Você está na página 1de 2

BAB IV

PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berusia 55 datang ke dokter dengan keluhan bentolan kecil yang berisi air di dada,
leher, dan lengan atas yang timbul sejak 2 hari yang lalu. Awalnya keluhan diawali dengan rasa panas
ditempat timbulnya bentolan, kemudian muncul bercak kemerahan dan diikuti dengan timbulnya bentolan
kecil berisi air. Keluhan ini juga disertai dengan rasa panas dan nyeri. Tidak ada hal yang dapat
memperberat dan meringankan keluhan pasien. Pasien juga menderita Diabetes mellitus sejak 8 tahun yang
lalu dan rutin kontrol gula darahnya ke poli endokrin RUDZA. Pasien juga menderita sakit infeksi paru dan
sedang mengkonsumsi obat 6 bulan, dimana sekarang sudah minum obat 5 bulan.. Dengan melihat lesi,
tampak pada regio bracii dekstra, thorakal anterior dekstra, dan colli dekstra., terdapat vesikel bergerombol,
jumlah multiple dengan dasar eritematous dengan batas tegas tepi ireguler, ukuran plakat penyebaran
zoosteriform unilateral dekstra.

.Lesi yang terlihat cukup karakteristik untuk herpes zoster, yang mana timbul gejala kulit
yang unilateral, bersifat dermatomal sesuai dengan persarafan. Lesi yang timbul juga khas berupa
vesikel yang berkelompok, dengan dasar berupa kulit yang eritematosa (kemerahan). Keseluruhan
penampakan kulit maupun gejala subjektif berupa nyeri sangat menyokong ke arah herpes zoster.

Pada pasien ini juga tampak lesi yang khas yaitu terdapatnya lesi vesikel berkelompok
dengan dasar eritematous sesuai dengan dermatom. Hal ini juga yang mngarahkan pasien
menderita herpes zoster

. Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia dan dapat muncul sepanjang tahun
karena tidak dipengaruhi oleh musim. Tidak ada perbedaan dalam morbiditas antara pria dan wanita.
Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara, diperkirakan ada sekitar 1,5-3 per 1000 orang per tahun
pada segala usia dan kejadian meningkat tajam pada usia lebih dari 60 tahun yaitu sekitar 7-11 per
1000 orang per tahun. Insiden herpes zoster meningkat seiring bertambahnya usia, di mana lebih dari
2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun.2

Insiden Herpes Zoster secara substansial lebih besar pada orang-orang dengan gangguan
penyakit tertentu, termasuk keganasan hematologi, tumor padat, human immunodeficiency virus
(HIV),transplantasi sel induk hematopoietik, dan systemic lupuserythematosis. Selanjutnya,
hubungan antara Herpes Zoster dan diabetes mellitus telah diteliti, meskipun dengan berbagai
hasil. Namun, sebuah studi yang berpopulasi besar baru-baru ini jelas menunjukkan bahwa
diabetes mellitus merupakanfaktor resiko pada penderita Herpes Zoster.1
Geerlings dan Hoepelman menyimpulkan bahwa respon imun bawaan yaitu,kemotaksis,
fagositosis, dan pembunuhan sel oleh polimorfonuklearsel dan monosit / makrofag lebih rendah
pada pasien diabetes mellitus daripada orang sehat .Selain itu, beberapa mikroorganisme dapat
menempel lebih baik untuk menjadi tuan rumah di jaringan dalam lingkungan yang tinggi-glukosa
yang ada pada pasien dengan diabetes mellitus dibandingkan pada orang sehat.1
Hal ini juga didukung oleh Yoon at al, yang mneyatakan bahwa, reaktivasi virus
varicella-zoster (VZV) terjadi dengan penurunan imunitas seluler VZV spesifik. Studi ini juga
menunjukkan peningkatan kejadian herpes zoster pada pasien diabetes. Selanjutnya, Okamoto et
al.juga membandingkan system kekebalan-VZV spesifik pada pasien dengan diabetes mellitus
dengan orang yang sehat, ditemukan bahwa pasien dengan diabetes mellitus memiliki factor
signifikan lebih rendah sel kekebalannya terhadap VZV dibandingkan orang sehat.3
Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar tidak terjadi
infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi lebih sulit
untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi sekunder.
Selanjutnya pasien tetap dianjurkan mandi, mandi dapat meredakan gatal. Untuk mengurangi gatal
dapat pula menggunakan losio kalamin. Untuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian dapat
digunakan dressing yang steril, non-oklusif, dan non-adherent. Pasien juga perlu diedukasi bahwa
pada orang yang belum pernah mengalami cacar air, dapat terjadi penyebaran virus VZV ke
pejamu lain, yang dapat menimbulkan varicela pada orang lain. Dengan demikian dalam fase ini
sebaiknya pasien tidak membiarkan anak-anak ataupun orang yang belum pernah mengalami
2
varicela sebelumnya untuk bermain atau berdekatan dengan pasien

Você também pode gostar