Você está na página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim
merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan
yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum
perempuan. Kanker serviks adalah kanker leher rahim/kanker mulut rahim yang di
sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan
varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Penularan virus HPV yang dapat
menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada
orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung
dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada stadium lanjut)
adalah perdarahan di luar masa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan pada
masa menopause (setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau nanah
serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul, gangguan
buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.
Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO),
dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker
servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker serviks baru setiap harinya.
Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia
subur pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS. Berdasarkan AOGIN (2010)
Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,89% sejak tahun 2008.
Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi, seseorang
sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus, infeksi aktif
dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif selama beberapa
waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah atau kapan virus tersebut
akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi
untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan. Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru
muncul pada lebih dari 40% perempuan tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung
sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif. Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan
tersebut masih membawa virus tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian
tersebut, infeksi yang berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang
ganas dan terkait dengan kanker.

1
Saat ini program pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan
IVA, pap smear, bahkan krioterapi sudah mulai diterapkan. Namun deteksi dini kanker
serviks dengan metoda IVA memang belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota
di Indonesia yang merealisasikannya. Salah satu puskesmas yang telah merealisasikannya
adalah UPT. Puskesmas Pangkalan Balai.
Masalah inilah yang menjadi dasar penyusun untuk memberikan Asuhan Komunitas
pada Ny. S dengan Penatalaksanaan Pemeriksaan IVA di Kelurahan Kayuara Kuning,
Banyuasin Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan asuhan kebidanan ini adalah Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
Komunitas pada Ny. S dengan Penatalaksanaan Pemeriksaan IVA di Kelurahan Kayuara
Kuning, Banyuasin Tahun 2017?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata dalam memberikan Asuhan Komunitas pada
Ny. S dengan Penatalaksanaan Pemeriksaan IVA di Kelurahan Kayuara Kuning,
Banyuasin Tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
Dengan dilakukannya praktek Asuhan Kebidanan Komunitas, diharapkan
mahasiswa mampu dalam:
1. Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Penatalaksanaan Pemeriksaann IVA.
2. Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada Ny. S dengan Penatalaksanaan Pemeriksaan IVA.
3. Menentukan diagnosa potensial pada pada Ny. S dengan Penatalaksanaan
Pemeriksaan IVA.
4. Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada Ny. S dengan Penatalaksanaan
Pemeriksaan IVA.
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny. S dengan Penatalaksanaan
Pemeriksaan IVA.
6. Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada Ny. S dengan
Penatalaksanaan Pemeriksaan IVA.
7. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. S dengan
Penatalaksanaan Pemeriksaan IVA.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks


2.1.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel
di daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan
mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada
serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang
senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-
55 tahun.

2.1.2 Faktor-faktor Risiko Kanker Leher Rahim


Faktor-faktor resiko kanker serviks antara lain:
1. Kegiatan Seksual (Usia <20 tahun)
Pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor utama
yang menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat
perilaku yang santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya,
jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat
banyak, dan masing-masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak
pasangan. Sehingga pola kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar
Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HPV.
2. Gonta-ganti pasangan seksual
Bergonta ganti pasangan seksual dapat meningkatkan resiko terpapar Infeksi
Menular Seksual (IMS), termasuk HPV.
3. Ibu ata saudara perempuan yang mengidap kanker leher rahim
Faktor risiko lain adalah adanya hubungan darah keluarga (ibu atau saudara
perempuan) yang menderita kanker leher rahim. Magnusson (1999) menemukan
adanya kluster yang signifikan dalam keluarga biologis, bukan adopsi. Pada ibu
biologis dibandingkan dengan kasus kontrol, risiko relatifnya adalah 1,8
sementara pada adopsi risiko relatifnya tidak jauh berbeda dengan kontrol (1,1).
Pada saudara perempuan biologis, risiko relatifnya bahkan lebih tinggi (1,9),
dibandingkan 1,1 pada saudara perempuan nonbiologis. Data tersebut

