Você está na página 1de 4

Wawancara : Prof.Dr.Ir.

Aman \Virakartakusumah, RISc

AGRIBISNIS/AGROINDUSTRI
SOLUSI KRISIS

'7 ita harus mengembangkan agroindustri yang memberikan nilai


tambah dan berorientasi pada ekspor yang didukung dengan
keterpaduan dari segi production, processing, pasca panen,

I1 manufacturing, packaging, distribution, dun rransporration.


Selain industri hulu kita harus juga mengembangkan industri hilir. Begitu
salah satu petikan wawancara yang disampaikan Guru Besar Pada Fakultas
Teknologi Pertanian, Prof. Dr. Ir. Aman Wirakartakusumah, MSc yang
juga adalah Pembantu Rektor I IPB. Dengan penuh antusias dan semangat belizu memaparkan seputar pengembangan
agribisnis dan agroindustri pada masa krisis ekonon~i,.kepadaDudi Setiadi dan Agus Winarno dari Agrimedia. Untuk
lehih jelasnya berikut ini adalah hasil wawancara dengan beliau.

Agribisrtis daft Agroindusri rnerupakan sofusi untuk 1 Kda menvadari bahwa selama ini sebetulnva lndonesia
nten~ecalrkarr krisis ekonomi, bagaimana tanggapan tidak pernah lepas dari program-program pembangunan
Bapak atus perrzyatuan tersebut ?
yang terkait dengan agibisnis. Kalau kita perhatikan lima
Saya kira pernyataan atau pemikiran tersebut sangat
atau sepuluh tahun terakhir ini, setelah kita mencapai
rasional. Hal ini dapat terbukti bahwa yang paling
swasembada beras seolah-olah sektor agribisnis menjadi
merasakan terkena da~npaknya krisis moneter adalah
kurang kompetitif lagi, terutama pada saat itu diakibatkan
bisnis properti, perbankan 1 nAn-.,n -nl..n-n
urrlr aurulya pcrunllg-
dau bisnis-bisnis lainnya
peluang dari segi pasar
yang mengandalkan bahan-
(harga, red)
bahan impor atau dengan
memungkinkan hagi
mengandalkan dana-dana
Indonesia untuk
dari hasil utang luar
mendapatkan komoditas -
negeri. Tetapi dilain
komoditas pertanlan atau
pihak ada yang rnendapat
produk-produk pertanian
"berkah" dari kondisi ini,
itu dengan harga murah
yaitu usaha-usaha yang
dari luar negeri. Karena
bergerak dibidang
harga irnpor ternyata lcbih
perkebunan atau perikanan
rendah daripada biaya
(agribisnis, red) yang
yang harus dikeluarkan
berorientasi ekspor,
bila memproduksi sendiri,
seperti karet, coklat,
. . maka mengembangkan dan
ternbakau, teh, udang dan
memproduksi komoditi
sebagainya karena harganya jika dirupiahkan menjadi
agribisnis tersebut dianggap tidak feasible. Kondisi ini
Icbih tinggi.
mungkin yang menyebabkan seolah-olah agribisnis dan
agroindustri selama ini dianggap tidak berperan terliadap
iblengapa baru pada saat krisis irri kita menyadari
roda perekonomian nasional. Akibat darl pemik~ran-
bahwa kita hm-us kernbali kepula agribisr~is h n
pemikiran jangka pendek tersebut maka penpambil
agroirldrr stri?
keputusan kita melupakan agribisnis dan agrointlusrri.

