Você está na página 1de 10

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan
dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan
iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)

2.2 Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Virus
4. Jamur
5. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
6. maupun imunologi (pada reaksi alergi).

Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya adalah


toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-
butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau
benda asing yang masuk kedalam mata.

2.3 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi
dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-
kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada
yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis
yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun
ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat
akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau
sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata
ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya
agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).
Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel
kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva
yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan
dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas,
atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari
pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit
pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

2.4 Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling
sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan
biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-
bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi
mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray,
make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga
berhubungan dengan alergi konjungtivitis.

b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga Pink Eye. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang
mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi
setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.

c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang
berat dan mengancam penglihatan.

d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering
adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan
mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore
neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala
objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis
(kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran
akibat koagulasi fibrin.
Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
- Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
- Rasa seperti terbakar
- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
- Air mata sering keluar sendiri
- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

2. Konjungtivitis Bakteri
- Pelebaran pembuluh darah
- Edema konjungtiva sedang
- Air mata keluar terus
- Adanya secret atau kotoran pada mata
- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

3. Konjungtivitis Viral
- Fotofobia
- Rasa seperti ada benda asing didalam mata
- Keluar air mata banyak
- Nyeri prorbital
- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
- Kemerahan konjungtiva
- Ditemukan sedikit eksudat

4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut


- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
- Memberikan secret purulen padat secret yang kental
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan
pandangan).
Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).
Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran
kornea).
Pemeriksaan oftalmoskop
Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi
lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b) Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek
virus).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
2.7 Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide
(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis
akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau
dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa
pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal,
seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan
hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman
dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap
jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik.
Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap
jam.
Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :
Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml
setiap 1 menit sampai 30 menit.
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep
penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab
pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor
dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat
dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan
dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak
dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki
gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore
pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara
yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan
memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore :
Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap
setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda
perbaikan.
Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka
pemberian obat tidak akan efektif.
Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang
banyak terjadi.

2.8 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan.

. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Tn.I :

1. Gangguan konsep diri (body image menurun) ( Nanda Hlm. )

Defenisi :
2. Nyeri Akut ( Nanda Hlm. 530)

Defenisi :

3. Ansitas ( Nanda Hlm. 42)

Defenisi : perasaan tidak nyaman atau kekwatiran yang samar disertai respon autonom

(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang

disebabkan oleh antisipasi bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang

memperigati bahaya ya\ng akan terjadi dan memaklumkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman.

Batasan Krakteristik:

1. Perilaku : gelisah

2. Afektif: gelisah, perasaan takut

3. Fisiologis: wajah topeng, wajah tegang.

DIAGNOSA KEP INTERVENSI KEP RASIONAL

1. Gangguan konsep diri (body Ajak klien mendiskusikan Membantu pasien


keadaan atau perasaan yang atau orang terdekat
image menurun) b.d adanya
dialaminya. untuk memulai
perubahan pada kelopak mata
menerima perubahan.
a. Data Subyektif Catat jika ada tingkah laku Kecermatan akan
yang menyimpang. memberikan pilihan
Klien mengeluh kelopak
intervensi yang sesuai
matanya bengkak, mata merah
pada waktu individu
dan gatal-gatal menghadapi rasa duka
dalam berbagai cara
Klien mengatakan kwatir
yang berbeda.
rekan-rekanya akan tertular
Jelaskan perubahan yang Memberikan
terjadi berhubungan dengan penjelasan tentang
b. Data Obyektif
penyakit yang dialami. penyakit yang dialami
Nampak kelopak mata klien
kepada pasien/orang
udem, dan matah merah terdekat sehingga
ansietas dapat
Berikan kesempatan klien berkurang.
untuk menentukan keputusan Menyediakan,
tindakan yang dilakukan. menegaskan
kesanggupan dan
meningkatkan
kepercayaan pada klien.

2. Nyeri akut b/d iritasi pada

mata
Kaji tingkat nyeri klien Untuk mengetahui
a. Data Subyektif
tingkatan nyeri klien
Klien mengatakan nyeri pada
Kaji tingkat TTV klien Untuk menentukan
matanya dengan skala 3 tindakan keperawatan
Kolaborasi pemberian obat selajutnya
b.Data Obyektif
analgetik Abat analgetik mampu
Nampak klien meringis sambil
mengurangi rasa nyeri
mengelus2 matanya yng dialami klien

3. Ansitas b/d kurangnya

pengetahuan
Kaji tingkat kecemasan Untuk mengetahui berat
a. Data Subyektif
ringannya kecemasan
Klien mengatakan cemas
klien
dengan penyakitnya Berikan kesampatan Klien Agar klien mempunyai
untuk mengungkapkan semangat dan mau
b. Data Obyektif
perasaannya empati terhadap
Klien mengatakan cemas
perawatan dan
dengan penyakitnya pengobatan

Berikan dorongan spiritual Agar klien kembali


menyerahkan
sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Berikan penkes
Agar klien mengerti

sepenuhnya tentang

penyakit yang

dialaminya

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing.
Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel
yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi
hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas
seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi
fibrin.

4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.
Jakarta : CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius.

http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/

Você também pode gostar