3
memberikan bukti epidemiologi yang kuat mengenai kaitan antara timbulnya
kanker leher rahim dan penyebab awalnya.
4. Tes pap sebelumnya yang abnormal
Tes pap yang abnormal bisa menjadi indikasi awal adanya sel pra kanker yang
jika diabaikan dapat berkembang menjadi sel kanker.
5. Merokok dan kurangnya kebersihan Vulva Hygiene
Para perempuan juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker bila menerapkan
beberapa perilaku yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Perilaku
tersebut antara lain penggunaan obat-obat rekreasional, alkohol dan rokok.
Nikotin dan hasil sampingan dari rokok dianggap dapat meningkatkan risiko
relatif perempuan terkena kanker leher rahim dengan berpusat pada mukosa
leher rahim dan mengurangi daya kekebalan sel-sel langerhans untuk melindungi
jaringan ikat pada leher rahim dari faktor onkogenik yang bersifat invasif,
seperti infeksi HPV. Kebersihan vulva hygiene juga perlu diperhatikan, untuk
mencegah terinfeksi virus HPV misalnya melalui toilet umum.

2.1.3 Pencegahan Kanker Leher Rahim


Sebagaimana telah disebutkan diatas, HPV adalah infeksi menular seksual
yang paling banyak terjadi di dunia. Walaupun kondom dan praktik-praktik seks
yang aman melindungi dari berbagai IMS, termasuk HIV/AIDS, alat-alat tersebut
masih kurang efektif dalam mencegah penularan HPV. Hal ini karena virus
papiloma tinggal di sel-sel kulit (pipih/squamous) yang menutupi daerah pubis
(vulva atau penis) serta sel-sel sebelah dalam sepanjang vagina dan leher rahim
pada perempuan, serta uretra dan anus pada kedua jenis kelamin. Kondom tidak
menutupi seluruh batang penis, dan juga tidak membatasi kontak dengan kulit pubis.
Oleh karena itu, pada saat senggama bahkan dengan memakai kondom, sel-sel kulit
yang mengandung HPV bisa bersentuhan dengan vulva atau vagina, sehingga
memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Lebih dari itu, bahkan sel-sel
mati yang terlepas saat berhubungan dapat mengandung HPV dan tetap dapat
menular sampai beberapa hari (Roben, Lowy and Schiller 1997).
a. Pencegahan Primer
Cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher rahim dan kanker genital
lain dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan imunisasi sejak usia dini
sebelum mereka aktif secara seksual. Tetapi, pemberian vaksin tidak mudah karena
respon kekebalan tubuh seseorang tampaknya tergantung pada tipe/jenis HPV.

4
Sebagai contoh, seseorang yang dilindungi dari 16 tetap berisiko terinfeksi tipe lain
yang dapat menyebabkan kanker, seperti tipe 18 atau 33. Lebih lanjut, tampaknya
ada beberapa sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan mungkin juga pada tipe-tipe
lainnya. Terakhir, seperti telah disebutkan, tipe HPV yang terkait dengan penyakit
kanker berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis. Dengan meningkatnya
perjalanan internasional, berbagai tipe karsinogen akan segera menyebar ke seluruh
dunia. Oleh karena itu, sebuah vaksin yang mengandung campuran beberapa tipe
harus diciptakan (Groopman 1999, Stewart et al. 1996).
Pencegahan primer harus memfokuskan untuk terus merubah praktik seksual dan
perilaku lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, dan program-
program pencegahan sekunder harus terus menapis dan menangani perempuan yang
menderita pra-kanker dan kanker. Sama seperti perang melawan HIV/AIDS,
konseling untuk mengurangi risiko yang terkait dengan faktor risiko harus
diterapkan di semua sistem pelayanan kesehatan, khususnya fasilitas yang
menangani remaja. Pesan-pesan tersebut harus memperingatkan para remaja bahwa
praktek-praktek yang dibuat untuk meminimalkan risiko terpapar HIV/AIDS dan
IMS lainnya (misalnya penggunaan kondom pria dan perempuan) tidak efektif
dalam mencegah penularan HPV. Selain itu, berbagai upaya keras untuk
mengurangi minat remaja, khususnya remaja putri, untuk mencoba merokok dan
melakukan aktivitas seksual harus disebarluaskan secara terus menerus.
b. Pencegahan Sekunder
Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi HPV
sulit dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk segera :
Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra-kanker awal dan mudah
diobati, dan
Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi berkembang
menjadi kanker.

