Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.Dalam
bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah
berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas,
lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran
antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau
berupa indeksdengan membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U
(Sandjaja,dkk., 2010).
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macampengukuran dimensi tubuh dan
komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkatgizi (Supariasa, dkk., 2001).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensitubuh manusia.
Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika danukuran persentil. Jika seratus
orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampaiterbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat
diklasifikasikan dari 1 percentilesampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat
berguna dalamperancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan
manusiayang memakainya (Nugroho, 2002).
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakanadalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauanstatus gizi anak
balita menggunakan metode antropometri,sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping
itu pula dalam kegiatan penapisan status gizimasyarakat selalu menggunakan metode tersebut
(Supariasa, dkk., 2001).
Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran ternyatadiikuti oleh
perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di perkotaan bergeserdari pola makan tradisional
yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran makanan berserat ke pola makan masyarakat barat
yang komposisinya terlalubanyak mengandung lemak, protein, gula, garam tetapi miskin serat.
Sejalandengan itu setahun terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka
prevalensikegemukan/obesitas pada sebagian penduduk perkotaan, yang diikuti pula
padaakhir-akhir ini di pedesaan (Asmayuni, 2007).
Perhatian utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja
agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan danmemiliki kemmpuan untuk
ikut dalam upaya pembangunan. Salah satu upayapenting untuk mewujudkan hal tersebut
adalah pembangunan di idang kesehatandan gizi. Antropometri sebagai teknik yang mula-
mula dikembangkan dikalanganantropolog biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai
bidang antara lainkedokteran, olahraga, antropologigizi, keperawatan, dan pediatric dalam
ilmupertumbuhan anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin, Boucher, Malina, danUlijaszek
mengembangkan teknik antropometri yang dihubungkan dengan teoripertumbuhan manusia
dari intra-uterine sampai adolesentia akhir (sekitar 20tahun) (Barasi, 2008).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteranmanjadi
bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat tentangpertumbuhan.
Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal
penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahuikekern otot, kekekaran tualng,
ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai danlengan, serta kandungan lemak tubuh di
ekstremitas dan di torso. Dalampemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan
dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur(TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atasmenurut
umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).Karena antropometri sebagai indikator
penilaian status gizi yang palingmudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter, antara lain:umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada,lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Oleh karena itu, untuk
mengetahuistatus gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini
B. Tujuan Praktikum
1. TujuanUmum
Untuk mengetahui Penilaian status gizi secara antropometri
2. TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui pengukuran Indeks Massa tubuh (IMT)
2. Untuk mengetahui pengukuran Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (WHR)
3. Untuk mengetahui pengukuran Rasio lingkar perut
4. Untukmengetahuiestimasitinggibadanberdasarkantinggilutut.
5. Untuk mengetahui pengukuran Tebal lipatan kulit (% body fat)
6. Untuk mengetahui pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
C. Prinsip Percobaan
1. Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan tanpa mengenakan alas kaki
2. Timbangan berada pada penunjukan skala 0,0
3. Membuka pakaian ketika pengukuran LILA, Tricep, dan Bisep
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Normal 18,50-24,49
Overweight >25,00
- Pre-obesitas 25,00-29,99
Obesitas >30,00
- Obesitas kelas I 30,00-34,99
- Obesitas kelas II 35,00-39,99
- Obesitas kelas III >40,00
Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk
menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko
yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko
kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk
faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai
dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara
gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup.
Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat
badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit.
Perluh diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka
perluh mempertahankan berat badan normal.
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan
asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan
lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang Berat badan merupakan ukuran antropometri
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).
Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada
masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya
tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat
perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu
pencerminan dari kondisi yang kekurangan gizi.
Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan
merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari sedang berlaku dan ukuran yang paling
baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di
lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang
penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) factor umur dapat
dikesampingkan.
Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis
kelamin dan kelompok umur:
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.
D. % BODY FAT
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kanan badan dan
diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang
digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi.