Volume 4 No.1 juni 1998 ISSN: 0853-8468


yang mcrupakan bentuk usaha yang mengakar dan paliAg Sekarang kits tentunya mencoba mernecahkan masalah
sesuai dengan sumberdaya kita. Dam* dari kebijakan secara qelektif dengan urutan prioritas dan juga didukung
tersebut mulai terasa setelah badai krisis moneter kemardpuan kita menanganinya. Walaupun saya tadi
menerpa kita. Dengan adanya krisis moneter ini, katakan sangat optimis terhadap pendekatan agribisnis-
dimana nilai tukar rupiah semakin melemah terhadap agroindustri untuk menjadi salah satu andalan utama
dolar maka kita merasakan bahwa impor-impor baik itu mengatasi masalah krisis ekonomi tentunya tidak akan
komoditi agribisnis seperti kedelai, buah-buahan ataupun ,,sekaligus bisa terjadi. Langkah yang pertama dan yang
bahan baku industri pendukung pertanian yang selama ini utama adalah bagaimana kita mampu menyediakan bahan
kita merasa "enjoy" dengan harga murah, sekarang untuk pangan pokok bagi masyarakat. Pada saat ini bahan
mendapatkannya tidak l a g i murah seiring dengan pokok kita seperti beras, kedelai, gula, susu, tepung ikan
melemahnya rupiah terhadap dollar. Saya optimis kalau masih mengimpor, kondisi ini menunjukkan pemenuhan
kita mempunyai komitmen yang kuat untuk kebutuhan pokok sangat tergantung pada impor. Oleh
mengembangkan agribisnis dan agroindustri, maka pada karena itu, masalah ini rnernerlukan pembenahan yang
masa yang akan datang kejadian ini tidak akan terulang pertama. Untuk itu langkah langkah kita yang didalam
lagi. Hal ini dapat dibuktikan sejak zaman dahulu kita jangka pendek bagaimana kita mampu mendukung sektor
telah mengembangkan komoditi perkebunan karet, teh, pertanian untuk memproduksi bahan pangan, sehingga
coklat, tembakau dan yang lainnya dimana pada kondisi kita mampu menyediakan kebutuhan pangan didalam
sebelum krisis produk-produk tersebut harganya negeri. Kita tidak perlu lagi mengimpor lagi bahan-bahan
kompetitif di pasaran global dan bahkan pada saat krisis pokok tersebut bila ' persediaan beras, jagung cukup,
moneter komiditi tersebut syukur-syukur kedele juga
tidak terpuruk seperti cukup. Berapa trilyun kita
komoditi-komoditi memberikan kontribusi,
lainnya. Berdasarkan data yang tadinya mungk~n
dan juga empiris, saya harus dusahakan dalam
sangat optimis dengan bentuk mencari dollar.
kondisi semacam ini kita Saya k ~ r a tahapan In1
akan bisa kompetitif harus kita benahi terlebih
didalam mengembangkan dulu, jika rakyat ini sudah
agribisnis dan tenang, tidak sulit untuk
Agroindustri. Saya mencari makan, baru kita
memprediksi akan terjadi kembangkan tahap
pengalihan investasi atau selanjutny a yaltu
usaha dari investasi atau agribisnis dan
usaha yang tadinya agroindustrinya Y ang
tergantung pada bahan-bahan impor kepada usaha sektor mampu memberikan nilai tarnbah baik untuk kepentingan
pertanian (agribisnis dan agroindustri) dan mendorong domestik rnaupun untuk kepentingan ekspor. Sebagai
orang untuk mencari peluang-peluang usaha di sektor ini. ilustrasi, kita menyadari bahwa masyarakat kita itu
Menurut pendapat saya peluang usaha yang baik dan sudah begitu senang 'dan bangga makan produk yang
prospektif adalah pangan, ini terbukti bahwa pangan yang berasal dari gandum dan tepung terigu yang merupakan
pertamakali merasakan dampak krisis, dimana terjadi komoditi impor, kalau -subsidi ini dilepas maka harganya
kekurangan atau krisis pangan yang disebabkan akan menjadi mahal. Dulu mengapa orang merasa tidak
ketergantungan terhadap impor semakin besar dan terjadi kornprehensif mencari alternatif untuk menggantikan
kegagalan produksi yang disebabkan oleh beberapa penggunaan gandum. Sebetulnya kita dapat
faktor. Jadi secara objektif, pilihan terhadap menggunakan berbagai campuran dari tepung-tepung
pengembangan agribisnis dan agroindustri betul-betul laimya yang tersedia higienis didalam negeri Indonesia,
merupakan pilihan yang sangat baik dan promising, oleh karakter-karakter dari campuran tersebut dapat
karena itu maka sekarang semua orang berfikir arah sini mensubsitusi sampai lima puluh persen dari karakter
(agribisnis dun agroindusrri, red). gandum. Bila kita melihat kcbelakang jaman dulu kita
mampu membuat roti yang bukan berasal dari gandum
Menurut Bapak bagaimana strategi jangka pendek dan tetapi dari campuran tepung yang tersedia di Indonesia.
jangka panjang pengembangan agribisnis dan Dari ilustrasi tersebut saya mau menekankan bahwa perlu
agroindustri?
dilakukan diversifikasi produk yang- dapat mensubstitusi
makanan yang tergantung bahan-bahan impor. Jadi saya