2.2 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks


2.2.1 Metode Pap Smear
1. Definisi
Pap smear berasal dari kata papanicolaou, yaitu seorang ahli dokter Yunani
bernama George N. Papanicolaou, yang merancang metode mewarnai pulasan
sampel sel-sel untuk diperiksa. Dokter ini yang merancang metode tes Pap smear
sekitar 50 tahun yang lalu pada tahun 1943. Dasar pemeriksaan ini adalah

5
mempelajari sel-sel yang terlepas dari selaput lendir leher rahim. Papsmear mudah
dilakukan dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Tingkat Keberhasilan Pap smear dalam mendeteksi dini kanker rahim yaitu 65-
95 %. Pap smear hanya bisa dilakukan oleh ahli patologi yang mampu melihat sel-
sel kanker lewat mikroskop setelah objek glass berisi sel- sel epitel leher rehim
dikirim ke laboratorium oleh yang memeriksa baik dokter, bidan maupun tenaga
yang sudah terlatih.
2. Sasaran
Pap Smear dapat dilakukan pada WUS yang sudah menikah atau yang sudah
melakukan senggama. Sasarannya ditujukan kepada WUS dan wanita dengan faktor
risiko.
3. Waktu Pelaksanaan Pap Smear
Pap Smear dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali hasil pemeriksaan normal,
pemeriksaan dapat dijarangkan, misalnya setiap dua tahun. Pada perempuan
kelompok risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai
petunjuk dokter (Smart, 2010). Pap Smear dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada
masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh
suami.
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil dari dilakukannya metode
papsmear berkisar antara 4 hari sampai 2 minggu tergantung jarak tempat
dilakukannya pemeriksaan papsmear dan dari laboratorium pemeriksaan specimen
lendir mulut rahim. Untuk mengetahui apakah hasilnya positif atau negatif maka
diperlukan tenaga khusus laboratorium yang dapat membaca hasil mikroskop. Jadi
selama rentan waktu itulah wanita pasangan usia subur mengalami kecemasan
terhadap hasil dari pemeriksaan pap smear.
4. Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan
prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah.
Pap smear mampu mendeteksi lesi precursor pada stadium awal sehingga lesi dapat
ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif. Manfaat pap smear secara
rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

6
1. Diagnosa dini keganasan
Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba falopi, dan mungkin keganasan ovarium.
2. Perawatan lanjutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan lanjutan setelah operasi dan setelah
mendapat kemoterapi dan radiasi.
3. Interpetasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau
tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan
keguguran pada hamil muda.
4. Menentukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi
bakteri dan jamur.

2.2.2 Metode IVA


1. Definisi
IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam
asetat 3-5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata
telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah, murah dan
informasi hasilnya langsung.
Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna
putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan
menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih.
Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan
asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi,
prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain
prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus
dan juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan
metode ini yakni dapat dilakukan dimana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus.
Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu
60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam waktu
60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang bisa dicurigai
sebagai lesi kanker.

7
2. Keunggulan Test IVA
a. Hasil segera diketahui saat itu juga.
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman
karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang
memeriksa, dan praktis.
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan
yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja.
d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah.
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
3. Sasaran
Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49
tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga
menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker serviks berumur antara 3060
tahun, terbanyak antara 4550 tahun, frekuensinya masih meningkat sampai kira
kira golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekuensi ini sedikit menurun kembali.
Hal tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks.
4. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA
Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1 tahun,
kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat, tidak
dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh
suami.
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode IVA
adalah 1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut rahim maka
ada kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim. Hasil dari pemeriksaan
IVA dapat dibaca oleh dokter, bidan maupun petugas kesehatan yang terlatih saat
itu juga, sehingga mengurangi kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur.
Jika hasil yang di dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan
dilakukan di Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta
diberikannya obat antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek swasta
maka akan langsung diberikan antibiotik dan analgesik serta rujukan ke Rumah
Sakit untuk melakukan kryoterapi.