Pengukuran tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak
dalam tubuh. Persentase kandungan lemak tubuh dapat dipakai untuk menilai status gizi
dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit terdiri dari beberapa tempat, yakni trisep, bisep,
subskapular, suprailiaka, supraspinale, abdominal, paha depan, betis medial, dan mid
aksla.
Persentase body fat dapat diestimasi dari skinfold menggunakan persamaan
secara umum atau kelompok tertentu.
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh
total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur.
Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar
separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal
lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta
presentase lemak tubuh dan tubuh untuk menentukan status gizi cara antropometri.
Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:
Laki-laki 18-27 tahun
Db = 1,0913 0,00116 (trisep + scapula)
% BF = [(4,97/Db) 4,52] x 100
Wanita 18-23 tahun
Db = 1,0897 0,00133 (trisep + scapula)
% BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100
Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi Laki-laki Wanita
Lean <8% < 13 %
Optimal 8 15 % 14 23 %
Slightly overfat 16 20 % 24 27 %
Fat 21 24 % 28 32 %
Obesitas 25 % 33 %
Sumber. Sirajudin 2012.
E. LILA
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6 cm dari radial.
Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara titik paling proksimal
tulang patella dan titik pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan
menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan simfasis pubis.
Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri,
berat badan harus tertumpu pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25
cm. Jika subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian
dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk
mencari diameter terbesar. Hasil pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm
(Arisman, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2.Tinggi badan
a. Diposisikan subjek tetap di bawah mikcrotoice denga tidak mengenakan alas kaki
b. Kaki rapat, lutut lurus, tumit, pantat, dan bahu menyentuh dinding vertikal.
c. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal.
Tangan lepas ke samping badan dengan telapak tangan mengahadap paha.
d. Diminta subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk
membantu menegakkan tulang belakang usahakan bahu tetap santai .
e. Ditarik mikcrotoice hingga menyentuh ujung kepala, dipegang secara horizontal. Pengukuran
tinggi badan di ambil pada saat menarik nafas maksimum. Dengan mata pengukur sejajar
dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan . catatan tinggi badan
pada skala 0.1 cm terdekat.
1. Penentuan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (WHR)
a. Lingkar Pinggang
1) Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat di
letakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang di
gunakan.
2) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang relaks
3) Diukur menghadap ke subjek dan diletakkan alat ukur melingkar pinggang secara horizontal
dimana merupakan bagian yang paling kecil dari tubuh. Seorang pembantu di perlukan untuk
meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi mereka yang gemuk, dimana sukar ditentukan
bagian yang paling kecil, daerah yang harus di ukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan
iliaca.
4) Dilakukan pengukuran diakhir dari eksperesi yang normal, dan alat ukur tidak menekan kulit.
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
b. Lingkar panggul
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan kaki rapat
3) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat
4) Dilingkarkan Alat pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu di
perlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
2. Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit
kardiovaskular dan diabetes melllitus.
Cara Pengukuran Lingkar perut :
a. Untuk pengukuran ini responden di minta dengan cara yang satuan untuk membuka pakaian
bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk ditetapkan titik pengukuran.
b. Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha /panggul.
d. Ditetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal
paha /panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
e. Diminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
f. Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengan kemudian secara
sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah di awal
pengukuran.
g. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah , pengukuran mengambil bagian
yang paling buncit lalu terakhir pada titik tengah tersebut lagi.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
a. Ditentukan titik mid point pada lengan
1) Subjek diminta untuk berdiri tegak
2) Diminta subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutupi lengan kiri atas (bagi yang
kidal gunakan lengan kanan).
3) Ditekukan subjek 90, dengan telapak tangan dihadap keatas. Pengukur berdiri di belakang
subjek dan ditentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan siku .
4) Ditandai titik tengah tersebut dengan pena
b. Mengukur Lingkar Lengan Atas
1) Dengan tangan digantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan dihadapkan
ke bawah
2) Diukur lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA ditempel pada kulit .
Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita
3) Lingkar lengan atas di catat pada skala 0,1 cm terdekat.