Volume 4 No.2 Juni 1998 ISSN: 0853-8468


kira pcndekaran-penilekatan seperti ini harus kita kedele dan saya kira langkah-langkah ini sutlah
kembangkan dan berusaha merubah citra dari masyarakat operasionalkan sekarang misalnya misalnya dengan akan
supaya kita tidak terlampau "import rilinded". Memang dimanfaatkan lahan tidur, intensifikasi laha11 dan
ha1 ini memerlukan pcngorbanan-pengorbanan beberapa ekstensifikasi lahan. Juga diperlukan antisipasi perubahan
preferences yang selama ini terlanjur sudah disenangi alam dan perubahan musim seperti datangnya Elnino, La
oleh konsumen. Tapi saya yakin ini dapat dilakukan Nina dan sebagainya.
kalau kita mempunyai komitmen yang sama, karena dari
hasil peneletian, roti yang dibuat dengan campuran Menurut Bapak SDM yang bagaimana yang diperlukan
tepung yang bukan gandum 20% tidak terasa perbedaan untuk mendukungt pengembangan agribisnis darz
agroindustri ?
dengan roti gandum. Bila ha1 in dilakukan mendorong
Saya mengharapkan bahwa orang yang bekerja di
sektor pertanian untuk memproduksi bahan baku yang
pertanian itu adalah orang yang pofessional. Sekarang
mempunyai nilai tambah. Jadi ini sudah merupakan
ini kondisinya belum sampai ke arah sana. Misalnya
second step yang "mengarah patLa pengembangan
industri pangan yang banyak saya ketahui hanya 3.5 %
agribisnis dan agroindustri yang mampu memberikan
lulusan S 1 (sarjana) dan sebagaian besar (90 % ) lulusan
nilai tambah dan mengurangi ketergantungan impor.
di bawah SMA. Bagaimana produk kita akan
Kalau tahap kedua sudah dilakukan dengan baik, artinya
mempunyai daya saing dalam ha1 cost, safety, quafin,
kebutuhan pokok dapat dengan muda-murah tersedia
kalau yang terlibat di sana SDM-nya belum memadai.
dimanapun maka tahap ketiga kita lakukan yaitu
SDM itu bukan hanya dari SDM petani dan orang yang
mengembangkan agroindustri yang memberikan nilai
terlibat dalam pelaksanaannya tetapi juga SDM para
tambah dan juga yang berorientasi pada ekspor, pada saat
pimpinan. Kita mengbarapkan penyuluh pertanlan,
itu sudah saatnva mulai
diperluka~i herhagai pengawas makanan (food
in~pector) atau petugas
keterlibatan disiplin tidak
karantina yang profesional
hanya dari segi prodr~crion
sehingga betul-betul semua
tapi juga processing, pasca
dapat menyele~natkan
panen kemudian
kekayaan. Semuanya
