Você está na página 1de 7

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANGLI

TENTANG
OBYEK WISATA DANAU BATUR
Oleh:
I Gede Murdana Nim 1514101001
Ilmu Hukum
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Email: igedemurdana131@gmail.com
Abtrak
Obyek wisata Danau Batur, Kabupaten Bangli memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Namun potensi yang tinggi tersebut masih kurang didukung oleh
kemudahan akses untuk mencapai lokasi wisata tersebut, dimana jumlah dan
frekuensi keberangkatan transportasi menuju obyek wisata Danau Batur sanagat
tinggi. Tetapi akses jalan untuk menuju ke danau batur masih kurang, dimana
jalan menuju ke Danau Batur kecil sehingga kurang kondusip. Sehingga
penggunaan jalannya menjadi belum optimalnya, pengembangan obyek wisata
baik sarana maupun prasarana masih kurang. Pengelolaan obyek wisata danau
batur juga masih kurang, danau batur sekarang sudah mualai tercemar dengan
berbagai aktivitas masyarakat di sekitaran danau batur, Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi bagaimana perkembangan obyek wisata Danau
Batur, menentukan strategi atau upaya apa saja yang dilakukan dalam
pengembangan obyek wisata Danau Batur.

Kata Kunci; Danau, masyarakat, wisatawan, pemerintah.

PENDAHULUAN

Danau adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan
semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber
daya air, mempunyai peran yang sangat mendasar untuk menunjang
pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah
mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada
akhirnya kegiatan ekonomipun terbatas sehingga kemakmuran rakyat makin
lamatercapai. Air danau digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain
sumber baku air minum, air irigasi, perikanan, dapat di manfaatkan sebagai obyek
wisata dll. Jadi betapa pentingnya air tawar yang berasal dari danau bagi
kehidupan.

1
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.
Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah
tempat obyek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap
obyek wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik
sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk
menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan,
kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Mata rantai
yang kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata tersebut mampu
menghasilkan devisa dan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk menyerap
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan
angka kesempatan kerja.

Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal mampu


meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan hal tersebut maka
penanganan yang baik sangat diperlukan dalam upaya pengembangan obyek
obyek wisata di Indonesia. Para pelaku pariwisata mulai melakukan tindakan
pengembangan dengan penelitian, observasi terhadap obyek-obyek wisata di
Indonesia. Langkah tersebut dilakukan guna mengetahui potensi dan
permasalahan yang ada pada setiap obyek untuk kemudian mencari solusinya.
Langkah lainnya adalah promosi dengan media cetak, elektronik, maupun
multimedia agar masyarakat juga mengetahui akan keberadaan obyek-obyek
tersebut dan turut berpartisipasi dalam pengembangannya pembenahan-
pembenahan dan langkah-langkah yang serius dalam pengambilan kebijakan
untuk peningkatan sektor pariwisata.

Kesadaran akan pentingnya sektor kepariwisataan sebagai salah satu


pemasukan bagi pemerintah dari sektor non migas sebenarnya bukan hal baru.
Dunia kepariwisataan harus mulai meninggalkan tentang perencanaan jangka
pendek dan harus mampu melihat dalam prespektif jangka panjang dengan
memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin akan timbul dan berpengaruh
terhadap dunia kepariwisataan. Pariwisata di Indonesia pada dasawarsa ini mulai
menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan menjadi sebuah industri yang
berdiri sendiri. Namun yang masih harus diperhatikan bersama bahwa sampai

2
sejauh ini kesadaran dan pengertian tentang pariwisata belum sampai menyentuh
masyarakat secara umum.

Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No.33 Tahun 2004


yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk
mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab
dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya
yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah.
Pemerintah dalam hal ini para stakholders kepariwisataan yang menyadari
besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan

serta membangun aset obyek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal
untuk bangkitnya kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan
memikirkan dan mengusahakan serta membenahi potensi obyek dan daya tarik
wisata. Pengembangan sektor pariwisata hakekatnya merupakan interaksi antara
proses sosial, ekonomi, dan industri. Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat di
dalam proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Peran serta masyarakat
diharapkan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses ini. Untuk itu
masyarakat ditempatkan pada posisi memiliki, mengelola, merencanakan dan
memutuskan tentang program yang melibatkan kesejahteraannya.Dari sudut
sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai sektor usaha
yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan kepariwisataan.
Pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan dan cinta
terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotifasi sikap toleransi dalam pergaulan
yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa, selain itu juga pariwisata
mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan.

Dari sudut ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan


sumbangan terhadap penerimaan daerah bersumber dari pajak, retribusi parkir dan
karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang
berkunjung. Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi
yang saling merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan

3
oleh setiap individu. Alasannya karena aktivtas berwisata bagi seorang individu
dapat meningkatkan daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi,
berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik
tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme.

Pariwisata Danau Batur merupakan salah satu sektor yang strategis dan
potensial untuk dikelola, dikembangkan, dan dipasarkan, mengingat potensi
obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Bangli sangat beragam meliputi obyek
wisata dataran rendah sampai daerah pegunungan di beberapa Kecamatan. Obyek
wisata Danau batur merupakan obyek wisata yang banyak dikunjungi. Danau
Batur memiliki daya tarik dan potensi dalam peningkatan pendapatan daerah
yang menjadi salah satu aset wisata.

