Você está na página 1de 6

1

BIOCHAR METODE PIROLISIS DARI LIMBAH DADUK TEBU


UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN MARGINAL

DIVISI PENELITIAN DAN QUALITY CONTROL

PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI

2017

Dirangkum dari berbagai sumber.


ahs
2

BIOCHAR METODE PIROLISIS DARI LIMBAH DADUK TEBU UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
LAHAN MARGINAL

Tanah sebagai sumber daya alam yang terbatas, sulit dan lambat pemulihannya jika terjadi
kesalahan pengelolaan. Didaerah tropika basah terutama lahan kering, tanah mudah terdegradasi.
Ditambah penggunaan pupuk kimia terus menerus dan berlebihan justru akan menyebabkan tanah
menjadi miskin unsur hara. Untuk memperbaiki kesuburan tanah pada lahan kering terdegradasi
dapat dilakukan dengan menambahkan bahan organik kedalam tanah menjadi lebih mantap,
meningkatkan KTK, pH tanah, daya simpan air dan daya sangga terhadap keharaan tanah.

Seresah daun tebu (daduk) dan merupakan sisa produksi yang biasanya tidak dikembalikan ke dalam
tanah dikarenakan kualitas" nya rendah yaitu kandungan haranya rendah, nisbah C:N dan
kandungan Si tinggi. Biasanya daduk tebu ditangani dengan cara dibakar dilahan, hal ini
menyebabkan terjadinya pembakaran yang sempurna. Proses pembakaran yang sempurna ini
menghasilkan pelepasan energi, abu sisa pembakaran dan sedikit arang. Bahan organik berkualitas
rendah ini bila dimasukkan ke dalam tanah akan menimbulkan immobilisasi N dalam tanah.
Walaupun daduk tebu memiliki kualitas rendah karena nisbah C :N sekitar 120 :1, tetapi bila
dikembalikan ke dalam tanah akan mengurangi jumlah pemupukan N sebesar 40 kg/ha/tahun(Meier
et al, 2003) karena adanya imobilisasi N sehingga dapat mengurangi kehilangan N akibat pencucian
dan penguapan. Akan tetapi permasalahan utama dalam pengelolaan bahan organik adalah dosis
yang diberikan harus tinggi dan diberikan berulang-ulang (Agussalim et al., 2010)

Penambahan bahan organik agar tidak diberikan berulang-ulang, perlu dikombinasikan dengan suatu
bahan pembangun kesuburan tanah yaitu biochar (arang hayati). Biochar merupakan bahan
pembenah tanah yang telah lama dikenal dalam bidang pertanian yang berguna untuk
meningkatkan produktivitas tanah. Bahan utama untuk pembuatan biochar adalah limbah-limbah
pertanian dan perkebunan seperti sekam padi, tempurung kelapa, kulit buah kakao, serta kayu-
kayu yang berasal dari tanaman hutan industri. Menurut Lehmann dan Joseph (2009), biochar
diproduksi dari bahan-bahan organik yang sulit terdekomposisi, yang dibakar secara tidak
sempurna (pyrolisis) atau oksigen terbatas pada suhu yang tinggi. Arang hayati yang terbentuk
dari pembakaran ini akan menghasilkan karbon aktif, yang mengandung mineral seperti kalsium
(Ca) atau magnesium (Mg) dan karbon anorganik. Kualitas senyawa organik yang terkandung
dalam biochar tergantung pada asal bahan organik dan metode karbonisasi. Dengan

Dirangkum dari berbagai sumber.


ahs
3

kandungan senyawa organik dan anorganik yang terdapat di dalamya, biochar banyak
digunakan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan kualitas tanah, khususnya tanah marginal
(Rondon dkk., 2007; Hunt dkk., 2010).

Ada banyak cara untuk membuat biochar, tapi semuanya melibatkan pemanasan biomassa dengan
sedikit atau tanpa oksigen untuk membuang gas yang mudah menguap, dan menyisakan
karbon. Proses sederhana ini disebut dekomposisi termal biasanya disebut pirolisa atau
gasifikasi. Pirolisis adalah proses termokimia (dekomposisi secara kimia suatu bahan organik) dimana
biomassa dikonversi melalui pemanasan dengan oksigen terbatas atau bahkan tanpa oksigen.
Metode ini bisa menghasilkan energi bersih berupa gas atau minyak seiring dengan pembentukan
biochar. Energi ini dapat digunakan untuk bahan bakar, atau mungkin hanya dibakar dan dilepaskan
sebagai panas. Ini adalah salah satu dari sedikit teknologi yang relatif murah, bisa diterapkan secara
luas dan cepat terukur. Kualitas dan kuantitas biochar ditentukan oleh bahan baku, suhu pirolisis dan
waktu pirolisis.

