Você está na página 1de 11

Judul : Pelecehan seksual Pada Wanita Di Tempat Kerja

Nama/NPM : Willieano Satya Dharma. / 10503203


Pembimbing : Hendro Prabowo, SPsi.

ABSTRAK

Wanita di tempat kerja sekarang ini lebih kepada eksistensinya sebagai seorang manusia yang
memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan ingin mengubah anggapan bahwa wanita merupakan
objek yang selalu berada dibelakang perlindungan pria. Jika wanita hanya dipandang sebagai objek,
wanita akan lebih sering dianggap lemah dan tidak jarang mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya,
baik dengan mempersempit hak-hak wanita tersebut dalam mengaktualisasikan diri hingga pada berbagai
tindak pelecehan seksual. Masalah pelecehan seksual merupakan hal yang sering timbul di tempat kerja.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bentuk-bentuk
pelecehan seksual pada wanita sebagai korban di tempat kerja, faktor-faktor yang menyebabkan pelecehan
seksual yang terjadi pada wanita di tempat kerja, serta dampak yang timbul akibat pelecehan seksual yang
dialami oleh wanita.
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang sifatnya studi kasus karena
penelitian kualitatif studi kasus sesuai digunakan pada masalah-masalah yang bertujuan untuk
mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari,
dengan menggunakan penelitian kualitatif studi kasus juga diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan significant
others. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara
dan alat perekam. Dalam penelitian ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian yaitu wanita
yang sudah bekerja dan mempunyai pengalaman menjadi korban pelecehan seksual. Rentang usia 20 27
tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang wanita.
Setelah dilakukannya penelitian kepada subjek mengenai faktor penyebab terjadinya pelecehan
seksual, bentuk-bentuk pelecehan seksual dan dampak dari pelecehan seksual tersebut. Maka ditemukan
hasil yang beragam.