4. Menentukan Tebal Lipatan Kulit ( TLK)
a. Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk mengangkat kedua sisi dari kulit
lemak subkutan kurang lebih 1 cm proximal dari daerah yang diukur.
b. Dilipatan kulit di angkat pada jarak kurang lebih 1 cm yang tegak lurus arah garis kulit.
c. Dilipatan kulit tetap di angkat sampai pengukuran selesai.
d. caliper di pegang oleh tangan kanan.
e. Dilakukan pengukuran dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh kapiler di lepas
= 22,6kg/m2
2. WHR
Dik: L.Pi= 71
L.Pa= 90
Dit: WHR...?
Peny:
= 0,78
3. TLK
Dik: Trisep = 12
Scapula= 17
Dit: Db...?
Peny: Db = 1,0913 0,00116 (trisep+scapula)
= 1,0913 0,00116 (12+17)
= 1,0913 0,00116 (29)
= 1,05766
4. %BF
Dik: Db = 1,05998
Dit: %BF...?
Peny: %BF= [(4,97/Db)-4,52] x 100
= [(4,68/1,05766)-4,52] x 100
= 17%.
5. Tinggi Lutut
= 3,16.
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penilaian status gizi seseorang secara antropometri.
Percobaan ini dilakukan secara berkelompok dimana masing-masing praktikan saling
mengukur satu sama lain, dan yang akan dibahas di bawah ini merupakan penilaian status
gizi secara pribadi. Percobaan yang dilakukan dalam penilaian status gizi secara antropometri
ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama yaitu mengukur berat badan, tinggi badan,
dan tinggi lutut. Dari ketiga pengukuran tersebut, kita bisa melakukan perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan menentukan tinggi badan berdasarkan tinggi lutut. Tahap yang
kedua yaitu mengukur lingkar pinggang, lingkar panggul, tebal lipatan kulit, dan lingkar
lengan atas. Dari keempat pengukuran tersebut, kita bisa melakukan perhitungan WHR
(Waist to Hip Ratio) dan % BF (Body Fat). Dengan pengukuran-pengukuran yang dilakukan
kita dapat mengetahui status gizi yang kita miliki.
5. LILA
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan
harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini
adalah : (Supariasa, 2001:46-48)
a. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian
yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian
yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP)
yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut umur
atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain, sekalipun
dengan LILA
b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar
jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan
c. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang
sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat
badan.
Dari hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA) adalah :24,3 maka
dalam kategori normal. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana
LILA(Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm (Chinue, 2009). LILA adalah suatu cara untuk
mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja
putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek. Status gizi yang buruk (KEK) sebelum dan selama xviii kehamilan akan
menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan
mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus terhambatnya
pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002).
Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk
memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka ibu tersebut perlu diperiksa LILA dan Indeks
Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang mempunyai ukuran LILA <23,5 cm dan IMT(
Indeks Masa Tubuh merupakan hasil pembagian berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi
badan dalam meter) < 17,0 beresiko terkena KEK (AsAd, 2002).
Tindakan pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi adalah
mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan
protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-
kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan
untuk meningkatkan pasokan kalori (Chinue, 2009).
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti. Pemberian makanan
tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan penerapan porsi kecil
tetapi sering, faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia.
Penambahan 200 450 Kalori dan 12 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka
yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut
secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan
berat badan normal ( Chinue, 2009).
Menurut Nega Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LLA pada ibu yang kurang
dari 23cm dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LLA tidak berbeda jauh selama kehamilan
dan karena itu merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI atau berat badan. Bayi
yang lahir dari ibu yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami selama kehamilan akan
mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar miskin di mana cakupan ANC
rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR, adalah penting untuk meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan suami dan masyarakat luas untuk mencari tindakan
kolektif pada BBLR sangat penting
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengukuran dan dihubungkan dengan standar Nilai Ambang Batas IMT (
WHO 2000) maka dapat dilihat bahwa pengukuran IMTnya adalah 19,8 maka hasil berada
dalam kisaran normal.
