Você está na página 1de 13

definisi

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan


pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa
psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons
emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali
diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada
rangsang pancaindra).

TEORI-TEORI BIOLOGI

TEORI DESKRIPSI
Teori genetik Gangguan gen menyebabkan skizofrenia atau minimal rentan thd
skizofrenia
Abnormalitas struktur otak Pembesaran jantung mungkin mengindikasikan
melemahnya fungsi beberapa area otak, memunculkan berkurangnya fungsi
kognitif dan emosi. Penurunan volume dan kepadatan neuron di frontal &
temporal cortex dan area limbic menyebabkan berkurangnya fungsi emosi dan
kognitif.
Komplikasi saat kelahiran Komplikasi saat lahir, terutama kurangnya oksigen
saat lahir menyebabkan kerusakan otak
Terpapar virus saat di kandungan Infeksi virus saat di kandungan merusak otak
(mis. Virus TORCH)
Teori neurotransmiter Ketidakseimbangan tingkat atau reseptor dopamine
memunculkan gejala, serotonin, GABA, dan glutamat juga turut berperan

SUDUT PANDANG PSIKO-SOSIAL

Meskipun skizofrenia sangat terkait dengan factor biologis, namun banyak riset
menunjukkan bahwa factor sosial juga berperan dalam munculnya skizofrenia.
Faktor sosial ini meningkatkan resiko kambuhnya skizofrenia tetapi tidak secara
langsung menentukan kapan munculnya skizofrenia pertama kali.

SUDUT PANDANG DESKRIPSI


Teori psikodinamik Penolakan ibu saat bayi menyebabkan anak kehilangan
kemampuan membedakan antara kenyataan dan non-realita
Pola komunikasi Komunikasi yang tidak lazim antara bayi dan pengasuh di
awal kehidupannya (pada bayi dg resiko skizofrenia) mengganggu
perkembangan kemampuan bayi untuk berkomunikasi dg orang lain dan
meningkatkan stress
Ekspresi emosi Keluarga yang terlalu mengatur dan memusuhi anggotanya yang
skizofrenia meningkatkan stress, yang membuatnya kambuh
Penyimpangan sosial dan lingkungan urban Skizofrenia mengganggu fungsi
individu dan membuat dia kehilangan status sosial; orang2 di lingkungan urban
yang miskin meningkatkan resiko terkea penyakit2 prenatal dan kemungkinan
terluka yang menyebabkan skizofrenia
Stress & kambuh Bermacam kejadian yang penuh tekanan meningkatkan
kemungkinan kambuh
Teori perilakuan Orang skizofrenia mendapatkan stimulus yang tidak tepat dari
lingkungan dan tidak tahu respon yang dapat diterima secara sosial oleh orang
lain di lingkungannya
Teori kognitif Gejala skizofrenia muncul dari respon individu terhadap
pengalaman indrawi yang aneh.

Etiologi
Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan
lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis)
jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.

Faktor Biologi

Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia,
hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan
pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi
virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala
skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat
reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka
gejala psikotik diredakan.1 Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala
gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.57

Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide
(LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata
zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin
berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik
atipikal clozapine yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~
lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.57

Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia
basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal,
ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi
peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemenksaaninikroskopis dan
jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul pada
masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah
lahir.81

Genetika

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi
umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti
orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu
dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65%
berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua
orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

GEJALA

Ada 2 kategori gejala:


ditandai1. gejala positif = gejala tipe I munculnya persepsi, pikiran, dan
perilaku yang tidak biasa secara menonjol, misalnya: halusinasi, delusi, pikiran
dan pembicaraan kacau, dan perilaku katatonik.
ditandai hilangnya atau 2. gejala negatif = gejala tipe II berkurangnya
kemampuan di area tertentu, misalnya tidak munculnya perilaku tertentu, afek
datar (secara emosi tidak mampu memberi respon thd lingkungan sekitarnya;
mis. Ketika bicara ekspresi tidak sesuai, tidak ada ekspresi sedih ketika situasi
sedih) dan alogia (tidak mau bicara).

Selain gejala2 tsb, terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang sebenarnya
bukan kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai gejala,
yaitu:
1. afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat bahagia),
2. anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi ttt, apapun yang
dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira), dan
3. ketrampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan,
memelihara hubungan sosial, dan mempertahankan pekerjaan)

PEDOMAN DIAGNOSTIK BERDASARKAN PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.

b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah


terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk
ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku


pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang

berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan
atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh


tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode


lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan
kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3
Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna,
F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.

