Darah
Angkatan 45
Angkatan 45 disebut juga angkatan Chairil Anwar karena perjuangannya sangat
besar pada angkatan 45. Dia pula yang dianggap sebagai pelopor angkatan 45.
Angkatan 45 disebut juga angkatan kemerdekaan sebab dilahirkan pada saat
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa sebutan untuk angkatan
45:
Angkatan Pembebasan
Angkatan Sesudah Perang
Angkatan Sesudah Pujangga Baru
Angkatan Gelanggang
Angkatan Perang
Karya yang lahir pada angkatan ini sangat berbeda dari angkatan sebelumnya. Ciri-
ciri angkatan 45:
Bebas
Tidak terpungkung dengan aturan sastra tertentu dan tidak terikat dengan adat
istiadat.
Individualistis
Karya-karya yang lahir merupakan isi perasaan pikiran serta sikap pribadi penulis
atau pengarangnya.
Universal
Karya sastra yang berasal dari Indonesia yang membawa kebudayaannya di tengah
kebudayaan dunia.
Realistik
Mengungkapkan sesuatu yang telah biasa dilihat atau ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari
Futuristik
Banyak karya yang berorientasi ke masa depan.
Sikap hidup dan sikap dalam mengarang para pengarang dan sastrawan angkatan
45 sangat tegas. Mereka mengumumkan sikap hidup tersebut melalui Majalah
Siasat dalam rubrik Gelanggang. Sikap tersebut diberi nama Surat Kepercayaan
Gelanggang.
Selain Chairil Anwar, masih banyak pengarang lainnya, diantaranya:
Idrus
Rivai Avin
H. B. Jassin
Mochtar Lubis
Usmar Ismail
Rosihan Anwar
Achidat K. Mihardja
Angkatan 66
Nama angkatan 66 dikemukakan oleh H. B. Jassin oleh bukunya yang berjudul
Angkatan 66. Nama itu disberikan H. B. Jassin untuk menamakan suatu kelompok
sastra setelah angkatan 45. Karya sastra yang lahir pada angkatan 66 banyak
berbau protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.
Taufik Ismail
W. S. Rendra
Gunawan Muhammad
Supandi Joko Darmono
Satya Graha Hurip
Bokor Huta Suhud
Bambang Sularto
Bastari Asmin
Djamil Suherman
Arif Budiman
Hartojo Andang Jaya
Isma Sawitri
Jussach Ananda
Suwardi Idris
Mansyur Samin