Kata Kunci : Pelecehan Seksual, Wanita di Tempat Kerja

A. Latar Belakang Masalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun


beberapa alasan wanita bekerja menurut (Matlin,
Di zaman globalisasi yang sedang
1987), yaitu untuk membantu menambah
berkembang sekarang ini sebagai mahluk sosial,
penghasilan dalam keluarga atau suami, karena
setiap manusia memiliki beragam kebutuhan dan
adanya keinginan untuk memaksimalkan potensi
keinginan yang harus dipenuhi, sehingga
yang ada pada diri wanita, dan mencari
manusia berupaya melakukan aktifitas untuk
tantangan baru dalam bekerja.
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktifitas
Dalam memenuhi keinginan dan
bekerja, diharapkan mampu memenuhi segala
kebutuhan tersebut tidaklah mudah, diperlukan
kebutuhannya. Begitu juga kaum wanita yang
usaha dan kerja keras. Terutama di zaman
tak lepas dari beragam keinginan dan kebutuhan
globalisasi seperti sekarang ini, persaingan terasa
yang terkadang kurang terpenuhi. Hal ini
sangat kuat di segala bidang. Salah satu bidang
menyebabkan wanita melakukan aktifitas bekerja
yang terkena dampak globalisasi adalah
untuk dapat memenuhi kebutuhan yang
persaingan dalam pekerjaan, yaitu pada wanita.
diinginkannya.
Wanita yang dulu banyak diam di rumah,
Wanita bekerja menurut Suranto dan
sekarang keluar untuk bekerja. Bidang pekerjaan
Subandi (1998) adalah seorang wanita yang
yang digeluti bukan hanya pekerjaan sesuai
melakukan aktifitas formal atau nonformal di
dengan karakteristik wanita, tetapi juga di bidang
tempat kerja yang dapat menghasilkan uang
pekerjaan yang didominasi oleh pria. Hal bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
tersebut membuat setiap individu menjadi sadar dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan
dan lebih kritis memperhatikan persamaan hak oleh orang yang menjadi korbannya. Bentuk dari
dalam gender dan menjadi fenomena yang sangat tindak pelecehan seksual tersebut sangat
penting dalam perkembangan dunia kerja. beragam mulai dari siulan nakal, ajakan
Wanita di tempat kerja sekarang ini berkencan hingga ancaman perkosaan. Begitu
lebih kepada eksistensinya sebagai seorang pentingnya pekerjaan bagi wanita untuk
manusia yang memiliki kedudukan yang sama memenuhi keinginan dan kebutuhan, sehingga
dalam hukum dan ingin mengubah anggapan banyak tindak pelecehan seksual yang terjadi di
bahwa wanita merupakan objek yang selalu tempat kerja pada wanita. Survei tahun 1991
berada dibelakang perlindungan pria yang dilakukan oleh majalah Tiara (dalam
(Poerwandari, 2000). Jika wanita hanya Kusmana, 2005) ditemukan bahwa 82% wanita
dipandang sebagai objek, wanita akan lebih di Indonesia yang bekerja pernah mengalami
sering dianggap lemah dan tidak jarang pelecehan seksual.
mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya, Wanita yang menjadi objek pelecehan
baik dengan mempersempit hak-haknya dalam seksual oleh atasan atau pun rekan sekerja akan
mengaktualisasikan diri hingga pada berbagai dihadapkan pada sejumlah masalah yang sulit
tindak pelecehan seksual. Masalah pelecehan untuk dihindari. Mathis dan Jackson (2001)
seksual merupakan hal yang sering timbul di menjelaskan tindak pelecehan seksual di tempat
tempat kerja. kerja biasanya dilakukan oleh atasan yang
Timbulnya tindak pelecehan di tempat memiliki kekuasaan seperti supervisor, manager,
kerja menurut beberapa tokoh, disebabkan oleh direktur terhadap para sekertarisnya atau dengan
karena adanya daya tarik seksual yang di alami rekan sekerja. Bentuk tindak pelecehan yang
dua jenis kelamin yang berbeda (Mackinnon, terjadi menurut Mathis dan Jackson (2001),
1979). Ditambah lagi dengan perilaku wanita itu meliputi ajakan berkencan disertai dengan iming-
sendiri yang secara tidak disadari telah iming pekerjaan, kenaikan gaji atau promosi
mengundang terjadinya pelecehan seksual. jabatan. Dalam hal ini bagi wanita yang
Menurut Papu, (2002) seperti memakai baju dilecehkan jika menolak ajakan atasan tersebut
yang menampilkan lekuk tubuh, memakai akan berakibat hilangnya pekerjaan, dan lain
pakaian yang minim (seksi) dan cara bicara yang sebagainya.
mendesah. Tangri (1992) juga menjelaskan, Sedangkan bagi wanita yang dilecehkan
penempatan posisi pada jabatan wanita di tempat oleh rekan sekerja, meskipun dimotivasi oleh
kerja yang terkadang lebih rendah dari pada laki- alasan yang sepele, seperti bercanda atau terbawa
laki dalam satu situasi yang bersamaan, tidak suasana, ketika mendengarkan lelucon porno
menutup kemungkinan menimbulkan tindakan atau komentar negatif tentang gender dari rekan
yang mengarah pada pelecehan seksual. sekerja, banyak pekerja wanita yang menggambil
Salah satu kasus pelecehan seksual di sikap untuk diam atau bahkan berusaha
tempat kerja yang baru-baru ini cukup menyenangi lelucon tersebut (Kusmana, 2005).
menghebohkan adalah kasus terbongkarnya Hal tersebut seringkali menimbulkan anggapan
gambar hasil rekaman seorang pengusaha yang salah karena sikap diam dianggap sebagai
Warnet di kota Pati (Jawa Tengah) yang suatu persetujuan, sehingga tindak pelecehan
mengharuskan karyawannya mandi di kantor, tersebut akan terulang kembali.
lalu ia merekam kegiatan tersebut melalui sebuah Dari beberapa tindakan pelecehan
kamera di kamar mandi tersebut dan seksual pada wanita di tempat kerja, dapat
menghubungkannya ke komputer di meja disimpulkan secara perorangan wanita tidak
kerjanya. Pengusaha warnet tersebut juga berani menolak pelecehan seksual yang
membuat kuestioner yang isinya cenderung dilakukan oleh pria karena adanya kekuasaan
berkonotasi seksual, misalnya: apakah reaksi dan tekanan. Selain itu adanya sudut pandang
anda jika dicium oleh bos anda? Diam saja, ganti pria yang cenderung lebih menyalahkan wanita
membalas, atau dianggap biasa. Ia juga membuat sebagai korban sekaligus sebagai stimulus,
aturan yang cenderung aneh seperti kewajiban karena secara tidak sadar telah memancing atau