2. Berdasarkan hasil pengukuran dan kemudian disesuaikan dengan kriteria WHR (wanita umur
20-29 tahun dan laki-laki dengan umur 20-29 tahun ), maka dapat dilihat bahwa pengukuran
status gizi dengan WHR adalah: 0,74 maka hasil pengukuran termasuk dalam kategori low.
3. Dari hasil pengamatan pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA) adalah
:24,3 maka dalam kategori normal.
4. Berdasarkan pengukuran lingkar perut dengan hasil pengukuran 64,5
cm,responden tidak mengalami obesitas karena lingkar perutnya < 80 cm
. 5. Berdasarkan perhitungan persentaseBody Fat (%BF), resonden
berada padaklasifikasi optimal dengan nilai 23,1 %.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan dalam memberikan pengarahan dalam pelaksanaan praktiukum pengajar harus
mengatur tempo pembicara.
2. Sebaiknya peralatan lebih diperbanyak lagi karena dibandingkan
dengan jumlah praktikum, alat yang disediakan sangat minim.
3. Sebaiknya asisten lebih menjelaskan secara rinci tentang mekanisme
pengukuran antropometri agar praktikan tidak kewalahan dalam
melakukanpengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
ANTROPOMETRI GIZI
b. Parameter Antropometri
1. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5 tahun dan 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur
anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.
2. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang
dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral.
Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan
(Gibson, 2005).
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu.
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap
kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan
hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot,
cairan tubuh dan lain- lain. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan
sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi dapat digunakan timbangan apa saja
yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Kerugiannya, indikator
berat badan ini tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk, atau tinggi
kurus.
Perlu diketahui, bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari sebagai akibat masukan (intake)
makanan dan minuman, dengan keluaran (output) melalui urine,feses, keringat dan bernafas.
Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat yang berkisar antara 100-
200 gram, sampai 500-1000 gram bahkan lebih sehingga dapat mempengaruhi hal penilaian.
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik :
a. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang kronis, tumbuh
kembang dan kesehatan.
b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
c. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
3. Lingkaran kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir perumbuhan
otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkaran
kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali) , maka menunjukan adanya retardasi
mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada aliran serebrospinal pada hidrosefalus akan
meningkatkan volume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. Sampai saat yg di pakai
sebagai acuan untuk LK ini adalah kurve LK dari Nellhaus yang di peroleh dari 14 penilitian
di dunia, di mana tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras,
maupun secara geograf. Sehingga kurve LK Nellhaus tersebut dapat digunakan juga di
Indonesia. Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah 6 bulan pertama kehidupan, yaitu dari
34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Sedangkan pada umur 1 tahun 47
cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm. Oleh karna itu manfaat pengukuran LK terbatas pada
6 bulan pertama sampai umur 2 tahun karna pertumbuhan otak yang pesat, kecuali di
perlukan seperti pada kasus hidrosefalus.
c. Indeks Antropometri
1. BB/U (Berat Badan menurut Umur)
BB/U, mewakili berat badan relatif terhadap umur anak pada hari tertentu. Indeks ini
digunakan untuk menilai apakah seorang anak kekurangan berat atau sangat berat, tetapi
tidak digunakan untuk mengklasifikasikan anak sebagai kelebihan berat badan atau obesitas.
Karena berat relatif mudah diukur, indeks ini yang umum digunakan, tetapi tidak bisa
diandalkan dalam situasi dimana umur anak tidak dapat ditentukan secara akurat, seperti
situasi pengungsi. Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi
kurang) dan severely underweight (gizi buruk).
4. IMT
Untuk menentukan status gizi orang dewasa dapat menggunakan indeks massa tubuh atau
body mass index (BMI).
IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara
pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya. Selanjutnya
dihitung IMT-nya, yaitu :
IMT
Kelebihan IMT
a. Biaya yang diperlukan tidak mahal
b. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan
seseorang.
c. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada
table IMT. (CORE, 2007).