8
5. Prosedur dalam Pemeriksaan IVA
Peralatan dan bahan lain :
a. Meja periksa
b. Sumber cahaya/lampu
c. Speculum
d. Rak atau wadah peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia ditempat :
1. Kapas lidi untuk swab
Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran keputihan dari
serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke serviks. Kapas lidi terebut harus
tertutup rata dengan kapas sehingga dapat mengoleskan asem asetat secara
merata dan tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas lidi tidak harus
steril. Bahan katun wall yang dibentuk seperti bola dan dioleskan pada serviks
juga dapat diterima.
2. Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah digunakan, harus
sudah di dekontaminasi, dibersihkan dan di DTT setiap kali selesai digunakan.
Sarung tangan steril tidak diperlukan. Gunakan sepasang sarung tangan baru
untuk setiap ibu.
3. Spatula dari kayu dan atau kondom
Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilas speculum. Gunakan spatula baru untuk tiap perempuan.
Cara lain, kondom dengan ujung yang dipotong dapat dipasang pada bilas-bilas
speculum untuk mencegah agar dinding vagina tidak menekan kecelah diantara
bilas speculum dan menghalangi pandangan arah ke serviks.
4. Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat digunakan )
Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat 3-5%. Di
sebagian Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang dijual dipasar adalah
mengganti cuka sebenarnya adalah asam asetat. Larutan klorin 0,5% untuk
dekontanminasi peralatan dan sarung tangan.

9
5. Larutan klorin 0,5%
Larutan klorin digunakan untuk mendekontaminasi speculum dan sarung tangan
bedah tiap kali selesai dipakai. Setelah dekontaminasi, speculum baki atau
wadah peralatan dan sarung tangan harus dicuci dengan air sabun, bilas sampai
bersih, di DTT atau sterilisasi.
6. Formulir catatan untuk mencatat penemuan

Tindakan Umum :
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada serviks.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi serviks
dengan menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan
menggunakan spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk
menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks, setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling jika
diperlukan dan tersedia.

Klasifikasi Hasil
Temuan assesment harus dicatat sesuai kategori yang telah baku sebagaimana
terangkum dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi IVA sesuai dengan temuan klinis

KLASIFIKASI IVA TEMUAN KLINIS

Hasil tes positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite
Hasil tes negative Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu;
ektropion, polip, servisitis, inflamasi, kista nabotian
Kanker Masa mirip kembang kol atau ulkus

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS TERHADAP Ny. S


DI KELURAHAN KAYUARA KUNING KECAMATAN BANYUASIN III
KABUPATEN BANYUASIN

3.1 Pengkajian Data


3.1.1 Data Umum
A. Identitas
1) Identitas Orang Tua
Identitas Ibu Identitas Ayah
Nama : Ny. S Nama : Tn. M
Umur : 32 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kel. Kayuara Kuning, Kec. Banyuasin III, Kab. Banyuasin

Jumlah Anggota Keluarga

No Nama JK Umur Hub KK Pekerjaan Keadaan Ket


1 Tn. M Lk 36 th KK Petani Sehat -
2 Ny. S Pr 32 th Istri IRT Sehat -
3 An. B Pr 10 th Anak Pelajar Sehat -
4 An. R Pr 4 th Anak - Sehat -

Tipe keluarga ini adalah keluarga inti, yang paling dominan dalam
pengambilan keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga. Hubungan dalam
keluarga cukup harmonis.

11
B. Genogram
Ket : : Laki-laki

: Perempuan

C. Situasi Lingkungan
1. Rumah
Luas : 6 x 10 Cahaya : Terang
Jenis rumah : Tersendiri Ventilasi : Cukup
Dinding : Tembok Jendela : Ada
Atap : Genteng Kebersihan : Cukup
Lantai : Ubin plester Jumlah ruangan : 4
2. Air Minum
Asal : Sumur
Kualitas : Baik
Konsumsi air : Bersih
3. Pembuangan Sampah
Sampah : Diangkut Petugas Kebersihan
4. Jamban Kamar Mandi
Jenis Jamban : Leher Angsa
Jarak dengan sumber air : 10 m
Kebersihan : Cukup
Kamar mandi : Ada
5. Pekarangan dan Selokan
Pengaturan : Teratur
Kebersihan : Bersih
Air Limbah : Teratur
Tanaman Peneduh : Ada
Peralatan Pekarangan : Ada

12
D. Kegiatan Sehari - hari
a. Kebiasaan
Kebiasaan Tidur Ayah Ibu Anak
Lama istirahat siang 1 jam 1 jam -
Istirahat malam 5 jam 5 jam 8 jam
Gangguan Susah tidur Tidak ada Tidak ada
b. Kebiasaan Makan
Makan 3x/hari 3x/hari 3x/hari
Porsi 1 piring 1 piring 1 piring
Jenis Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
c. Pola Eliminasi
BAB 1x/hari 1x/hari 1x/hari
Warna Kuning Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek Lembek
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
BAK 3-4x/hari 3-4x/hari 3-4x/hari
Warna Kuning Kuning Kuning
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
d. Personal Higiene
Mandi 2x/hari 2x/hari 2x/hari
Keramas 2x/hari 3x/minggu 1x/hari
Gosok Gigi 2x/hari 2x/hari 2x/hari
e. Pola Kebiasaan Kesehatan
Minum Alkohol Tidak Tidak Tidak
Merokok Tidak Tidak Tidak
Obat-obatan Terlarang Tidak Tidak Tidak