mandi di kantor pada jam tertentu, tidak boleh mengundang perbuatan pelecehan seksual (Papu,
memakai kain panjang atau celana panjang 2002). Namun pada kenyataannya, lebih banyak
(Tabloid Nova dalam Papu, 2002). dilakukan oleh pria, menurut Kusmana (2005)
Pelecehan seksual di tempat kerja dimotivasi oleh alasan bercanda, terbawa
menurut Papu (2002) adalah segala macam suasana, dan sebagainya.
Bagaimanapun pandangan tentang Hasil penelitian ini terutama dalam faktor
pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja penyebab terjadinya pelecehan seksual
tetap merupakan suatu hal yang merugikan bagi dapat memberikan masukan yang
korbannya, karena dengan adanya pelecehan bermanfaat pada wanita di tempat kerja
seksual di tempat kerja, wanita tidak dapat agar dapat menggunaan pakaian yang lebih
merasa nyaman dan tidak bisa bekerja secara tertutup. Serta untuk perusahaan, dapat
maksimal. Pendapat tersebut merupakan alasan membantu dalam membuat peraturan
yang dapat menimbulkan permasalahan karena berpakaian pada karyawati dan membuat
adanya perbedaan pandangan terhadap bentuk- ruang kerja lebih terbuka sehingga
bentuk tingkah laku yang dianggap pelecehan terhindar dari pelecehan.
seksual pada wanita di tempat kerja.
Berdasarkan uraian diatas penulis E. Pelecehan Seksual
mencoba membahas secara rinci dengan 1. Definisi Pelecehan Seksual
melakukan studi kasus mengenai korban Pelecehan seksual menurut Mathis dan
pelecehan seksual pada wanita di tempat kerja. Jakcson (2001) yaitu tentang pelecehan
yang terjadi di tempat kerja berhubungan
dengan tindakan yang ditujukan ke arah
B. Pertanyaan Penelitian
seksual, dan menempatkan tenaga kerja
Pertanyaan yang ingin dijawab dalam
dalam situasi kerja yang merugikan atau
penelitian ini adalah :
menciptakan lingkungan kerja yang tidak
1. Bagaimana bentuk-bentuk pelecehan
bersahabat.
seksual pada subjek di tempat kerja?
Yayasan Harapan Permata Hati Kita
2. Faktor-faktor apa yang dapat
(2005) mendefinisikan pelecehan seksual
menyebabkan terjadinya pelecehan
sebagai tindakan yang mengganggu,
seksual subjek di tempat kerja?
menjengkelkan, dan tidak diundang yang
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan
dilakukan seseorang atau sekelompok
akibat pelecehan seksual yang dialami
orang terhadap pihak lain, yang berkaitan
subjek?
langsung dengan jenis kelamin pihak yang
diganggunya dan dirasakan menurunkan
C. Tujuan Penelitian
martabat dan harkat diri orang yang
Penelitian ini bertujuan untuk
diganggunya.
memberikan gambaran mengenai bagaimana
bentuk-bentuk pelecehan seksual pada wanita
2. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual
sebagai korban di tempat kerja, faktor-faktor apa
Menurut Kelly (1998), ada 3 golongan
yang menyebabkan pelecehan seksual terjadi
bentuk pelecehan seksual yaitu:
pada wanita di tempat kerja, serta dampak yang
a. Bentuk Visual : tatapan yang penuh
timbul akibat pelecehan seksual yang dialami
nafsu, tatapan yang mengancam,
oleh wanita.
gerak-gerik yang bersifat seksual.
b. Bentuk Verbal : siulan, gosip, gurauan
D. Manfaat Penelitian
seks, pernyataan yang bersifat
Manfaat dari penelitian ini antara lain : mengancam.
1. Manfaat Teoritis c. Bentuk Fisik : sentuhan, mencubit,
menepuk, menyenggol dengan
Hasil penelitian ini memperkuat hasil sengaja, meremas, mendekatkan diri
penelitian sebelumnya dari Kelly (1998), tanpa diinginkan.
Papu (2002), Indriyanti (2005), Rosmaya
(2007) dan terutama dalam bentuk-bentuk 3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
pelecehan seksual serta faktor-faktor Pelecehan Seksual
penyebab terjadinya pelecehan seksual. Faktor penyebab terjadinya pelecehan
Selain itu penelitian ini di harapakan dapat seksual pada wanita di tempat kerja dapat
menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dilihat dari sudut pandang pelaku, sudut
khususnya yang berhubungan dengan pandang korban, lingkungan, yaitu:
pelecehan seksual pada wanita di tempat a. Pelecehan seksual dilihat dari sudut
kerja. pandang pelaku
2. Manfaat Praktis Pelecehan seksual dilihat dari
sudut pandang pelaku terjadi karena
selama ini di dalam situasi di tempat Menurut Sabaroedin (1998),
kerja antara laki-laki dan wanita, wanita fenomena yang ada pada perilaku
menempati posisi jabatan yang lebih pelecehan seksual tersebut
rendah dari pada laki-laki. Papu (2002) disebabkan oleh banyak masalah
menambahkan penyebab pelecehan pelecehan seksual yang di mengerti
seksual yang biasanya dilakukan oleh hanya sebagai masalah perorangan
seseorang pelaku karena memiliki serta kurang informasi pada
kekuasaan atau otoritas terhadap masyarakat tentang masalah
korbannya, dengan disertai iming- pelecehan seksual. Lebih lanjut
iming pekerjaan atau kenaikan gaji atau Sabaroedin (1998), mengatakan
promosi. Biasanya pelaku pelecehan bahwa kebanyakan masyarakat
seksual seperti ini adalah supervisor, cenderung lebih menyalahkan kaum
manager, direktur atau pemilik perempuan sebagai korban sekaligus
perusahaan. stimulator sehingga terjadi
Penyebab terjadinya pelecehan pelecehan seksual terhadapnya.
seksual yang lain menurut Mackinnon Menurut Poerwandari (2000),
(1979) karena adanya kekuasaan serta penyebab terjadinya pelecehan
penempatan posisi laki-laki lebih sering seksual pada wanita, karena adanya
memungkinkan untuk memperkerjakan produk struktur sosial dan sosialisasi
wanita, seperti: memecat, mengawasi dalam masyarakat yang
dan mempromosikan perempuan. mengutamakan dan
b. Pelecehan seksual dilihat dari sudut menomorsatukan kepentingan dan
pandang yang menjadi korban persepektif laki-laki, sekaligus
Tindak pelecehan seksual pada adanya anggapan wanita sebagai
wanita dapat terjadi dimana-mana, dan jenis kelamin yang lebih rendah dan
selalu melibatkan interaksi lebih dari kurang bernilai dibandingkan laki-
satu orang. Penyebab pelecehan seksual laki.
yang sering terjadi karena adanya daya 2). Ruang kerja
tarik seksual atau rangsanggan yang Situasi ruangan juga menjadi
dialami dua jenis kelamin yang berbeda faktor penyebab terjadinya