F.20 Skizofrenia Paranoid

Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Sebagai tambahan :

* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi


perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual ,


atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham


dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence)
atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta


gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Diagnosa Banding :

Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan

Keadaan paranoid involusional (F22.8)

Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik

Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia


Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan
pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25
tahun).

Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang


menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk
memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini

Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan


kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan
:perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk
menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan
dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak
wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau
perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self
absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan
ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan
pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan


proses pikir biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya
ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and
hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of
purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of
puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat
dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )

Pedoman diagnostik :

Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia


Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid,
hebefrenik, katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau


depresi pasca skiszofrenia

F20.5 Skizofrenia Residual

Pedoman diagnostik:

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut


harus di penuhi semua:

Gejala Negatif dari skizofrenia yang menonjol misalnya


perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang
buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas


dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa
skizofrenia

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun


dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham
dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom negatif dari skizofrenia

Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak


organik lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat
menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia Simpleks

Pedoman diagnostik

Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena


tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan
berlahan dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari
skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi

waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2)


disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding


dengan sub type skisofrenia lainnya

Terapi / Tatalaksana
I. Psikofarmaka

Pemilihan obat Pada dasarnya semua obat anti psikosis


mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen,
perbedaan utama pada efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik,
ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala
psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan
dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak
memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka
waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya
dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam
riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif
dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif
pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif
lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal.
Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan
kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama
(APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan
memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif
tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan
ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang
akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan
memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I
menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering
pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat
dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau
sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi
sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif,
waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg
diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada
penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau
antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin
pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek
samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat
yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine
dan rispendon.

Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu


Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam

o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam


besar) sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.

o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25


mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu.
Berguna untuk pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk
terapi pemeliharaan.

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan


dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif
(sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan
sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi).
Diturunkan setiap 2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6
bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah
itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi
pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat
kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat
antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun
setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian
mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung,
mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi
dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25
mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

II. Terapi Psikososial


Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual

o Terapi suportif

o Sosial skill training

o Terapi okupasi

o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok

Psikoterapi keluarga

Manajemen kasus

Assertive Community Treatment (ACT)

Gangguan Psikosis lainnya


Gangguan Waham
Pedoman Diagnosis

Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinik atau gejala


yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun
sebagai suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan
lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya
setempat

Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang


lengkap I full-blown, mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat
bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat
gangguan afektif itu.

Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak

Tidak boleh ada halusinasi auditonk atau hanya kadang-kadang


saja ada dan bersifat sementara

Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan,


siar pikiran, penumpulan afek, dsb)
Gangguan Psikotlk Akut dan Sementara
Pedoman Diagnostik

Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan


prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini.
Urutan prioritas yang dipakai ialah:

a. Onset yang akut (dalam masa 2ininggu atau kurang = jangka


waktu gejalagejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu
sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari,
tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak
jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok;

b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka


ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala
skizofrnik yang khas);

c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada)

d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung

Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang


memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif,
walaupun perubahan emosional dan gejalagejala afektif
individual dapat menonjol dan waktu ke waktu

Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis,


delirium, atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat
penggunaan alcohol atau obat-obatan.

Gangguan Skizoafektif
Pedoman Diagnostik :

1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejal-gejala


definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang
satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan
bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi
kritena baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif

2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala


skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda

3. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah


mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik maupun depresif atau campuran dari
keduanya. Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif
terselip di antara episode manik atau depresif.

DAFTAR PUSTAKA

PROGNOSIS

Skizofrenia sifatnya adalah gangguan yang lebih kronis dan melemahkan


dibandingkan gangguan mental yang lain.
50-80% pasien skizofrenia yang pernah dirawat di RS akan kambuh
harapan hidup pasien skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada non pasien
skizofrenia
pasien skizofrenia resiko tinggi terhadap gangguan infeksi dan penyakit2
sistem peredaran darah
10% pasien skizofrenia resiko bunuh diri
Beberapa factor yang turut berperan dalam prognosis skizofrenia: usia, jenis
kelamin, dan sosial budaya

Você também pode gostar