Você está na página 1de 8

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BINANGUN
Jl.S Supriadi No.19 Binangun Telp. ( 0342 ) 351006
Email: puskbinangun@gmail.com

KERANGKA ACUAN KERJA


KUNJUNGAN RUMAH PASIEN JIWA

I. PENDAHULUAN
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun 2014,
kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secaa produktif, dan mampu
memberikan kontribusi bagi komunitasnya.
Orang-orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adaah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial , pertumbuhan, dan perkembangan, dan /
kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai
manusia.
Seseorang dengan gangguan jiwa berhadapan dengan stigma, diskriminasi
dan marginalisasi. Stigma dapat mengakibatkan penderita tidak mencari
pengobatan yang sebenarnya sangat mereka butuhkan atau mereka akan
mendapatkan pelayanan yang bermutu rendah. Marginalisasi dan diskriminasi
dapat meningkatkan resiko kekerasan pada hak-hak individu, hak politik,
ekonomi,sosial dan budaya.
Pasien dengan gangguan jiwa berat memiliki gejala yang dapat menjadi
ancaman, baik terhadap keluarga, diri sendiri, maupun orang lain. Keluarga dan
masyarakat disekitar lingkungannya cenderung melakukan tindakan paksa untuk
mengurangi atau membatasi ancaman tadi. Bentuk pemaksaan itu dapat berupa
pemasungan, yaitu mengikat tangan dan atau kaki dengan rantai atau seutas tali
atau menguncinya pada sebuah batang kayu, atau mengurungnya dalam sebuah
ruangan yang sangat sempit. Pembatasan gerak ini atau pemasungan acapkali
juga disertai dengan penelantaran termasuk kebutuhan hidupnya yang sangat
mendasar tidak diperhatikan. Kebutuhan makan minum, buang air besar dan buang
air kecil, kebersihan diri dan pakaian yang pantas menjadi sangat sulit ia dapatkan.
Pada kondisi ini sebenarnya penderita gangguan jiwa yang dipasung adalah
individu terlantar dan miskin, yang seharusnya ditanggung oleh permerintah.
Pemasungan di Indonesia telah dilarang sejak tahun 1977 dengan surat
Menteri Dalam Negeri No: PEM.29/6/15 tanggal 11 Nopember 1977. Surat ini
ditujukan kepada Gubernur seluruh Indonesia yang meminta kepada masyarakat
untuk tidak melakukan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa dan
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menyerahkan perawatan penderita di
Rumah Sakit Jiwa. Hali ini juga agar diinstruksikan kepada para Camat dan Kepala
Desa agar secara aktif mengambil prakarsa dan langkah-langkah dalam hal
penanggulangan pasien yang ada di daerah masing-masing.
Gubernur Jawa Timur pun telah menetapkan Jawa Timur Bebas Pasung
2015 dan Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar juga telah menetapkan program jiwa
sebagai program pengembangan wajib. Berbagai alasan dikemukakan mengenai
mengapa mereka dipasung. Sebagian masyarakat memasung anggota keluarganya
untuk melindungi dari kecelakaan. Sebagian lagi karena takut membahyakan orang
lain. Ibu yang lain memasung putranya karena malu sebab putranya sering mencuri
rokok diwarung.
Upaya kesehatan jiwa adalah setiap keegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat
dengan pendekatan promotif, preventif, kratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan oleh
pemerintah daerah, dan / masyarakat.
Survei data kesehatan jiwa di masyarakat, pelatihan kesehatan
jiwa,penyediaan obat-obatan esensial unuk gangguan jiwa, pengembangan
program sesuai kebutuhan daerah setempat, pengunaan posyandu, pemberdayaan
keluarga pasien gangguan jiwa dan dukungan pemerintah baik daerah maupun
pusat baik dalam hal anggaran maupun kegiatan, adalah hal yang harus
dipertimbangkan dalam mengintergrasikan pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan
primer (Carla R.Machira,2001)
Data pasien dengan masalah kesehatan jiwa di puskesmas binangun sendiri
sepanjang tahun 2016 dilaporkan sebanyak dipasung 3 pasien, psikosa 55, yang
berobat 33 orang. Sedangkan jumlah ODGJ ringan 575 pasien (Laporan Kesehatan
Jiwa Puskesmas Binangun, 2016).
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses,
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil sesuai visi, misi,
motto dan tata nilai UPT Puskesmas Binangun.
Visi UPT Puskesmas Binangun Menuju Kecamatan Binangun Lebih
Sejahtera, Maju dan Berdaya saing.
Misi UPT Puskesmas Binangun
1. Mengembangkan dan meningkatkan penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat
2. Mengembangkan dan meningkatkan penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan
3. Meningkatkan kemitraan dan jejaring fasyankes
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pengelolaan manajerial