(Mackinnon, 1979). Ditambah lagi pelecehan seksual, menurut
wanita yang menjadi korban tidak Roosmaya (2007) mempertegas jika
berani menolak perlakuan karena takut ruangan tempat kerja agak tertutup
kehilangan pekerjaan. Menurut mempermudah terjadinya tindak
Mackinnon (1979), bidang pekerjaan pelecehan seksual.
bagi perempuan umumnya terbatas, 3). Interaksi
tidak seluas laki-laki. Karena Interaksi menurut Tangri
keterbatasan itu wanita menjadi susah (1992) juga merupakan penyebab
untuk menghindari tindak pelecehan terjadinya pelecehan seksual yang
yang diterimanya. dialami oleh wanita di tempat kerja,
Papu,(2002) memperjelas melalui tiga model teoritis, yaitu :
penyebab terjadinya pelecehan seksual a) Biological Model (model
pada wanita karena didasari oleh wanita biologis), Pelecehan seksual
itu sendiri, disaat berinteraksi secara terjadi karena adanya daya tarik
disadari atau tidak disadari wanita telah seksual yang alamiah antara dua
mengundang lawan jenisnya untuk jenis kelamin yang berbeda.
melakukan pelecehan seksual, karena b) Organization Model (model
penggunaan baju yang menampilkan organisasi), pelecehan seksual
dan menonjolkan lekuk tubuh, memakai terjadi karena adanya faktor
pakaian yang minim (seksi), kekuasaan atau hubungan
menggunakan parfum yang menarik otoritas yang berasal dari struktur
lawan jenis, cara bicara yang mendesah hirarki organisasi.
dan sebagainya. c) The Sosial Culture Model (model
c. Faktor Lingkungan sosial budaya), pelecehan seksual
1). Eksternal korban terjadi karena manifestasi dari
sistem patriarki yang lebih luas
dimana laki-laki dianggap mereka atau keluar dari perusahaan
berkuasa. tempat mereka bekerja (Schmeider &
Swan dalam ODonohue, 1997).
4. Dampak Pelecehan Seksual
Dampak pelecehan seksual dalam F. Wanita di Tempat Kerja
O'Donohue (1997) terdiri dari : 1. Definisi Wanita di Tempat Kerja
a. Dampak Psikologis Kardamo(1988) menjelaskan
Sebagian besar penelitian bahwa wanita di tempat kerja adalah
menghasilkan bahwa korban pelecehan wanita yang bekerja mengandalkan
seksual merasakan beberapa gejala yang kemampuan dan keahlian untuk
sangat bervariasi, diantaranya merasa menghasilkan uang agar dapat memenuhi
menurunnya harga diri (Gruber & kebutuhan hidup.
Brown, dalam ODonohue, 1997), 2. Jenis-jenis Pekerjaan
menurunnya kepercayaan diri (Benson & Kardamo (1988), membagi jenis
Thomson, dalam ODonohue, 1997), perkerjaan yang biasa dilakukan oleh
depresi (Hamilton dkk, dalam para wanita, sebagai berikut:
ODonohue, 1997), kecemasan, a. Full time worker, adalah jenis pekerjaan
ketakutan terhadap perkosaan (Holgete, yang biasa dilakukan oleh para wanita
dalam ODonohue, 1997), serta secara penuh seharian. Misalnya bekerja
meningkatnya ketakutan terhadap di kantor (wanita karir), pabrik, pekerja
tindakan-tindakan kriminal lainnya lapangan dan sebagainya.
(Tunger, dalam ODonohue, 1997). b. Half time Worker, adalah jenis pekerjaan
Adapun berdasarkan data yang dilakukan oleh para wanita secara
pelecehan seksual dimana korbannya part time (setengah hari). Jenis pekerjaan
adalah pelajar, Tong (dalam ODonohue, ini contohnya adalah pelayan restoran,
1997) menyebutkan bahwa Sindrom Sales Promotion Girl (SPG), dan
Pelecehan Seksual yang berhubungan sebagainya.
dengan gejala psikologi mencakup, c. Freelance, adalah jenis perkerjaan yang
depresi, rasa tidak berdaya, merasa fleksibel dalam hal waktu bekerja,
terasing (isolasi), mudah marah, takut, pekerjaan ini tidak menentukan waktu
kecemasan, dan penyalahgunaan zat bekerja yang spesifik.
adiktif.
b. Dampak Fisik 3. Penyebab Wanita Ingin Berkerja
Dampak fisik berikut ini telah Suranto dan Subandi (1998),
tercatat dalam literatur yang membahas mengatakan bahwa alasan mengapa
tentang pelecehan seksual di antaranya wanita bekerja lebih disebabkan karena
yaitu sakit kepala, ganguan makan, faktor situasi dan kondisi keuangan
ganguan pencernaan (perut), rasa mual, keluarga yang tidak baik. Masalah
menurun atau bertambahnya berat badan keuangan dalam keluarga tersebut
dan memanggil tanpa sebab yang jelas mengharuskan para wanita untuk
(ODonohue, 1997). berkerja di luar rumah agar dapat
c. Dampak Pekerjaan membantu penghasilan suami.
Dampak pelecehan seksual di
tempat kerja menurut ODonohue (1997) G. Pendekatan Penelitian
adalah menurunnya kepuasaan kerja, Menurut Stake (dalam Heru Basuki,
mengganggu karir, mengurangi semangat 2006) penelitian studi kasus adalah suatu
kerja, menurunnya produktivitas kerja penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu
dan merusak hubungan antara rekan masalah yang memiliki sifat kekhususan
kerja, menurunnya tingkat kepercayaan (particularity), dapat dilakukan baik dengan
diri, menurunnya motivasi. pendekatan kualitatif maupun kuantitatif,
Korban pelecehan seksual juga dengan sasaran perorangan (individual)
dapat memiliki komitmen yang rendah maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.
terhadap organisasinya, dan korban
dengan tingkat frekuensi pelecehan yang H. Subjek Penelitian
tinggi lebih memilih untuk 1. Karakteristik Subjek
mengundurkan diri dari pekerjaan
Karakteristik subjek dalam penelitian pertanyaan atau daftar isian sebagai
ini adalah sebagai berikut: penuntun selama proses wawancara.
a. Subjek penelitian adalah wanita Jenis wawancara yang digunakan
b. Usia subjek berada dalam golongan dalam penelitian ini adalah wawancara
dewasa madya, 20-27 tahun. terstuktur tetapi fleksibel. Karena jenis
c. Subjek sudah bekerja. wawancara yang digunakan dalam penelitian
d. Pernah mengalami pelecehan seksual. ini adalah pewawancara menggunakan
daftar pertanyaan sebagai penuntun dan jika
2. Jumlah Subjek Penelitian disaat wawancara menemukan pertanyaan
Menurut Patton, (dalam Poerwandari, baru yang lebih spesifik saat itu juga peneliti
1998), jumlah subjek tergantung pada apa membuat pertanyaan baru di luar pedoman
yang ingin diteliti, tujuan penelitian, wawancara. Namun semua itu tetap fleksibel
