Você está na página 1de 6

ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF

SEL MIKROBA

Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
di bawah mikroskop. Perhitungan jumlah sel mikroba dapat dinyatakan dengan
dua cara, yaitu perhitungan jumlah sel dan massa sel. Untuk hitungan jumlah sel
diantaranya secara mikroskopik, metode cawan dan MPN (Most Probable
Number). Sedangkan untuk hitungan massa sel meliputi cara volumetrik,
gravimetri, dan turbidimetri. Mikroba dapat dijumpai pada berbagai jenis bahan
makanan, baik makanan yang berbentuk padat maupun makanan yang berbentuk
cair. Untuk mengetahui jumlah bakteri yang terkandung 1 gram sampel bahan
makanan padat atau 1 ml bahan makanan cair yang diperiksa, maka perlu
dilakukan pengenceran sampel tersebut. Hasil pengenceran ini kemudian
diinokulasi pada medium lempeng dan diinkubasikan. Setelah masa inkubasi,
jumlah koloni bakteri dihitung dengan memperhatikan faktor pengencernya.
Metode hitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup
akan berkembang menjadi satu koloni (Hastuti, 2012).
A. Metode Perhitungan Mikroba
Ada beberapa macam cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara
lain dengan lempeng total cawan (plate count), hitungan mikroskopik langsung
(direct microscopic count) atau MPN (Most Probable Number) (Fardiaz, 2000).
Penetapan jumlah bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah sel bakteri
yang mampu membentuk koloni di dalam media biakan atau membentuk suspensi
dalam larutan biak (Schlegel dan Schmidt, 2000). Penentuan jumlah angka
mikroorganisme sangat penting dilakukan untuk menetapkan keamanan suatu
sediaan farmasi dan makanan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk
menghitung jumlah mikroorganisme. Metode tersebut menghitung jumlah sel,
massa sel, atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel (Harmita 2006). Perhitungan
mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan secara langsung dan
perhitungan secara tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1. Metode Petroff-Hauser
Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu
dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang
digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan
yang terdapat antara cover glass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga
satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu. Ruang hitung
terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm. Satu kotak besar di tengah, dibagi
menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi
menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400
kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Tinggi contoh yang
terletak antara gelas objek dengan gelas penutup adalah 0,02 mm (Fardiaz, 1992).
2. Metode Plate Count
Ada dua Metode plate count yang sering digunakan, yaitu metode sebaran
dan metode tuang. Asumsi digunakannya metode ini adalah bahwa setiap satu sel
mikroba dapat tumbuh dan akhirnya membentuk satu koloni yang dapat dilihat
dengan kasat mata. Pada metode sebaran, volume yang dibutuhkan adalah 0.1 ml
agar sampel tersebut sapat tersebar, terendam, dan teresap. Karena jika lebih,
maka sampel akan mengendap dan mengumpul sehingga menyulitkan dalam
perhitungan (Alimuddin, 2008)
Sedangkan perhitungan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Penentuan volume total
Cara ini adalah semacam modifikasi penentuan hematokrit pada
pengukuran volume total butir-butir darah, misalnya 10 ml biakan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi khusus (tabung hopklins) yang bagian bawahnya berupa
silinder dan bergaris ukuran (Hadietomo, 1990).
b. Metode turbidometri
Teknik ini sudah dipakai sebagai cara mengukur keker han suspensi atas
dasar penyerapan dan pemencaran cahaya yang dilintaskan, sehingga yang
mengandung lebih dari 107-108 sel/ml, tampak lebih keruh oleh mata telanjang.
Suatu volume biakan yang telah ditakar ditempatkan dalam tabung khusus yang
jernih dengan diameter tertentu (Hadietomo, 1990).
c. Metode MPN (Most Probable Number)
Most Probable Number dalam bidang kesehatan masyarakat dari
mikrobiologi pangan, dipergunakan secara luas untuk menghitung jumlah bakteri
yang ada dalam bahan pangan. Media ini banyak digunakan untuk menghitung
bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan.
Metoda ini berdasarkan atas pengenceran. Apabila suatu larutan yang
mengandung sel-sel mikroorganisme diencerkan terus-menerus, akhirnya akan
diperoleh suatu larutan dimana tidak dijumpai sel lagi yaitu dikatakan steril
(Buckle dkk, 1985).
Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana
perhitungan dilakukan berdasarkan pada jumlah tabung yang positif yaitu yang
ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan, atau timbulnya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang
diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentukan gas. Untuk
setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga tau lima seri tabung. Lebih
banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi
alat gelas yang digunakan juga lebih banyak. (Fardiaz, 1992)
d. Metode perhitungan cawan
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel
yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul
pada cawan adalah indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam
sampel. Teknik yang harus dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel
dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua
koloni diamati untuk memenuhi persyaratan statistik. Cawan yang dipilih untuk
menghitung koloni adalah cawan yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni.
Organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan
jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan (Waluyo, 2007). Berdasarkan kekeruhan (turbiditas/turbidimetri)
Salah satu metode cepat yang digunakan untuk menghitung massal sel adalah
melalui perhitungan kekeruhan (turbidity). Kekeruhan dapat diukur dengan
menggunakan fotometer atau spertofotometer. Pengukuran kekeruhan ini
didasarkan atas pertikel-pertikel kecil yang menyebarkan cahaya lengsung secara
propisional (sampai batas-batas tertentu) dengan konsentrtasinya. Zat cahaya
melewati tabung yang berisi suspensi mikroba, maka cahaya akan dihamburkan
(Pelezar, 1989).
B. Karakteristik Media yang Digunakan
a. PDA (Potato Dextrose Agar)
PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media komplek dan media
diferensiasi untuk pertumbuhan jamur dan yeast sehingga sering digunakan
sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast dengan menumbuhkan
mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat dan
dihitung (Fardiaz, 1993). Selain itu PDA (Potato Dextrose Agar) juga digunakan
untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang serta khamir pada bahan
makanan dan bahan lainnya. Komposisi medianya adalah 20% kentang, agar, 1
liter aquades dan 2% peptone.
b. (Plate Count Agar)
PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5%
tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba
termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium
tersebut (Fardiaz, 1993).
Media plate count agar (PCA) dapat berfungsi sebagai media untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Untuk penggunaannya, digunakan PCA instant
sebanyak 22,5 gram untuk 1 Liter aquades. Berdasakan komposisinya, PCA
termasuk ke dalam medium semisintetik, yaitu medium yang komponen dan
takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. PCA
berwarna putih keabuan, berbentuk granula dan merek yang digunakan adalah
Merck. Sebelum dipanaskan tidak larut sepenuhnya dalam air, tetapi masih
terlihat serbuk-serbuknya, berwarna kuning dan terlihat keruh. Setelah dipanaskan
serbuk media larut seluruhnya dalam air, berwarna kuning. (Fardiaz, S. 1992).
c. OMEA (Malt Extract Agar)
Karakteristik fisik dari media ini antara lain yaitu memiliki warna coklat
pucat saat sebelum dilakukan pemanasan dan berwarna coklat tua setelah
mengalami pemanasan. Media ini mengandung aquades 50 ml, malt ekstrak 30
g/l, pepton 3 g/l dan agar 15 g/l. MEA pada umumnya digunakan sebagai media
pertumbuhan khamir. Didalam media tersebut mengandung unsur O yang
merupakan salah satu mineral yang dapat menunjang pertumbuhan khamir.
d. Nutrien Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk pangan. NA
juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Medium NA sebelum pemanasanadalah berbentuk larutan berwarna kuning keruh
sebelum dipanaskan, dan berwarna kuning bening saat setelah dipanaskan.Namun,
setelah pemanasan didapatkan warna dari medium NA lebih jernih bila
dibandingkan dengan sebelum pemanasan. NA merupakan salah satu media yang
digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan,
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni. Komposisi kimia nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton
10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan
komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, Ali. 2008. Mikrobiologi Dasar I. Makassar : FMIPA UNM.


Buckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan H. Wooton. 1985. Ilmu Pangan
(Terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia
Fardiaz S. 1993. Mikrobiologi Pangan. Penuntun Praktek-Praktek Laboratorium.
Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Hadietomo, Ratna. 1990. Mikrobiologi Dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC (halaman : 125)
Hastuti, Sri Utami. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Penebar Swadya:
Jakarta

Pelczar, M. J., dan Chan, E. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI


Press
Schlegel, H.G. dan K. Schmidt. 1984. Mikrobiologi Umum (edisi keenam
terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Makassar : UMM Press

Você também pode gostar