Biochar untuk pertanian.

Penggunaan biochar dalam pertanian untuk perbaikan sifat biologi, fisik dan kimia sangat tergantung
dari karbun tetap yang dihasilkan. Biochar memiliki ketahanan yang tinggi terhadap dekomposisi dan
demineralisasi karena karbon di dalam biochar berbentuk cincintanpa ikatan hidrogen atau oksigen.
Resistensi terhadap dekomposisi dan demineralisasi juga disebabkan terbentuknya senyawa organo
mineral dalam biochar (Schimidt & Noack, 2001; Lehmann & Joseph, 2010)

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan biochar dapat meningkatkan


produktivitas tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Glaseret al., 2002;
Lehmann et al., 2003 Chan et al., 2007). Penggunaan Biochar dapat meningkatkan pH tanah dan
meningkatkan KTK tanah (Liang et al., 2006; Yamato et al., 2006). Lehmann et al. (2003) dan Steiner
(2007) melaporkan adanya peningkatan efisiensi pemupukan nitrogen pada tanah yang mengandung
biochar.

Aplikasi biochar berdampak positif terhadap sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian, efek positif biochar diuraikan sebagai berikut:

Sifat Kimia Tanah

Beberapa hasil penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa biochar yang
diaplikasikan ke dalam tanah secara nyata berpotensi dalam meningkatkan beberapa sifat
kimia tanah seperti pH tanah, KTK, dan beberapa senyawa seperti C-organik, N-total, serta

Dirangkum dari berbagai sumber.


ahs
4

dapat mereduksi aktivitas senyawa Fe dan Al yang berdampak terhadap peningkatan P-


tersedia (Rondon dkk., 2007; Novak dkk., 2009; Baronti dkk., 2010; Nigussie dkk., 2012).
Perbaikan sifat kimia yang diakibatkan oleh penambahan biochar secara tidak langsung

berdampak positif pula terhadap pertumbuhan tanaman yang tumbuh di atasnya. Nigussie dkk.
(2012) melaporkan bahwa aplikasi biochar yang berasal dari bonggol jagung dengan dosis 10
ton ha-1 secara signifikan meningkatkan pH, electrical conductivity (EC), C-organik, P-tersedia, N-
total, dan KTK tanah yang tercemar maupun yang tidak tercemar Kromium (Cr). Peningkatan ini
terjadi disebabkan biochar yang berasal dari bonggol jagung ini diketahui mengandung senyawa-
senyawa yang dibutuhkan tanaman, memiliki luas permukaan yang tinggi, porositas yang
tinggi, serta kandungan abu dalam biochar yang secara tidak langsung dapat melarutkan
senyawa-senyawa yang terjerap seperti Ca, K, dan N yang dibutuhkan oleh tanaman. Novak
dkk. (2009) juga melaporkan bahwa setelah 67 hari biochar pada tanah berpasir menyebabkan
pH, C-organik, Ca, K, Mn, dan P meningkat. Namun, penambahan biochar tidak meningkatkan

KTK tanah.

Sifat Fisika Tanah

Penambahan biochar memengaruhi sifat fisika tanah melalui peningkatan kapasitas menahan
air, sehingga dapat mengurangi run-off dan pencucian unsur hara. Selain itu, amandemen
biochar juga dapat memperbaiki struktur, porositas, dan formasi agregat tanah (Lehmann dan
Joseph, 2009; Baronti dkk., 2009; Zhang dkk., 2011; Southavong, 2012). Biochar berpengaruh
langsung terhadap tanaman. Perbaikan sifat fisika menyebabkan jangkauan perakaran tanaman
semakin luas sehingga memudahkan tanaman untuk mendapatkan nutrisi dan air yang
dibutuhkan dalam pertumbuhannya (Dou dkk., 2012).