E. Keadaan Kesehatan Keluarga


a. Imunisasi : Imunisasi kedua anaknya lengkap
b. KB : Ibu menggunakan alat kontrasepsi pil KB
c. Gizi : Pertumbuhan keluarga baik, BB sesuai dengan umur.
d. Penyakit yang diderita : Tidak ada
e. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Puskesmas dan BPM terdekat

13
3.1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa ibu mengalami keputihan, terasa gatal, berbau tidak sedap,
dan berwarna kuning kehijauan sejak tiga hari yang lalu.

3.1.3 Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun.

3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti:
hipertensi, DM dan jantung, kemudian penyakit menular seperti: TBC dan Hepatitis.

3.1.5 Riwayat Sosial


Ibu mengatakan:
1) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik/ harmonis.
2) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapi.

3.1.6 Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Pola Nutrisi
Makan : 3x/hari, menu nasi, laku, sayur
Minum : 6-7 gelas/hari, air putih, teh, susu
2. Pola Istirahat
Siang : 2 jam/hari
Malam : 6-7 jam/hari
3. Pola Eliminasi
BAK : 4-5x/hari, warna kuning, jernih, bau khas
BAB : 1x/hari, warna kuning, konsistensi lunak, bau khas
4. Pola Personal Higiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Ganti pakaian dalam : 2x/hari

3.1.7 Pemeriksaan Fisik


1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik Tanda Vital
Kesadaran : Composmentis Nadi : 82 x/menit

14
BB : 54 kg RR : 20 x/menit
TB : 152 cm T : 36,2 C
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
(1) Rambut : Hitam, tidak rontok
(2) Muka : Tidak pucat
(3) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva merah muda, sclera berwarna
putih, bersih dan air mata tidak keluar
(4) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar dan bersih
(5) Hidung : Hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan
(6) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak
bengkak/ berdarah, mulut tidak berbau.

b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid


c. Dada : Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri
d. Kulit : Kulit bersih, tugor baik
e. Perut : Tidak ada nyeri tekan, tidak kembung
f. Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dankaki lengkap,
tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

3.2 Analisis Data


Masalah kesehatan yang ada di keluarga Tn. M disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dari seluruh anggota keluarga untuk mengatasi permasalahan yang muncul.
Masalah-masalah yang di temukan dalam keluarga Tn. M antara lain kurangnya
pengetahuan Ny. S tentang manfaat pemeriksaan IVA. Dalam pelaksanaan pembinaan
terhadap keluarga Tn. M, saya sebagai bidan harus bekerja sama dengan keluarga untuk
membahas masalah yang timbul dan memikirkan alternatif pemecahan masalahnya.
Dalam hal ini intervensi yang dapat diberikan sebagai langkah awal adalah pemberian
sosialisasi kesehatan sehingga diharapkan keluarga dapat menyelesaikan masalah yang
timbul secara tepat dan mandiri.

3.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
bahwa permasalahan yang muncul sebagian besar disebabkan karena kurangnya

15
pengetahuan keluarga mengenai bidang kesehatan. Adapun permasalahan yang ada pada
keluarga Tn. M adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat pemeriksaan IVA
Data Subjektif : ibu mengatakan mengalami keputihan sejak tiga hari yang lalu, dan
belum pernah melakukan pemeriksan IVA sebelumnya.
2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang personal hygiene.

