Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Ilmu Lingkungan sebagai ilmu yang interdisipliner bermaksud mengukur dan menilai perubahan atau
dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem. Tujuannya adalah agar dapat mengelola
keberlangsungan kehidupan yang ada, terutama dalam dunia peternakan. Bagaimana manusia
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem atau lingkungannya dapat mengupayakan
keberlangsungan hidup makhluk dalam lingkungannya. Sebagai peternak, maka objeknya adalah
hewan ternak.
Ayam adalah hewan homeotermis, maka temperatur organ dalam misalnya otak, jantung, usus dan
lain-lain cenderung konstan. Salah satu faktor llngkungan yang mempengaruhi keseimbangan panas
adalah tcmperarur. Ayam akan selalu berusaha mempertahankan temperatur tubuhnya agar relatif
tetap dalarn kondisi lingkungan yang bagaimanapun juga. Bilamana temperatur lingkungan terlalu
tinggi atau terlalu rendah dibanding temperatur tubuh ayam, maka ayam akan mengeluarkan energi
untuk usaha menstabilkan temperatur tubuh. Semakin banyak energi yang dipakai ayam untuk hal
itu, maka ini akan mengganggu pertumbuhan dan produksi ayam.
Sehingga makalah ini akan membahas tentang Respon Fisiologis Ayam Broiler Periode Starter Akibat
Cekaman Temperatur dan Awal Pemberian Pakan yang Berbeda.
3. Bagaimana respon fisiologi ayam Broiler periode starter terhadap cekaman temperatur dan awal
pemberian pakan yang berbeda?
1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui respon fisiologi ayam broiler periode terhadap cekaman panas dan awal
pemberian pakan yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ayam broiler merupakan ternak ayam yang pertumbuhan badannya sangat cepat
dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif
pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg
(Kartasudjana, 2006). Lebih lanjut dinyatakan ayam broiler mempunyai sifat pertumbuhan
bulu dan tubuh dengan cepat, umumnya berdada lebar, mempunyai timbunan daging yang
baik, dagingnya lunak serta umumnya mempunyai warna kulit terang (Murtidjo, 2008).
Broiler secara umum memiliki ciri-ciri pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi
pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat
lunak (Murtidjo, 2008). Siregar et al. (1980) menyatakan bahwa ayam broiler memiliki ciri khas
yaitu pertumbuhan badannya cepat dan efisiensi tinggi untuk membentuk daging.
Di antara berbagai golongan ayam ras, ayam broiler adalah yang paling cepat diproduksi dan
dagingnya dapat menduduki kelas yang paling tinggi mutunya, dengan penampilan yang
seragam baik mutu maupun ukurannya. Karena umurnya masih sangat muda maka tidak ada
pembedaan mutu antara daging ayam broiler jantan dengan betina (Rasyaf, 2004).
Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk
konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein hewani. Berdasarkan
aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil daging, yaitu ayam Kampung,
ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya dipanen pada umur sekitar 4-
5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber
pedaging (Kartasudjana, 2005) dan ayam tersebut masih muda dan dagingnya lunak (North
dan Bell, 1990). Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan seperti daging relatif lebih
besar, harga terjangkau, dapat dikonsumsi segala lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di
pasaran (Sasongko, 2006).
Ayam broiler memiliki pertumbuhan yang cepat, dada lebar dengan timbunan daging yang
baik dan tulang dada yang lunak (Card dan Nesheim, 1972). Ciri- ciri ayam broiler yang baik
antara lain mempunyai bentuk kaki yang pendek dan tegap, dada lebar, gerak
lamban dengan temperamen tenang, badan besar dengan daging
yang penuh lemak, biasanya lambat dewasa kelamin dan bertelurnya rendah tetapi
pertambahan bobot badannya cepat (Winter dan funk, 1960).
Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0
sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga
dipasarkan. Kebutuhan temperatur pada saat anakan sekitar 31C dan berangsur-
angsur menurun sampai 21C, pada umur 17 sampai 20 hari (Prayitno dan Yuwono, 1997).
Ayam pedaging mempunyai kisaran suhu optimal yang sempit. Kebutuhan temperatur
pada saat anakan sekitar 31 C dan berangsur-angsur menurun sampai 21 C, pada
umur 17 sampai 20 hari (Prayitno dan Yuwono, 1997). Austic dan Nesheim
(1990), menyatakan anak ayam terlihat nyaman pada temperatur 26C sampai 43C.
Manfaat yang dapat dilihat dari pemberian pakan awal adalah: metabolisme yang sempuma
akan mendukung proses penyerapan antibodi maternal (dari induk). Antibodi maternal
menjadi kunci pertahanan tubuh di minggu awal, pada saat organ limfoid merespon secara
maksimal dan menghasilkan antibodi aktif. Jika penyerapan zat kebal induk tidak maksimal,
berarti ayam tidak akan mendapat perlindungan yang lebih baik terhadap serangan bibit
penyakit dari lingkungan, sehingga kematian akan lebih tinggi dan penampilan ayam tidak
bisa maksimal (Casteel et al, 1994 dalam Unandar 1997).