Sifat Biologi Tanah

Biochar juga dapat memengaruhi populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah. Menurut hasil
penelitian Graber dkk. (2010), kehadiran biochar dapat merangsang populasi rhizobakteria dan
fungi yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Ini diakibatkan oleh perubahan komposisi
dan aktivitas enzim di daerah sekitar perakaran yang meningkat dengan penambahan biochar
(ONeill et al., 2009). Selain itu, daya tumbuh (viabilitas) bakteri mengalami peningkatan setelah
ditambahkan biochar selama 12 bulan masa simpan pada Ultisols Taman Bogo. Menurut Santi
dan Goenadi (2010), hal ini disebabkan karena pH biochar asal cangkang kelapa sawit sesuai
dengan pH untuk pertumbuhan optimal bakteri, sehingga akibatnya populasi bakteri dapat

Dirangkum dari berbagai sumber.


ahs
5

dipertahankan. Ini sesuai dengan penelitian Rondon et al. (2007), yang menunjukkan
peningkatan yang signifikan dalam memperbaiki fiksasi N secara biologi (BNF) pada tanaman
kacang kacangan. Ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya koloni bakteri pada akar
tanaman.

Referensi

Agussalim, M., Utomo, W.H. dan Syekhfani, S. 2010. Rice Husk Biochar for Rice Based Cropping
System in Acid Soil, 1: The characteristics of rice husk biochar and its influence on the properties of
acid sulfat soil and rice growth in West Kalimantan. Indonesia. (In Press, 2010)

Asfan, Kusriningrum and S.Hariyanto.2015. Technology Enhancement Productivity Degraded Dryland


through Quality Improvement Compost and Biochar with Indicators Productivity of Crop Soybean.
Journal of Biology, Agriculture and Healthcare ISSN 2224-3208 (Paper) ISSN 2225-093X (Online)
Vol.5, No.23, 2015

Brown, R.2009. Biochar Production Technology.In: Biochar for Environmental Management: Science
and Technology (Eds. Lehmann, J. & Joseph, S.), Earthscan.

Gustam Pari, Gusmalina dan S.Komarjati. 2007. Pembuatan arang metode tungku semi
kontinyu. Pusat Penelitian dan Pengembangan hasil Hutan. Bogor

Meier E., Thorburn, P., Goodson, M., Wegener, M. dan Basford, K., 2003. Optimisation of nitrogen
supply from sugarcane residues in the wet tropics., . The University of Queensland, Brisbane,
Australia http://www.regional.org.au/au/asa/2003/c/5/meier.htm

Nuraini 2009. Pembuatan Kompos Jerami Padi Menggunakan Mikroba Perombak Bahan Organik.
Bulletin Teknik Pertanian Vol. 14 No. 2009, 23-26. Balai Penelitian Tanah, Bogor

ONeill, B., J. Grossman, M.T. Tsai, J.E. Gomes, J. Lehmann, J. Peterson, E. Neves, and J.E. Thies. 2009.
Bacterial community composition in Brazilian Anthrosols and adjacent soils characterized using
culturing and molecular identification. Microbial Ecology 58:2335

Rondon. M.A.. J. Lehmann, J. Ramirez. and M. Hurtado 2007. Biological nitrogen fixation by common
beans (Phaseolus vulgaris L.) increases with bio-char additions. Biology and Fertility of Soils43:699-
708.

Santi, L.P. dan Goenadi, D.H. 2010. Pemanfaatan Biochar sebagai Pembawa Mikroba Untuk
Pemantap Agregat Tanah Ultisol dari Taman Bogo-Lampung. Menara Perkebunan 78 (2) : 55 63.

Dirangkum dari berbagai sumber.


ahs
6

Skjemstad, J. O., Taylor, J. A., Oades, J. M., and Mc. Clure, S. G., 1996. The chemistry and
nature of protected carbon in soil. Australian Journal of Soil Resources 34: 251-271.

Verheijen F. ,.Jeffery S , Bastos A.C., Van der Velde M., Diafas I. 2010. Biochar Application toSoils. A
Critical Scientific Reviewof Effects on Soil Properties, Processes and Functions. EUR 24099 EN.

Yamato. M.. Okimori, Y., Wihowo, I.F., Anshori, S., & Ogawa, M. 2006. Effects of the
application of charred bark of Acacia mangiumon the yield of maize, cowpea and peanut, and
soilchemical properties in South Sumatra, Indonesia. Journal Soil Science and Plant Nutrition, 52,
489-496.

Lehmann, J., J.p. da Silva, C. Steiner, T. Nehls, W. Zech, and B. Glaser. 2003. Nutrient availability and
leaching in an archaeological Anthrosol and a Ferralsol of the Central Amazon basin: fertilizer,
manure and charcoal amendments. Plant and Soil 249:343-357.

Dirangkum dari berbagai sumber.


ahs

Você também pode gostar