3.4 Prioritas Masalah


Prioritas masalah merupakan langkah selanjutnya setelah masalah ditemukan dan
ditentukan keluarga bersama dengan tenaga kesehatan yaitu bidan. Prioritas disusun
karena tidak memungkinkannya menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga Tn. M
secara bersama-sama. Oleh karena itu prioritas disusun untuk menentukan tingkatan
permasalahan agar penyelesaian lebih terfokus dan sesuai sasaran serta harapan.
Prioritas masalah dalam keluarga Tn. M adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan Ny. S tentang pemeriksaan IVA

No. Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah dan ancaman 2/3x1 2/3 Ancaman kesehatan bagi ibu,
kesehatan bila belum pernah melakukan
pemeriksaan IVA
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Keluarga menyadari masalah
untuk diubah dapat diubah.
3. Potensi masalah untuk di 1/3x1 1/3 Keluarga menyadari masalah
ubah mudah diubah karena adanya
penyuluhan dan deteksi dini
yang diberikan sehingga ibu
diharapkan mengerti dan dapat
mengurangi faktor resiko.
4. Masalah yang menonjol 2/2x1 1 Keluarga menganggap masalah
kurangnya pengetahuan tentang
pemeriksaan IVA dan keluhan
yang selama ini dialami ibu
merupakan masalah yang harus
segera ditangani.

Jumlah Nilai 3

16
2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang personal hygiene.
No. Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah dan ancaman 2/3x1 2/3 Personal hygiene yang tidak
kesehatan diperhatikan dapat mengancam
kesehatan.
2. Kemungkinan masalah 2/2x1 1 Personal hygiene dapat segera
untuk diubah ditingkatkan.
3. Potensi masalah untuk di 2/2x1 1 Keluarga perlu merubah dan
ubah menerapkan kebiasaan untuk
lebih memperhatikan personal
hygiene.
4. Masalah yang menonjol 2/2x1 1 Keluarga sadar masalah
personal hygiene harus segera
ditangani.

Jumlah Nilai 3 2/3

Berdasarkan hasil pembobotan masalah di atas maka urutan prioritas masalah


kesehatan pada keluarga Tn. M dapat disusun sebagai berikut :
Prioritas I : Personal hygiene
Prioritas II : Kurangnya pemahaman tentang pemeriksaan IVA

3.5 Rencana Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn. M


Data I
Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara menjaga kebersihan
diri (personal hygiene)
Data Subjektif : Ibu mengatakan mengganti celana dalam 2x/hari
Data Objektif : Keputihan berwarna kuning kehijauan, dan terdapat ruam disekitar
vulva ibu.
Tujuan : Ibu mengerti manfaat dan cara menjaga kebersihan diri (personal
hygiene).
Kriteria : Diharapkan ibu dapat mengetahui manfaat kebersihan diri (personal
hygiene), cara menjaga kebersihan diri (personal hygiene), dan
dampak yang bisa terjadi apabila tidak menjaga kebersihan diri
(personal hygiene).

17
Intervensi
1. Beritahu keluarga tentang manfaat kebersihan diri (personal hygiene).
Rasional : Agar keluarga dapat mengetahui manfaat dari kebersihan diri (personal
hygiene).
2. Beritahu ibu tentang cara menjaga kebersihan diri (personal hygiene) salah satunya
dengan cara mengganti pakaian dalam tidak hanya setelah mandi tetapi juga ketika
terasa lembab.
Rasional : Agar tidak tumbuh jamur di vagina sehingga dapat menyebabkan keputihan.

Data II
Masalah : Ibu belum pernah melakukan pemeriksaan IVA dan tidak mengetahui
manfaat pemeriksaan IVA.
Data Subjektif : Ibu mengalami keputihan sejak tiga hari terasa gatal.
Data Objektif : Keputihan berwarna kuning kehijauan, dan terdapat ruam disekitar
vulva ibu.
Tujuan : Ibu mengerti manfaat pemeriksaan IVA.
Kriteria : Diharapkan ibu dapat mengetahui manfaat pemeriksaan IVA dan mau
melakukan pemeriksaan IVA atas kesadaran sendiri.
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada keluarga tentang manfaat pemeriksaan IVA.
Rasional : Agar ibu dapat mengetahui manfaat dari pemeriksaan IVA.
2. Anjurkan pada ibu untuk segera melakukan pemeriksan IVA sebagai upaya
mendeteksi dini faktor resiko.
Rasional : Agar pengobatan yang diberikan kepada ibu dapat sesuai dengan diagnosa,
dan mendeteksi secara dini agar ibu mendapat pengobatan yang tepat.

3.6 Implementasi
Data I
1. Memberikan penjelasan tentang maanfaat personal hygiene
2. Mengajarkan keluarga cara menjaga personal hygiene dengan cara mengganti pakaian
dalam tidak hanya setelah mandi tapi juga bila lembab.
Data II
1. Memberikan penjelasan pada ibu tentag manfaat pemeriksaan IVA.
2. Menganjurkan ibu untuk segera melakukan pemeriksaan IVA.