pertimbangan waktu, dan sumber yang tergantung pada perkembangan dan dalam
tersedia. Jumlah subjek dalam penelitian ini wawancara.
adalah 2 orang wanita. Peneliti memilih 2
orang subjek wanita karena peneliti berharap 2. Observasi
dengan 2 subjek dapat memperkaya hasil Menurut Poerwandari (1998)
penelitian ini. menjelaskan observasi dengan mengunakan
catatan lapangan yaitu selain menyesuaikan
I. Teknik Pengumpulan Data diri dengan kondisi yang diamati, kerja
Dalam penelitian ini digunakan paling fundamental dari pengamatan adalah
metode pengumpulan data yaitu menyusun catatan lapangan. Catatan
wawancara, observasi, berikut adalah lapangan berisi deskripsi tentang hal-hal
penjabaran lengkap mengenai dua metode yang diamati, apapun yang dianggap
yang digunakan dalam penelitian. penting. Penulisan catatan lapangan dapat
dilakukan dalam cara yang berbeda-beda.
1. Wawancara Hal terpenting untuk membuat catatan
Wawancara adalah percakapan lapangan: catatan lapangan mutlak dibuat
dengan maksud tertentu, yang dilakukan secara lengkap, dengan keterangan tanggal,
oleh dua pihak yaitu pewawancara waktu, dan dicatat dengan menyertakan
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan informasi-informasi dasar seperti dimana
dan yang diwawancarai (interviewee) yang observasi dilakukan, interaksi sosial dan
memberikan jawaban atas pertanyaan aktivitas apa yang berlangsung, dan
(Moleong, 2005). sebaginya. Catatan lapangan akan menjadi
Menurut Banister (dalam sumber yang sangat penting saat peneliti
Poerwandari, 2001) wawancara adalah melakukan analisis serta menyusun
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan laporannya.
untuk tujuan tertentu. Wawancara kualitatif Patton (dalam Poerwandari 1998)
dilakukan bila peneliti bermaksud untuk menambahkan bila memungkinkan, catatan
memperoleh pengetahuan tentang makna- lapangan juga perlu diisi kutipan-kutipan
makna subjektif yang dipahami kelompok langsung apa yang dikatakan objek yang
berkenaan dengan topik yang diteliti dan diamati selama proses observasi atau
bermaksud melakukan eksplorasi terhadap wawancara berlangsung, catatan lapangan
isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat juga berisi perasaan-perasaan peneliti, reaksi
dilakukan melalui pendekatan lain. terhadap pengalaman yang dilalui, dan
Secara garis besar ada dua jenis wawancara refleksi mengengenai makna personal dan
menurut Moleong (2005) yaitu: arti kejadian tersebut dari sisi peneliti.
a. Wawancara terstruktur Dalam penelitian ini peneliti
Metode wawancara dimana mengunakan observasi dengan
pewawancara menggunakan daftar menggunakan catatan lapangan. Observasi
pertanyaan atau daftar isian sebagai catatan lapangan dilakukan pada saat
penuntut selama proses wawancara. berlangsungnya wawancara. Isi dari catatan
b. Wawancara tidak terstruktur lapangan tersebut yaitu kutipan-kutipan
Metode wawancara dimana langsung apa yang dikatakan subjek pada
pewawancara tidak menggunakan daftar saat proses wawancara berlangsung, catatan
lapangan juga berisi perasaan-perasaan
peneliti, reaksi terhadap pengalaman yang yaitu bentuk visual, bentuk verbal dan bentuk
dilalui dan refleksi mengenai makna fisik.
personal dan arti kejadian tersebut dari sisi a. Bentuk Visual : tatapan yang penuh nafsu
peneliti. , tatapan yang mengancam, gerak-gerik
yang bersifat seksual
J. Keakuratan Penelitian b. Bentuk Verbal : siulan, gosip, gurauan
Penelitian ini menggunakan seks, pernyataan yang bersifat
keakuratan penelitian menurut Patton mengancam
Poerwandari, 2001) yaitu tiga macam c. Bentuk Fisik : sentuhan, mencubit,
triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan: menepuk, menyenggol dengan sengaja,
1. Triangulasi Data meremas, mendekatkan diri tanpa
Menggunakan berbagai sumber data diinginkan.
seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, Indriyanti (dalam Kusmana, 2005)
hasil observasi, atau juga dengan melakukan penelitian kepada sejumlah
mewawancarai lebih dari satu subjek yang karyawati di Jakarta mengenai tindakan yang
dianggap memiliki sudut pandang berbeda. dapat digolongkan sebagai bentuk pelecehan
Peneliti juga melihat data hasil wawancara seksual adalah:
subjek dengan significant other. a. Bentuk visual : memperhatikan wanita
2. Triangulasi Pengamat sambil mendecakkan lidah, memandangi
Adanya pengamat di luar peneliti korban dari atas ke bawah.
yang turut memeriksa hasil pengumpulan b. Bentuk verbal : memberi komentar
data. Dalam penelitian ini, beberapa mengenai penampilan fisik (badannya
pengamat yaitu dosen pembimbing yang seksi), mengemukakan gurauan-gurauan
memberikan masukan terhadap hasil porno, memberi komentar mengenai
pengumpulan data. bagian-bagian tubuh wanita
3. Triangulasi Teori (betis,pantat,dsb), mendesak wanita untuk
Yaitu penggunaan teori yang berlainan kencan (nonton, makan malam, dsb) terus
untuk memastikan bahwa data yang menerus menanyakan aktivitas seksual
dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada wanita, menyombongkan aktivitas
penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan seksualnya kepada wanita, menelpon dan
pada bab II untuk digunakan dan menguji dengan nada menggoda bertanya: mau
terkumpulnya data tersebut. nggak sama saya.
Penelitian ini juga mengacu pada c. Bentuk fisik : menggelitik tangan saat
Poerwandari (1998), yaitu menggunakan bersalaman, menyentuhkan tangan ke
konstrak konfirmablitas dimana hasil paha, mendekatkan tangan ke paha,
temuan penelitian dapat di konfirmasikan mendekatkan wajah dan badannya kearah
pada subjek. Keabsahan penelitian ini dapat wanita, menyentuh tangan saat bicara,
dicapai dengan cara penelitian menunjukan menyentuh lutut, merangkul wanita,
data hasil penelitian kepada subjek setelah menyenderkan tubuhnya ke tubuh wanita,
itu subjek diminta untuk menggambil memijat-mijat bahu, menyenggolkan
keputusan dan kesimpulan dari penelitian pantat ke pantat wanita, menepuk pantat
tersebut (Miles dan huberman, 1992). wanita, memegang pinggang, melempar