manufacturing, packaging,
mencoba meningkatkan
distribution, dan
efisiensi dan memberikan
transporration. Juga selain
hasil yang terbaik bagi
industri hulu kita harus
masyarakat dan negara kita.
mengembangkan industri
hilir dari induscri petanian. lmplementasinya kalau kita
berb~cara mengenai
Sebagai contoh industri
teknologi bukan hanya pada perguruan tinggi, tetapi
kelapa sawit tidak hanya sampai kepada srearin sama
kermasuk pada mereka itu, sehingga mereka mempunyai
olein saja tetapi sampai pada produk-p~-odukseperti faty
irama pekerjaan dan pola pikiran yang sama. Beg~tujuga
acid, fay escer), glisnl atau mungkin juga sampai ke
dcngan SDM yang membina perbankan. Seperti kita
minyak pelurnas dan sebagainya. Langkah-langkah yang
ketahui komitmen pihak perbankan rerhadap
saya uraikan tadi disesuaikan dengan kondisi di negara
kita yaitu kembali kepada basis sumherdaya yang dimiliki pembangunan dan pengembangan Agribisnis dai?
agroindustri saat ini kurang, yang mereka pikirkan
didalarn negeri
industri-indutri seperti ototomotif, propcrti daii
Larigkalz operasior~al rtlendesak apakal~ yarzg /tarus sebagainya, tidak salah nlcmang karcna itu mungkin
dilakukan dalarn waktu jarigka pertdek irli ? disebabkan ketidaktahuan dari SDM perbankan. Telapi
Untuk jangka pendek ini adalah bagaimana kita kalau kita mempunyai komitmen dimana Agribisnis dan
~neningkatkanketersediaan pangan. Langkah operasional agroindustri dianggap scbagai penyclamat dari bangsa ini
mendesak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah maka harus ada pengorbanan yang dapat dipriorita~kan.
mengimpor yang merupakan pilihan yang tidak dapat
dihindarkan dan suatu ha1 yang mcmang harus dilakukan, Bagaimana menurut Bapak rnengenai kebijakan makro
dalam Izal kelemhagaan dalam pengemhangan
sebab kita tidak punya sumber lain. Tetapi langkah
agribisnis supaya lebih tercermin mengkonsentrasikarr
tersebut merupakan langkah "darurat" sehingga kita kearah pengembangan agribisnis dan agroindustri ?
harus dengan cepat melakukan langkah dengan cara Menurut saya kebljakan lnakro berawal d a r ~pollt~rnl ~ 1 1
memherdayakan kemanipuan kita untuk meningkatkan dalam bentuk komttmen d a r ~pemer~ntahyang betul-betul
produksi komoditi pangan seperti beras, jagung dan akan melaksanakan itu. Sebetulnya ridak terlampau