Rumusan masalah
1. Apa saja Faktor-Faktor yang mempengaruhi kerusakan obyek wisata
Danau Batur?
2. Apa upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan obyek
wisata Danau Batur ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan obyek
wisata Danau Batur.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
pengembangan obyek wisata Danau Batur.
Pembahasan
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kerusakan obyek wisata Danau Batur.
Ekosistem danau yang terdiri dari ekosistem akuatik dan ekosistem terestrial
daerah tangkapan air danau, banyak menghadapai berbagai permasalahan
lingkungan yang berdampak kepada kelestariannya serta fungsinya sebagai
sumber daya hayati dan sumber daya air. potensi kerusakan yang dapat terjadi pada
umumnya adalah:

1 Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang disebabkan oleh penebangan hutan
dan pengolahan lahan yang tidak benar, sehingga menimbulkan erosi dan
sedimentasi dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan danau.
2 Pembuangan limbah penduduk, industri, pertambangan dan pertanian yang
menyebabkan pencemaran air danau.

4
Berbagai kegiatan yang berlangsung pada perairan danau juga berpotensi
merusak ekosistem akuatik, yaitu:

1. Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya (overfishing).


2. Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak terkendali
sehingga berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan pencemaran air.

Dampak permasalahan tersebut telah merusak ekosistem akuatik danau Batur.


Kerusakan yang terjadi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pendangkalan dan penyempitan danau, yang telah merusak ekosistem danau


bertipe paparan banjir.
2. Pencemaran kualitas air danau yang menggangu pertumbuhan biota akuatik dan
pemanfaatan air danau. Bila terjadi bencana arus balik (overturn) bahan
pencemaran dari dasar danau terangkat ke permukaan air.
3. Kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity).
4. Pertumbuhan gulma air sebagai akibat pencemaran limbah organik dan zat hara
(unsur Nitrogen dan Phosphor).
5. Pertumbuhan alga atau marak alga (algae bloom) yang disebabkan proses
penyuburan air danau akibat pencemaran limbah organik dan zat penyubur.

Jika kita lihat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009


tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungaan hidup yaitu Bab II terkait
Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkum Pada Bagian Kesatu. Pada Pasal 2
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:

1. Kelestarian dan keberlanjutan; 5. Pencemar membayar


2. Keserasian dan keseimbangan 6. Kearifan lokal
3. Manfaat 7. Tata kelola pemerintahan yang baik
4. Keanekaragaman hayati 8. Otonomi daerah.
Jika asas-asas tersebut bisa di terapkan dengan baik an teratur maka tidak
akan terjadi kerusakan pada danau batur. Sehingga danau batur menjadi daya tarik
pariwisata tersendiri dengan keindahan alam di sekelilingnya makan akan menjadi
obyek wisata yang sangat menarik. Namun pada realitanya asas-asas terbut belum
efektif di terapkan dan dilaksanakan, kita bisa lihat danau batur pada saat ini
sudah mulai tercemar oleh aktivitas-aktivitas masyarakat setempat.

5
Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan obyek wisata Danau
Batur. Danau Batur termasuk jenis danau kaldera aktif yang berada pada
ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah sekitar Danau Batur
dipengaruhi oleh iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim penghujan yang
ditandai dengan berhembusnya angin Muson Barat dan musim kemarau yang
dipengaruhi oleh angin Muson Timur. Sebagian besar lahan di sekitar danau
dimanfaatkan sebagai tegalan yang mencapai 50%. Lahan ini digunakan untuk
budidaya tanaman sayur-sayuran, terutama di bagian barat dan selatan danau.

Di sekitar danau terdapat sebaran hutan berupa hutan rakyat dan hutan negara.
di bagian utara dan selatan danau merupakan hutan lindug dan hutan taman wisata
alam di bagian barat. Lahan yang dimanfaatkan untuk kebun sebesar 50%, lahan
untuk pekarangan hanya sebesar 2,22% dan selebihnya berupa lahan lain-lain,
yaitu lahan kritis bekas lahan Gunung Batur. untuk penyelamatan Danau Batur
ada beberapa upaya yang harus dilakukan. Dari sisi kelembagaan, perlu dibentuk
kelompok kerja yang terdiri dari unsur pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Pokja perlu diatur dengan peraturan Bupati Bangli. Sementara aksi yang harus
segera dilakukan di antaranya adalah program pengendalian sedimentasi,
pencemaran air, dan eceng gondok. perlu pembangunan sabuk hijau di sempadan
Danau Batur .

Perlunya pembenahan inprastruktur jalan sehingga akses jalan menuju ke arah


obyek wisata danau batur menjadi lebih mudah di lalui, sehingga wisatawan yang
ingin berkunjung ke danau batur menjadi nyaman dan aman. Dengan akses jalan
yang mudah dan gampang untuk dilauli kendaraan bermotor secara otomanis
menarik daya tari wisatawan untuk berkunung ke danau batur menjadi meningkat.

Dilihat dari kebudayaannya, masyarakat daerah kab. Bangli kec. Kintamani


khususnya masyarakat di sekitaran danau batur dapat mempromosikan atau
memperkenalkan kebudayaan- kebudayaan yang di miliki, misalnya dengan cara
melakukan perlombaan kesenian atar desa yang bisadilakukan beberapa bulan
sekali, sehingga dengan demikian obyek wisata danau batur menjadi berkembang
dan di kenal oleh kalangan masyarakat banyak maupun wisatawan mancanegara.

6
Dilihat dari sudut perekonomian pemerintah daerah dapat menyediakan lahan
atau tempat bagi masyarakat untuk melakukan atau menjajakan makanan khas
daerah setempat, disisi lain selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
juga dapat meperkenalkan makanan-makanan khas daerah.

Dilihat dari pencemaran yang terjadi, pemerintah harus bisa lebih tegas lagi
terhadap masyarakat- masyarakat yang membuat keramba di dalam danau karena
itu mempengaruhi terjadinya pencemaran air danau yang semakin lama semakin
keruh dan berbau, disisi lain juga pemandangan di sekitaran danau batur menjadi
kurang menarik, karena banyaknya keramba-keramba yang terbentang di sekitaran
danau batur.

Você também pode gostar