pantat dengan kertas, berusaha mencium
wanita, membelai-belai kepala/rambut
K. Pembahasan korban.
Dalam membahas hasil penelitian
ditemukan hasil sebagi berikut : Dari hasil penelitian bentuk pelecehan
1. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual Pada seksual secara visual yang terjadi adalah:
Wanita di Tempat Kerja memandang wanita sambil senyum-senyum,
Bentuk-bentuk pelecehan seksual pada sambil bersiul, mengamati wanita dari atas
wanita di tempat kerja sangat beragam mulai sampai bawah dalam waktu yang lama.
dari cara memandang, memberikan komentar Dari hasil penelitian bentuk pelecehan
bagian tubuh sampai sentuhan pada tubuh. seksual secara verbal yang terjadi adalah:
Menurut Kelly (1998) bentuk pelecehan ajakan atasan keruang kerjanya dengan nada
seksual dapat dibagi menjadi 3 golongan aneh, ajakan atasan melakukan hubungan
intim, candaan-candaan, penggunaan nada
bicara menggoda sambil senyum-senyum, mengawasi dan mempromosikan
berbicara di telefon sambil menggoda, perempuan
pujian pada wajah, pujian pada pakaian,
pujian sambil bersiul, pujian cantik dan b. Pelecehan seksual dilihat dari sudut
seksi. pandang yang menjadi korban :
Dari hasil penelitian bentuk pelecehan Penyebab pelecehan seksual yang
seksual secara fisik yang terjadi adalah: sering terjadi karena adanya daya tarik
Kontak seksual terdiri dari cubitan pada seksual atau rangsanggan yang alami
pinggang, memegang pantat, menepuk diantara dua jenis kelamin yang berbeda
pantat dengan kertas, senggolan pada pantat, (Mackinnon, 1979). Ditambah lagi
senggolan pada payudara. Kontak badan wanita yang menjadi korban tidak
terdiri dari menahan dan mengelitik tangan berani menolak perlakuan karena takut
disaat berjabat tangan, merangkul pundak, kehilangan pekerjaan. Menurut
memijit pundak, memijit lengan, bisik-bisik Mackinnon (1979), bidang pekerjaan
mulut dan pipi dekat seperti akan dicium, bagi perempuan umumnya terbatas,
memegang rambut, mencubit pipi, tidak seluas laki-laki. Karena
memegang jidat. keterbatasan itu wanita menjadi susah
Dari hasil penelitian bentuk pelecehan untuk menghindari tindak pelecehan
seksual secara verbal dan fisik yang terjadi yang diterimanya
adalah: berbicara sambil melakukan cubit- Papu, 2002 menambahkan
cubitan, sandaran ketubuh wanita sambil penyebab terjadinya pelecehan seksual
memuji cantik dan seksi. pada wanita karena didasari oleh wanita
Dari hasil penelitian bentuk secara itu sendiri, secara disadari atau tidak
visual dan fisik yang terjadi adalah: disadari wanita telah mengundang
memandang sambil memegang kepala lawan jenisnya untuk melakukan
pelecehan seksual, karena penggunaan
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan baju yang menampilkan dan
Terjadinya Pelecehan Seksual pada menonjolkan lekuk tubuh, memakai
Wanita di Tempat kerja pakaian yang minim (seksi),
Faktor-faktor yang dapat menggunakan parfum yang menarik
menyebabkan terjadinya pelecehan seksual lawan jenis, cara bicara yang mendesah
pada wanita di tempat kerja dapat dilihat dan sebagainya.
dari sudut pandang pelaku, sudut pandang
korban dan lingkungan. c. Lingkungan
a. Pelecehan seksual dilihat dari sudut 1) Faktor eksternal korban
pandang si pelaku. Menurut Sabaroedin (1998),
Penyebab pelecehan seksual yang fenomena yang ada pada perilaku
biasanya dilakukan oleh seseorang pelecehan seksual tersebut disebabkan
pelaku karena memiliki kekuasaan atau oleh banyak masalah pelecehan seksual
otoritas terhadap korbannya, dengan yang di mengerti hanya sebagai masalah
disertai iming-iming pekerjaan atau perorangan serta kurang informasi pada
kenaikan gaji atau promosi. Biasanya masyarakat tentang masalah pelecehan
pelaku pelecehan seksual seperti ini seksual. Lebih lanjut Sabaroedin
adalah supervisor, manager, direktur (1998), mengatakan bahwa kebanyakan
atau pemilik perusahaan (Papu, 2002). masyarakat cenderung lebih
Wanita tidak berani menolak menyalahkan kaum perempuan sebagai
perlakuan karena takut kehilangan korban sekaligus stimulator sehingga
pekerjaan menurut Mackinnon (1979), terjadi pelecehan seksual terhadapnya.
bidang pekerjaan bagi perempuan Menurut Poerwandari (2000),
umumnya terbatas, tidak seluas laki- penyebab terjadinya pelecehan seksual
laki. Selain itu, perempuan menekuni pada wanita, karena adanya produk
bidang pekerjaan yang kebanyakan struktur sosial dan sosialisasi dalam
bersifat melayani, sementara laki-laki masyarakat yang mengutamakan dan
lebih sering menempati posisi yang menomorsatukan kepentingan dan
memungkinkan untuk persepektif laki-laki, sekaligus adanya
memperkerjakannya, seperti: memecat, anggapan wanita sebagai jenis kelamin
yang lebih rendah dan kurang bernilai waktu di satu ruangan, ruang kerja
dibandingkan laki-laki. menggunakan penutup, kurangnya
2) Ruang kerja informasi pelecehan seksual di tempat
Situasi ruangan juga menjadi kerja, kurang nyamannya bercerita masalah
faktor penyebab terjadinya pelecehan pelecehan seksual di tempat kerja.
seksual, menurut Roosmaya (2007)
mempertegas jika ruangan tempat 3. Dampak Pelecehan Seksual
kerja agak tertutup mempermudah a. Dampak Psikologis
terjadinya tindak pelecehan seksual. Sebagian besar penelitian
3) Interaksi menghasilkan bahwa korban pelecehan
Interaksi menurut Tangri (1992) seksual merasakan beberapa gejala yang
juga merupakan penyebab terjadinya sangat bervariasi, diantaranya merasa
pelecehan seksual yang dialami oleh menurunnya harga diri (Gruber &
wanita di tempat kerja, melalui tiga Brown, dalam ODonohue, 1997),
model teoritis, yaitu : menurunnya kepercayaan diri (Benson &
a) Biological Model (model Thomson, dalam ODonohue, 1997),
biologis), Pelecehan seksual depresi (Hamilton dkk, dalam
terjadi karena adanya daya tarik ODonohue, 1997), kecemasan,
seksual yang alamiah antara dua ketakutan terhadap perkosaan (Holgete,
jenis kelamin yang berbeda. dalam ODonohue, 1997), serta
b) Organization Model (model meningkatnya ketakutan terhadap