Kelemahan IMT
Penggunaan IMT mempunyai kelemahan. Kelemahan yang terjadi adalah dalam menentukan
obesitas. Kita tahu bahwa obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. IMT hanya mengukur
berat badan dan tinggi badan. Kelebihan berat badan tidak selalu identik dengan kelebihan
lemak. Berat badan terdiri dari lemak, air, otot (protein), dan mineral. Pada seorang yang
sangat aktif, misalkan olahragawan, maka biasanya komposisi lemak tubuhnya relatif rendah
dan komposisi ototnya relatif tinggi. Pada orang yang sangat aktif IMT yang tinggi tidak
berarti kelebihan lemak tubuh atau bukan obes.
Contoh 1:
Persentil ke 10 berarti bahwa seorang anak berada pada posisi anak ke 10 dari bawah, dimana
9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke 50 berarti
bahwa seorang anak berada pada urutan ke 50, sehingga jumlah yang sama berada dibawah
dan diatasnya.
Contoh 2:
Ada 100 anak diukur tingginya, kemudian diurutkan dari yang terkecil. Ali berada pada
urutan 15 berarti persentil 15, berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85 anak berada
diatasnya.
NCHS merekomendasikan:
Persentil ke-5 sebagai batas gizi baik dan kurang, persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan
baik
3. Standar deviasi unit ( SD) atau Z-skor)
SD disebut juga Z-skor). WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk
memantau pertumbuhan:
1 SD unit ( 1 Z-skor) sama dengan 11 % dari median BB/U
1 SD unit ( 1 Z-skor) kira-kira 10 % dari median BB/TB
1 SD unit ( 1 Z-skor) kira-kira 5 % dari median TB/U
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan ukuran pertumbuhan
(Growth Monitoring). WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku
NHCS.
Contoh:
1 SD unit = 11-12 % unit dari median BB/U, misalnya seorang anak berada pada 75 %
median BB/U berarti 25 % berada dibawah median atau -2.
Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit
(Z-skor) dari median, yang termasuk hampir 98 % dari orang-orang yang diukur yang berasal
dari referensi populasi. Dibawah -2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang ekuivalen
dengan:
78 % dari median untuk BB/U ( 3 persentil)
80 % median untuk BB/TB
90 % median untuk TB/U
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh
para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan
berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.
Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut:
Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm
Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS
hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun
Nutrisurvey adalah sebuah software yang dibuat oleh Jurgen Erhadt dan Reiner Gross.
Software yang peruntukannya for non commercial use only ini berguna untuk menganalisis
zat gizi makanan dari menu atau survei konsumsi. Sumber resminya disajikan di situs
www.nutrisurvey.de. Nutrisurvey dikembangkan tahun 2005 dan versi terbaru keluar tahun
2007 dan kedua versi tersebut berbahasa Inggris.
Translasi Nutrisurvey dalam bahasa Indonesia dikembangkan oleh Usman Sikumbang dari
Poltekkes Padang berdasarkan versi 2005. Jika menginginkan versi 2007 maka perlu
menambahkan database makanan Indonesia yang dapat didownload secara terpisah baru
kemudian dimasukkan kedalam database Nutrisurvey 2007.
rogram Nutrisurvey ini berfungsi untuk mengetahui nilai gizi (Energi, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral) dari bahan makanan secara praktis. Program ini sangat cocok digunakan untuk
melakukan survey konsumsi sehingga dapat mengetahui tingkat konsumsi seseorang/ beberapa
orang dengan cepat. Kita cukup memasukkan jenis bahan makanan lalu ukurannya sudah dapat
melihat nilai gizinya.
Mau tambah berat badan? Atau sebaliknya ingin menurunkan berat badan? Dengan program ini kita
bisa memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target berat badan yang
kita inginkan. Tapi untuk yang satu ini, konsultasi dulu ya dengan dokter atau ahli gizi Anda. Jangan
sembarangan dalam melakukan program pengurusan berat badan karena bisa berbahaya.
Masih banyak yang bisa dilakukan oleh software ini. Jadi, unduh saja, instal, buka lalu pelajari sendiri
deh. Asyiknya lagi, software yang ciamik ini dapat diunduh secara gratis (alias freeware) dari
situsnya. Buka saja http://www.nutrisurvey.de