TATA NILAI UPT PUSKESMAS BINANGUN : PRIMA.


PRofesional : memiliki kompetensi dan kemampuan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik.
Inovatif : memiliki ide-ide kreatif serta memberi terobosan bagi peningkatan
pelayanan kesehatan.
Motivasi : memotivasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
secara mandiri.
Akuntable : memberikan pelayanan kesehatan sesuai pedoman dan standart
pelayanan yang ditetapkan, dapat diukur dan

II. TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Keluarga dan masyarakat (baik lingkungan sekitar maupun lintas sektor
terkait) memiliki pengetahuan dalam memperlakukan pasien dan dapat
menjadi sistem pendukung yang efektif utuk pasien.

2.2 Tujuan Khusus


1. Memberikan informasi pada pasien tentang perkembangan kondisinya.
2. Memberikan motivasi pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
3. Memberikan informasi tentang perkembangan kondisi paien pada
keluarga.
4. Meningkatkan peran keluarga dalam mengoptimalkan fungsi sebagai
sistem pendukung untuk pasien dirumah.
5. Meningkatkan informasi dan kesadaran masyarakat tentang perlakuan
pada pasiaen jiwa.
6. Meningkatkan peran masyarakat dan lintas sektor terkait dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa melalui kunjungan
rumah pada pasien.
III. MANFAAT

3.1 Bagi Individual


Kunjungan rumah pasien jiwa diharapkan dapat menjadi media untuk
mengetahui masalah, kondisi dan keadaan pasien,serta dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan menapatkan akses pelayanan
kesehatan jiwa yang tepat.

3.2 Bagi Keluarga


Kunjungan rumah diharapkan dapat menjadi media informasi pada keluarga
tentang kondisi pasien dan motivasi untuk menjadi sistem pendukung pasien
demi terciptanya kualitas hidup yang lebih baik.

3.3 Bagi Masyarakat


Kunjungan rumah diharapkan dapat menjadi media pengembangan
pengetahuan serta memotivasi masyarakat untuk memperlakukan pasien
secara manusiawi.

3.4 Bagi Puskesmas Binangun


Kunjungan rumah pasien jiwa diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kinerja
petugas di Puskesmas Binangun dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Binangun.

3.5 Bagi Lintas Sektor


Kunjungan rumah menjadi modal dalam melakukan edukasi, motivasi dan
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat melalui pendekatan-pendekatan yang
berbasis komunitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien sesuai dengan
prinsip pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

IV. SASARAN KEGIATAN


Sasaran kegiatan kunjungan rumah pasien jiwa adalah sebagai berikut:
1. Pasien jiwa di wilayah kerja Puskesmas Binangun
2. Keluarga dari pasien jiwa di wilayah keja Puskesmas Binangun
3. Pasien jiwa yang dipasung di wilayah kerja Puskesmas Binangun
V. KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
1. Melakukan penyuluhan sebagai solusi atas kebutuhan pasien jiwa.
2. Memberikan saran yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Memberikan pengobatan.