organisasi), pelecehan seksual tindakan-tindakan kriminal lainnya
terjadi karena adanya faktor (Tunger, dalam ODonohue, 1997).
kekuasaan atau hubungan otoritas Hamilton dkk (dalam
yang berasal dari struktur hirarki ODonohue, 1997) mengambarkan
organisasi. bahwa korban pelecehan seksual akan
c) The Sosial Culture Model menderita post trauma syndrome yang
(model sosial budaya), pelecehan ditandai dengan bayangan masa lalu (saat
seksual terjadi karena manifestasi terjadi pelecehan), susah tidur, hilangnya
dari sistem patriarki yang lebih rasa emosi, serta kecemasaan.
luas dimana laki-laki dianggap
berkuasa. b. Dampak fisik
Gejala gejala fisik berikut ini telah
Dilihat dari sudut pandang pelaku tercatat dalam literatur yang membalas
ditemukan hasil sebagai berikut: atasan tentang pelecehan seksual dalam
menunjukan kekuasaan jabatan dalam ODonohue (1997) diantaranya yaitu
memberikan pekerjaan, memberikan sakit kepala, ganguan makan, ganguan
promosi, memberikan iming-iming akhir pencernaan (perut), rasa mual, menurun
pekan bersama, iming-iming karaoke, atau bertambahnya berat badan, dan
iming-iming teraktiran makan karena telah memanggil tanpa sebab yang jelas.
menuntaskan pekerjaan Mackinnon (1984) mengatakan
Dilihat dari sudut pandang korban bahwa jika telah terjadi pelecehan
ditemukan hasil sebagai berikut : supel, seksual yang terbilang serius, maka
mudah bergaul yang disalah artikan manja, korban dapat, gangguan makan,
sikap subjek yang bisa membuat suasana gangguan pencernaan (perut), naik
menjadi mengesankan (ramai), menerima turunnya berat badan, bahkan timbul
candaan, menerima godaan, menerima kecenderungan bunuh diri. Ini semua
kekuasaan atasan, iming-iming gaji, terjadi karena perbuatan tersebut
penggunaan pakaian yang seksi, menimbulkan rasa bersalah yang amat
penggunaan wewangian yang berlebihan. sangat.
Dilihat dari lingkungan ditemukan
hasil sebagai berikut: lorong tempat c. Dampak pekerjaan
berjalan sempit, penempatan posisi Dampak pelecehan seksual
pekerjaan yang ditempati merupakan posisi ditempat kerja menurut ODonohue
yang sering berganti orang, subjek (1997) adalah menurunnya kepuasaan
melakukan aktifitas yang sama dalam satu kerja, mengganggu karir, mengurangi
semangat kerja, menurunnya dapat lebih mencari sumber informasi
produktivitas kerja dan merusak mengenai pelecehan seksual ditempat kerja
hubungan antara rekan kerja, agar dapat terhindar dari pelecehan seksual
menurunnya tingkat kepercayaan diri, di tempat kerja.
menurunnya motivasi.
Korban pelecehan seksual juga 2. Untuk Perusahaan yang Mempekerjakan
dapat memiliki komitmen yang rendah Wanita
terhadap organisasinya, dan korban Penelitian ini diharapkan bisa memberikan
dengan tingkat frekuensi pelecehan yang informasi yang bermanfaat pada perusahaan
tinggi lebih memilih untuk yang mempekerjakan wanita dan membantu
mengundurkan diri dari pekerjaan perusahaan dalam membuat peraturan
mereka atau keluar dari perusahaan khusus yang berkaitan dengan pelecehan
tempat mereka bekerja (Schmeider & seksual ditempat kerja yaitu peraturan
Swan dalam O'Donohue, 1997). penggunaan pakaian dan ruang kerja dibuat
lebih terbuka.
Dari hasil penelitian pelecehan
seksual, dampak yang dialami wanita 3. Untuk Peneliti Selanjutnya
adalah sebagai berikut: dampak Penulis menyadari bahwa penelitian ini
psikologis, dampak fisik, dampak masih jauh dari hasil yang memuaskan,
pekerjaan untuk itu bagi peneliti yang akan
Dampak psikologis sebagai mengadakan penelitian dengan topik yang
berikut: rasa kesal, rasa cemas, lemas, sama, disarankan hendaknya meneliti dari
malas, malu,kurang percaya diri, marah, sisi pelakunya.
terhina, tersinggung, benci kepada
pelaku, tidak bisa tidur karena M. Daftar Pustaka
memikirkan kejadian yang telah terjadi, Betz, L. & Fitzgerald, E. (1987). The career
gangguan emosi, keinginan untuk teriak, psychology of women. California :
malas berbicara dengan orang lain, stress Academic Press, Inc.
memikirkan tanggapan orang yang
macam-macam, bersikap diam disaat Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian kualitatif:
emosi. untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya.
Dampak fisik sebagai berikut : Jakarta : Universitas Gunadarma.
penurunan berat badan, malas untuk
makan, sakit tipes, bermasalah pada Jusuf, M. (1994). Wanita bekerja dalam
pencernaan, kepala pusing, gigit kuku. pandangan islam. Jakarta : Mizan.
Dampak pekerjaan sebagai
berikut: mengganggu karir, mengurangi Kardamo, S. (1988). Manajemen wanita bekerja
semangat kerja, kurang fokus pada yang efektif. Jakarta : Balai Pustaka.
kerjaan, gaji, situasi tempat kerja yang
kurang nyaman membuat bekerja Komnas Anak. (2005). Statistik kekerasaan
menjadi tidak nyaman, merusak terhadap perempuan dalam bekerja. www.
hubungan antara rekan kerja, keinginan biropusatstatistik.com. Diakses tanggal 18
keluar dari perusahaan karena November 2006
menurunnya tingkat kepercayaan.
Kusmana, G.(2005), Pelecehan seksual di tempat
kerja, www.depnakertrans.go.id. Diakses
tanggal 20 Juni 2007.
L. Saran Matlin, R. (1987). Psychology of life span. 2
1. Untuk Wanita di Tempat Kerja Edition. New York : McGraw-Hill Inc.
Kepada wanita yang melakukan aktivitas
berkerja di tempat kerja, diharapkan dapat Maslow, A. (1983). Striving higher for a better
menghindari penggunaan pakaian yang life. New York : McGraw-Hill Inc.
minim (terbuka, pendek, tembus pandang),
serta menghindari penggunaan wewangian
yang berlebihan dan diharapkan juga untuk
Mackinnon, A. (1979). Everyday life of a
working woman. New York : Fresh Book. Yayasan Harapan Permata Hati Kita, (2005).
Pelecehan seksual. Http/ www. yakita. or,id
Mathis, & Jackson. (2001). Managemen sumber / Pelecehan Seksual. Htm. Diakses tanggal
daya manusia. Jakarta : Salemba Emban 18 November 2006.
Patria.
Yin, R. K. (1994). Studi kasus : desain dan
Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo
data kualitatif. Jakarta : Universitas Persada.
Indonesia Press.