Volume 4 No.2 Juni 1998 lSSN: 0853-8468


dengan o ~ - g i ~ n i a!,ang
C.I.IIILLI/ s a ~ ~ada sck;irang ini. kalau Pertama dala~ii kclembagaan itu harus ada Lan and
kita semua sepakat dengan semua visi dan misi yang kita Regulation, dimana aturan-aturallulya itu jelas dan dapat
punya yang disertai dengan langkah-litngkah operasional diterima oleh semua pihak. Perlu suatu lembaga yang
yang mengacu pada tujuan yang disesuaikan dengan misi dapat melakukan auditing untuk melihat peqormance dari
visi tersebut. suatu departemen. Kedua Program-program yang
tentunya pada satu sasaran yang sudah ditentukan. Seriap
R P p~d a Pelaksanaannya mmih tej'lihat adan~aego- program-program yang ada pada satu lembaga
ego sektoral ? (sektorldepartemen) bukan merupakan programnya
Political will yang masih belum strong atau komitmen sendiri tapi merupakan program nasional. proyek itu
yang belum kuat sehingga ego sektoral masill muncul, dikerjakan dengan wewenang dan fungsi masing-masing
dan in1 yang harus kira dibenahi. T a ~ isays yakin dengan komitmen yang kuat untuk mencapai satu tujuan
dengan terjadinya krisis ini kita sudah mulai melihat ada bersama yang telah disepakati, Bila penyimpangan
kekompakan dalam memandang ini semuanya, bahwa ini terhadap tujuan tersebut maka hanya kegiatan atau
(pengembangan agribisnis dan agroindustri, red) proyeknya saja yang sukses tapi dilihat dari segi
merupakan kcbutuhan, tantangan, dan tekad ouputnya kurang dapat dimanfaatkan untuk keseluruhan
bersama untuk dapai dilaksallakan semua. Dan yang masyarakat, Sebenarnya BAPENAS ini harus berani
paling penting, semua ini akan tercerinin dari tugas dan mengevaluasi, bukan hanya mengalokasi tapi
wewenang tiap sektor yang semua ini diharapkan jugs dikaji sesuai atau'tid&ya,
mengarah pada output dan tujuan yang sama, yang
kemudian disertai dengan penggunaan parameter yang Dengan digembor-
kita ukur sebagai indikator gemborkannya agribisnis
keberhasilan dari lembaga dan agroindustri dewasa
tadi. ini, ada kekhawatiran
terjadi over produksi pada
komodti atau industri
Bisakah Bapak menjelas-
tertentu misalnya kelapa
kan, apakah parameter
sawit atau udang,
yang Bapak maksud ?
Bagaimana menurut
Ada dua parameter, yaitu Bapak ?
parameter yang tangible Nah disini perlu adanya
maupun intangible. Yang perencanaan yang matang
tangible seperti angka dan transparan. Kira perlu
kenaikan produksi, mengetahui informasi
penurunan impor, kebutuhan-kebutuhan
kestabilan harga yang (permintaan pasar, red)
dapat dijangkau oleh sehingga akan terlihat berapa sih jumlah total permintaan
mas~arakat dan parameter lainnva sedangkan komoditi tersebut kemudian disesuaikan dengan
parameter intangible yaitu kesejahteraan, kepuasan, kemampuan produksi yang dapat disedikan komoditi
penyelewengan-penyeiewengan, kOrupsO kolusi dan tersebut, misalnya jagung, beras, dan yang lainnya. Saya
Nepotisme, transparansi Bank. Kalau parameter kira dengan pembenahan data dan informasi rnaka kila
tersebut diukur dan berjalan den&an baik maka akan dapat berbuat dengan baik. Walaupun kits berada pads
mengetahui apakah sistemilelnbaga tersebut baik atau kondisi krisis ini kits tidak hanya dapat lnelnecahkan
tidak. Menurut saya ha1 itu merupakail tantangan dimana dalam jangka pendek sebulan atau dua bulan [etapi kits
kita perlu mengadakan reformasi dengan tiga dimensi ke dapat berpikir pan,ang karena kits dituntut harus berpikir
belakang, ke depa~ldan kesamping yang dapat dijadikan dinamis. Investor barus tahu dari karakteristik dari
prasyarat dalam pengembangan agribisnis. Dan ini hams agribinis, karena bila salah menganalisa maka usahanya
didorong oleh polirical will dari pemerintahan yang akan akan gagal, terleb,h kalau mau merencanakan untuk
dilaksanakan secara sungguh dan bersama-sama dengan komoditi perkebunan yang merupakan tanamall long time
masyarakat, bila ha1 ini terjadi saya optimis akan berhasil yang butuh waktu untuk menunggu produksinya.
dengan baik. Sebaliknya dengan tanaman pangan dinamikanya sangat
cepat sehingga penangannya akan lebih dinamis dan
Menurut Pengamatan Bapak, kebuakan-kebijakan waktu yang di perlukan sampai berproduksi relatif
pemerintah apa saja yang seharusnya mencerminkan pende., (dshlais)
pada pengembangan Agribisnis dun agroindustri ?

Volume 4 No.2 juni 1998 ISSN: 0853-8468

Você também pode gostar