VI. CARA PELAKSANAAN


Berikut adalah cara pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan jiwa di
Puskesmas Binangun :
1. Petugas menentukan jadwal kunjungan rumah pasien jiwa .
2. Petugas dqtang kerumah pasien.
3. Petugas mengambil database dan profil keluarga yang akan dikumpulkan
(macam data minimal yang harus dikumpulkan adalah tentang keluarga,
keadaan rumah dan lingkungan pasien, genogram, fungsi keluarga).
4. Petugas mencatat data yang dikumpulkan.
5. Petugas menyampaikan saran dan atau penyuluhan sesuai dengan hasil
temuan.
6. Penanggung jawab mengevaluasi hasil kunjungan rumah dan menyusun
rencana tindaka lanjut.

VII. MASALAH YANG DIHADAPI


Masalah yang dihadapi dalam melakukan kegiatan kunjungan rumah adalah :
1. Kurangnya petugas yang dapat melakukan kegiatan kunjungan rumah
karena terbentur dengan kegiatan program lain.
2. Masalah gangguan jiwa belum terlalu mendapat perhatian di masyarakat,
sehingga masyarakat menilai masalah kesehatan jiwa belum terlalu penting
dan cenderung diabaikan.
3. Penolakan dari pihak pasien maupun keluarga yang belum memiliki
kesadaran terhadap pentingnya kualitas hidup pasien jiwa.

VIII. SOLUSI PERMASALAHAN YANG DISARANKAN


Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
yang dialami kegiatan kunjungan rumah pasien jiwa diantaranya adalah
melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan jiwa yang diberikan
petugas yang terlatih dalam menyampaikan informasi mengenai masalah
kesehatan jiwa sehingga diharapkan mampu menjadi informasi dan motivasi
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu juga perlunya dilakukan
kerjasama antara petugas kesehatan jiwa dan lintas sektor, sehingga
terjalinnya komunikasi yang intensif dengan RT, RW, tokoh masyarakat, Lurah
dan Camat untuk mensosialisasikan perlunya pengggalakan kegiatan
kunjungan rumah sebagai upaya kesehatan jiwa di masyarakat.
Harapan yang diinginkan adalah para tokoh masyarakat, RT, RW, Lurah,
Camat turut berperan aktif dalam memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk menghadiri acara/kegiatan sosialisasi kegiatan kunjungan rumah jiwa dan
memfasilitasi kegiatan sehingga dapat berjalan dengan lancar.

IX. JADWAL PELKSANAAN KEGIATAN


Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah adalah sebagai
berikut:

No Jenis Kegiatan BULAN Ket


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kunjungan
1 Kunjungan rumah
rumah pasien dilakukan
jiwa bersama
dengan
jadwal
program
CHN
2
Pembinaan dan
penyuluhan Pembinaan
kesehatan jiwa dan
di masyarakat penyuluhan
dilakukan
oleh
petugas

X. EVALUASI DAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi ketepatan jadwal pelaksanaan dilakukan setiap bulan dalam
setahun, dilakukan oleh penanggung jawab program atau pelaksana program.
Evaluasi akan dilakukan dengan tindakan korektif jika tejadi ketidaktepatan
jadwal pelaksanaan dan mencantumkan rencana tindak lanjut terhadap
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan.
Pelaporan tentang evaluasi ketepatan jadwal pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan berupa laporan kunjungan rumah disertai dengan rencana
tindak lanjut jika ditemui masalah dalam pelaksanaan kegiatan. Laporan
evaluasi ini dibuat pada minggu ke-4 tiap bulan sepanjang tahun 2017 dan
besamaan dengan laporan kegiatan CHN. Laporan evaluasi ini ditujukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar dan diketahui oleh Kepala UPTD
Puskesmas.

XI. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan pelaporan dan evaluasi kegiatan ini merupakan laporan
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Pada dasarnya laporan berisi tanggal
pelaksanaan, jumlah yang hadir, kendala yang dihadapi yang sekaligus
merupakan bentuk evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.
Pelaporan dilakukan setiap minggu ke-4 setiap bulan sepanjang tahun
2017 oleh penanggung jawab dan ditujukan kepada Kepala UPTD Puskesmas
dan diketahui oleh Penanggung Jawab Program Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM). Laporan kegiatan riil disampaikan kepada Kepala UPTD Puskesmas
Binangun bersama dengan laporan kegaiatan CHN.

Você também pode gostar