Moleong, L. J. (2005). Metode pendekatan


kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

ODonohue, W, (1997). Sexual harassment :


Teory, research, treatment. Editor, Boston
: Allyn and Bacon.

Poerwandari, E.K, (2000). Pemahaman bentuk-


bentuk tindak kekerasan terhadap
perempuan dan alternatif pemecahannya.
Jakarta : Universitas Indonesia.

Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif


untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta
: Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
(LPSP3) Universitas Indonesia.

Papu, J. (2005). Pelecehan seksual di tempat


kerja. www.e-psikologi.com. Diakses
tanggal 20 juni 2007

Roosmaya. (2007). Awas pelecehan seksual di


tempat kerja. www.portalhr.com. Diakses
tanggal 14 januari 2008

Sabaroedin, S. 1998. Wanita, pendidikan,


pekerjaan dan kodrat. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Suranto, A. & Subandi, A. (1998). Wanita yang


menentang kodrat. Jakarta : Erlangga.

Smita, N. (1997). Perempuan pekerja pabrik dan


masalah yang menantang Kodrat. Jakarta :
Erlangga.

Tangri, R. (1992). Sexual Harassment At Work :


Three explanotory model. New York:
Promo The Us Book.

Wajowarsito, S. & W. J. S. Poerwadarminta.


(1980). Kamus lengkap inggris-indonesia
indonesia-inggris. Bandung : Penerbit
Hasta.

Você também pode gostar