18
3.7 Evaluasi
Data I
1. Keluarga mengerti tentang manfaat menjaga personal hygiene.
2. Keluarga bersedia menerapkan kebiasaan menjaga personal hygiene.
Data II
1. Ibu mengerti tentang pentingnya pemeriksaan IVA.
2. Ibu bersedia melakukan pemeriksaan IVA.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa tingkat pengetahuan keluarga mengenai


personal hygiene dan pemeriksaan IVA di keluarga Tn. M di Kelurahan Kayuara Kuning,
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin masih kurang. Keluarga Tn. M diberi
penyuluhan tentang personal hygiene dan pemeriksaan IVA. Setelah diberi penyuluhan
keluarga Tn. M dapat mengerti dan memahami mengenai pentingnya personal hygiene dan
pemeriksaan IVA. Serta Ny. S termotivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA dan keluarga
Tn. M berkeinginan untuk menerapkan personal hygiene dengan baik.
Diketahui bahwa masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan IVA. Hal
ini mungkin dapat disebabkan dari rendahnya pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang
sudah melakukan hubungan seksual mengenai bahaya kanker serviks dan pemeriksaan IVA
sebagai deteksi dini kanker serviks serta masih rendahnya pemahaman suami tentang
pemeriksaan IVA.
Selain itu kebersihan diri juga turut berperan dalam kesehatan keluarga. Kurangnya
pemeahaman keluarga dalam menjaga personal hygiene bisa menyebabkan timbulnya
penyakit.
Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dengan praktik di
lahan. Pengetahuan pada dasarnya datang dari pengalaman dan merupakan hasil dari tahu
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu sehingga pengetahuan
berperan penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan yang dimaksud merupakan suatu tindakan dalam memberikan rangsangan
kepada keluarga yang berupa penyuluhan, agar dapat mengerti tentang personal hygiene dan
pemeriksaan IVA sehingga dalam hal ini pengetahuan merupakan hasil dari tahu dari
pengalaman, pengetahuan, dan informasi yang didapat seseorang untuk meningkatkan
pengetahuan tentang personal hygiene dan pemeriksaan IVA.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. M maka didapatkan data
subyektif bahwa ibu mengatakan kurang pengetahuan tentang pemeriksaan IVA dan
personal hygienei, sedangkan data obyektif yaitu ibu belum pernah melakukan
pemeriksaan IVA. Maka dari hasil diatas dapat disimpulkan masalah keluarga Tn. M
yakni kurangnya pengetahuan tentang pemeriksaan IVA. Sedangkan dalam menjaga
kebersihan diri keluarga belum mengetahui cara menjaga personal hygiene yang tepat
sehingga masalah yang ditemukan yaitu kurangnya pengetahuan tentang personal
hygiene.
2. Berdasarkan dari masalah yang ditemukan tersebut, maka dilakukan kegiatan
penyuluhan tentang pemeriksaan IVA dan personal hygiene.
3. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga Tn. M sekarang lebih mengerti tentang
pemeriksaan IVA dan personal hygiene. Diharapkan keluarga Tn. M akan menerapkan
perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Saran
1. Bagi keluarga
a. Sebaiknya Ny. S segera melakukan pemeriksaan IVA.
b. Sebaiknya keluarga Tn. M mulai menjaga kebersihan diri.
c. Sebaiknya keluarga Tn. M lebih meningkatkan perilaku hidup bersih.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebaiknya tenaga kesehatan lebih meningkatkan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat maupun perorangan.
b. Sebaiknya tenaga kesehatan lebih aktif dalam menggerakkan masyarakat untuk
hidup sehat.
c. Sebaiknya tenaga kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
pemeriksaan IVA dan personal hygiene.
d. Sebaiknya tenaga kesehatan lebih memantau perilaku dan perkembangan
pengetahuan masyarakat sehingga tenaga kesehatan tahu tentang apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.

21
3. Bagi lembaga kesehatan
a. Sebaiknya lembaga kesehatan lebih meningkatkan dalam menyediakan fasilitas
yang lebih memadai sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat bisa lebih maksimal.
b. Sebaiknya lembaga kesehatan melakukan kerjasama dengan pihak terkait agar
deteksi dini kanker leher rahim yang berada di wilayah kerjanya tetap terpantau
dengan baik.

22

Você também pode gostar